webnovel

chapter 4

Laguna masuk ke dalam kamarnya dengan hati gundah. Bukan kebiasaannya bertindak kasar terhadap kakek neneknya. Tetapi untuk urusan menikah, wanita manakah yang tidak sensitif. Umur sudah 25 tahun, boro boro menikah, punya pacar saja tidak pernah. Laguna memang cantik, tapi kebanyakan mundur karena Laguna adalah seorang yang bisu. Selain itu Laguna sendiri memiliki perasaan rendah diri bila harus berkenalan dengan lelaki asing. Bahkan di desa mereka sendiri ia tidak memiliki teman lelaki. Dan bukan tanpa sebab. Sejak kecil, Laguna sangat mengidolakan Satriyo, Karena Satriyo selalu menyemangatinya untuk sekolah, berjuang ditengah tengah ejekan teman temannya. Mengajari Laguna bila ada yang tidak ia mengerti, perbedaan umur yang hampir 10 tahun membuat keduanya seperti kakak beradik. Laguna sering ke rumah Pak Suban yang dahulu masih menjabat kepala desa, untuk bertemu dengan Satriyo. Tentu saja saat itu Laguna dianggap sebagai adik oleh Satriyo, bahkan ketika Laguna berumur 12 tahun, dan akan menghadapi ujian kelulusan sekolah dasar, Satriyo rela membantu Laguna belajar dengan kembali ke desa mereka setiap akhir Minggu padahal saat itu Satriyo sedang berkuliah di kota. Hasilnya Laguna lulus dengan hasil gemilang, ia menjadi juara pertama sekabupaten mereka. Kekaguman Laguna lama lama berubah menjadi rasa yang lain, ketika rasa itu berubah menjadi perasaan cinta, Laguna malah semakin jarang menemui Satriyo, hal ini dikarenakan Satriyo sibuk di kota, sibuk dengan perkuliahan dan persiapan skripsi.

Laguna sangat menanti nantikan saat liburan setahun kemudian. Alangkah kecewanya Laguna ketika saat yang dinanti tiba, ternyata Satriyo membawa perempuan lain untuk dikenalkan kepada orang tuanya. Bahkan Satriyo mencari Laguna untuk mengenalkan calon istrinya kepadanya. " Hei Laguna, sini kamu, kenalkan, ini calon kakakmu nanti, namanya Safira. Cantik kan pilihanku?" kata Satriyo sambil menyikut Laguna. Laguna hanya bisa senyum sambil mengangguk angguk. Lalu mengulurkan tangannya dengan tegar padahal dalam hati ingin menangis. " Fir, ini Laguna, dia bisu. Tapi masih bisa dengar. Dia sudah kuanggap adikku sendiri. Aku belajar bahasa isyarat dari dia. Kasian, dia ini anak yatim piatu. Nanti aku ceritakan selengkapnya cerita dia ya." kata Satriyo pada Safira. Satriyo tidak menyadari betapa kata kata tersebut sangat melukai Laguna, sudah hanya dianggap adik, disebut pula kekurangannya, sesudah itu masih ditambah pula dengan cerita masa lalu tentang asal muasal Laguna. Sejak saat itu Laguna tidak pernah berharap lagi. Tidak ada yang mengetahui perasaan Laguna, ketika Satriyo menikah dengan Safira 3 tahun kemudian, ia ikut membantu bergotong royong bersama warga lainnya mempersiapkan pesta pernikahan Satriyo dan Safira, ikut mendoakan kebahagiaan mereka, tetap tersenyum dan bahagia untuk mereka.

Bahkan ketika Satriyo kehilangan Safira , sekitar 5 tahun lalu menghilang di lautan ketika sedang berenang, Laguna hanya melayat bersama kakek dan Neneknya, tetapi hubungan mereka tidak pernah sedekat dahulu lagi. Laguna sangat menjaga jarak dengan Satriyo. Hal yang tidak terlalu sulit dilakukan karena Satriyo bekerja di pulau yang lain dan sangat jarang pulang ke desa mereka.

Karena itu pengumuman kakeknya sangat mengagetkan Laguna, sedikit membuat tersinggung dan membuat hatinya gundah.

Terdengar ketukan pelan dari pintu kamar Laguna. Laguna tau ketukan itu pasti berasal dari neneknya. Ingin rasanya tidak membukakan pintu, tapi rasanya tidak sopan dan kekanak-kanakan sekali.

Akhirnya Laguna beranjak dan membukakan pintu untuk neneknya.

" maafkan kakek ya sayang, jangan marah yaaa" pinta Sumi. Laguna mengisyaratkan bahwa ia tidak marah, hanya sedikit tersinggung dan kaget saja. Sumi menarik napas lalu merangkul Laguna dan mengelus kepalanya. " Nenek mengerti Laguna, kakek juga sebenarnya mengerti. Tetapi kami ini sudah tua, hidup kami paling hanya tinggal beberapa tahun lagi, kami khawatir nanti kamu kesepian, tidak ada yang menjagamu." kata Sumi lembut. ' tidak, Kakek Nenek akan sehat sehat terus, lagipula Laguna bisa menjaga diri sendiri nek.' Laguna langsung memainkan jarinya untuk membalas perkataan Sumi. " Yah Nenek juga maunya begitu, tapi Gusti yang diatas tahu yang terbaik untuk kita nak. Jangan mendahului Nya." tegur Sumi, Laguna hanya tertunduk. " Lagian, dulu kamu lengket sekali dengan Satriyo, kenapa sekarang tidak bisa?" tanya Sumi. Laguna mendongak cepat dan menatap neneknya, lalu membuat isyarat,' itu kan sebelum Satriyo menikah nek, setelah menikah masa Laguna masih lengket, nanti Laguna bisa dimarahi Safira! Lagian Laguna bukan adik betulannya Satriyo, apa hak Laguna lengket lengket sama Satriyo terus. Satriyo juga sepertinya hanya kasihan saja sama Laguna nek, makanya dulu selalu menolong Laguna. Laguna tidak mau terus menerus dikasihani.'

Sumi hanya terkekeh, " iyaaa, kamu dari dulu memang keras kepala, biar punya kekurangan tapi tidak mau dianggap rendah. Bagus nak." kata Sumi sambil mengacungkan jempolnya.

" Lalu sekarang bagaimana, Satriyo kan sekarang sudah duda, tidak punya anak juga, saran dari Pak Suban itu apa mau kamu terima? " tanya Sumi. ' Rasanya aneh nek, lagipula itu baru pak Suban yang bilang kan nek, bagaimana dengan Satriyo sendiri, memangnya dia mau menikah dengan gadis bisu kayak Laguna?!' kata Laguna sedikit emosi. " Ya ampun Laguna, biar kamu punya satu kekurangan, tapi kamu punya segudang kelebihan nak, jangan rendah diri begitu sayang.." kata Sumi. 'tapi itu kenyataan nek' isyarat Laguna, bahunya melorot, lalu ia melanjutkan ' Laguna akan pikirkan dulu nek, Laguna belum bisa menjawab, pertanyaannya sulit' kata Laguna sambil tersenyum.

"Jawabannya tidak sulit kok sayang, hanya ya dan tidak, tapi pertimbangannya. itu yang membuat susah berpikir, sudahlah, sudah malam, istirahatlah dulu, jangan dipikirkan terus sampai tidak bisa tidur ya nak. Apapun jawabanmu kami pasti mendukung. Kami menyayangimu Laguna" Kata Sumi sambil memeluk Laguna. Laguna membalas pelukannya neneknya dengan penuh terimakasih.

Malam itu, walau sudah diberi nasehat oleh neneknya agar tidak usah terlalu dipikirkan, tetap seja terpikirkan oleh Laguna, dan hasilnya gadis itu tidak dapat tidur. Ia merasa sesak nafas dan pengap. Laguna bangun dari tempat tidurnya dan beranjak ke jendelanya dan menghirup udara malam yang sejuk. Tidak peduli kata orang udara malam bisa membuat asma atau paru paru basah, Laguna menyukai sejuknya udara malam hari ini. Angin sepoi sepoi bertiup dari arah laut, membawa aroma laut ke penciumannya. Tiba tiba terdengar sayup sayup teriakan anak kecil memanggil ibunya. Laguna yang sedang menikmati sejuknya udara malam langsung tersentak. '"ah, tidak mungkin, jarak dari rumah ini ke hutan bakau dan tepi laut lumayan jauh, tidak mungkin terdengar suara suara. "kata Laguna dalam hati. Ia menajamkan kembali pendengarannya. Tetapi ia tidak mendengar apa apa lagi. Hanya dengkuran lembut kakek dan neneknya terdengar dari kamar sebelah. Selain itu tidak ada apa apa lagi. Laguna bingung, dari jendela ia melihat ke kanan dan ke kiri, ke rumah tetangga tetangganya, tetapi tidak melihat ada yang aneh. Laguna memutuskan untuk kembali tidur, tetapi kali ini ia membuka jendelanya, siapa tau ia mendengar suara suara lagi. Tidak terasa Laguna malah ketiduran, dan tiba tiba ia sudah dibangunkan dengan kecupan lembut sinar mentari. Laguna terduduk di tempat tidurnya, ia merentangkan tangannya dan menggerakkan otot ototnya yang kaku karena tidur di satu sisi saja semalaman, suara anak itu pun tidak terdengar lagi dan pagi ini suara suara yang terdengar hanyalah orang orang yang memulai aktivitas paginya, " Mungkinkah hanya mimpi? atau halusinasi?" tanya Laguna dalam hati. Lalu iapun bangun dari tempat tidurnya. Ia mengambil dua buah cotton Bud dan mulai mengorek telinganya, "bersih kok" katanya dalam hati. Ia membuang sisa cotton budnya ke tempat sampah dibawah meja. Mengangkat bahu dan mulai merapikan tempat tidurnya. Lalu keluar dan menuju dapur untuk mengambil minuman. Sudah kebiasaan Laguna untuk minum air putih setiap bangun pagi. Bisa dua atau tiga gelas karena entah mengapa ia selalu kehausan bangun tidur ,tenggorokannya serasa kering dan berpasir. Dilihatnya Sumi lsudah duluan bangun dan mulai memasak. ' maaf terlambat bangun nek' kata Laguna dengan jarinya. "tidak apa apa, kamu pasti kepikiran ya semalam. Ya sudah tidak usah dibahas dulu, ayo bantu nenek siapkan sarapan. Kamu hari ini ke laut lagi tidak?" kata Sumi. Laguna langsung bergegas mengambil bumbu bumbu dapur, lalu memberi isyarat pada Sumi, ' hari ini tidak, persediaan bahan masih cukup, hari ini akan langsung ke toko , jadi nenek bisa di rumah saja.' Sumi langsung mengangguk dan merekapun tenggelam dalam kesibukan pagi itu. Tak la kemudian sarapan siap, dan semua berkumpul di meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah dibuat Sumi dan Laguna.

" Hari ini kakek akan ke balai desa lagi, pembicaraan kemarin belum selesai, karena ada yang harus dibahas dengan tetua tetua yang lain." kata Tarno. " Oh kalau begitu, nanti siang nenek bawakan saja makan siang untuk Laguna dan kakek, jadi kalian tidak usah pulang ke rumah. Nanti ketemu di toko Laguna saja kek, bagaimana?" kata Sumi. Laguna mengangguk dan memberi jempol pada neneknya. "Baik, Nanti Kakek akan antarkan Laguna dulu baru kakek ke balai desa." kata Tarno sambil juga memberikan jempol menyatakan persetujuannya pada Sumi . Setelah itu merekapun menjalankan rutinitas pagi mereka lalu Tarno dan Laguna pun pamitan kepada Sumi dan segera berangkat dengan motor bebek butut kesayangan Tarno.