webnovel

Chapter 18

Laguna menyusul naik ke atas, sudah tidak sabar bertemu dengan kakek dan neneknya.

Tanpa sadar Laguna naik ke permukaan dengan semangat, tubuhnya menembus permukaan air dan bersalto di udara lalu masuk kembali ke dalam air. Gerakan itu terulang beberapa kali. Sumi dan Tarno hanya bisa melongo melihat Laguna dengan ekornya yang cantik. Lalu Sumi tersadar sesuatu dan menangis terisak-isak. Tarno yang sudah menebak jalan pikiran Sumi juga tak kuasa menahan tangis sambil merangkul Sumi. Melihat kakek dan neneknya menangis, Laguna berhenti dan menghampiri mereka, bersandar ke sisi perahu dan bertanya dengan telepati, " Kakek, Nenek, mengapa menangis?"

" kamu sudah menjadi duyung Nak, berarti kita tidak akan pernah bisa bersama lagi." kata Sumi sambil terus terisak-isak. "Oohh.. jangan khawatir Kakek, Nenek, lihatlah.." kata Laguna sambil mengangkat ekornya masuk kedalam perahu dan mengambil selembar kain untuk menutupi bagian pinggang hingga lututnya. Lalu Laguna berkonsentrasi membayangkan kaki. Dan kakinya pun muncul kembali menggantikan ekor duyungnya yang cantik. Sumi dan Tarno bersorak gembira. "Cucuku, apakah ini berarti kita akan terus bersama?" tanya Sumi. Laguna tersenyum miris. "Laguna masih belum tahu Nek, Laguna inginnya seperti itu, tetapi.." kalau Laguna menceritakan mengenai kaum Mer, dan siapa dirinya. Sebagai kaum Mer Atlantis masih banyak pertanyaan daripada jawaban yang didapat Laguna. Tentu saja Laguna belum dapat kembali sebelum semua pertanyaannya terjawab. Sumi dan Tarno mengerti. "Laguna, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu" kata Sumi sambil mengambil sesuatu dari lipatan kain di pinggangnya. Sumi mengeluarkan sebuah liontin mutiara hitam dan menyerahkannya pada Laguna, "Ini diberikan Ibumu untukku, tetapi nenek sudah tua, buat apa mutiara ini, lebih baik untukmu saja. sebagai kenangan dari ibu kandungmu." kata Sumi. Laguna berkaca-kaca lalu memeluk Sumi, "Terimakasih Nenek." bisik Laguna. "Ehm.. Yang Mulia Laguna." kata Jenderal Raka berusaha membawa Laguna ke rencana semula. "Oh iya,maaf aku terbawa suasana. Kakek Nenek, perkenalkan, ini adalah Jenderal Raka, suami dari Safira dan ayah dari Juno dan Nivi. Lalu ini adalah Raja Ernest, ayah Safira. Lalu sisanya adalah para pengawal Raja." kata Laguna. " Oh ternyata Safira adalah putri Raja. oh bagus sekali, kita harus segera menolong Safira. Kakek khawatir sekali. Satriyo dan antek-anteknya mendatangi rumah kami, mengancam kakek dan nenek mencari Nivi dan mencarimu. Dia pikir kamu yang membebaskan Nivi, Laguna. tapi tidak mempunyai bukti. Apalagi ketika kami memberitahukan kau menghilang, seluruh desa masih mencari sampai saat ini. Bahkan Satriyo pun ikut mencari tetapi dengan motif yang berbeda pastinya, Kalau ingin membebaskan Safira sekaranglah saatnya, saat Satriyo dan antek-anteknya sedang mencari di laut. Kalian berhati-hatilah menjauh dari segala jenis perahu." kata Tarno. "Justru itu kek, yang bisa berubah menjadi manusia hanya kaum Mer dari Atlantis, sedangkan yang lain seperti Nivi dan Juno, tidak dapat bernafas bila jauh dari air. Kami sedang menunggu utusan dari Atlantis. Sebenarnya Laguna sendirian bisa saja, tapi Laguna masih harus banyak belajar mengenai kemampuan Laguna. Laguna belum tahu apa saja kelebihan dan batasan-batasan Laguna." kata Laguna. "Kapan utusan dari Atlantis datang?" tanya Tarno. Kali ini Raja Ernest menjawab, " seharusnya hari ini, Ratuku sedang menunggu mereka di kediaman Laguna di bawah laut. Kami ingin meminta tolong kepada Kakek Tarno dan Nenek Sumi agar dapat menjadi mata-mata bagi kami untuk sementara ini. Apakah memungkinkan?"tanya Raja Ernest. "Bisa saja, kami akan mengitari pulau dan berpura pura mencari Laguna di sekitar penangkaran. Dari darat maupun laut. Bagaimana caranya kami memberi kabar?" kata Tarno. "kita bertemu kembali disini sesaat sebelum matahari tenggelam. " kata jenderal Raka. " Semoga utusan dari Atlantis sudah datang saat itu." kata Laguna. Setelah sepakat menentukan waktu dan tempat, merekapun berpisah. Laguna memeluk erat Kakek dan Neneknya sebelum berpisah dan berjanji akan bertemu sore nanti. Lalu Laguna beserta Raja Ernest dan Jenderal Raka menghilang ke bawah laut diikuti para pengawal, sedangkan Sumi dan Tarno berpura-pura mencari Laguna di sekitar penangkaran, berusaha melihat kedalam dan bergerak sedekat mungkin berharap menerima pesan telepati dari Safira.

Laguna sudah menguasai teknik renang cepat setelah beberapa kali berlatih dengan Chantara. Tidak lama kemudian mereka sudah sampai ke kediaman Laguna yang indah. Ada perasaan senang ketika Laguna melihat rumah barunya.

Memasuki gerbang rumahnya, Laguna terhenti, " Raja Ernest, Jenderal Raka, aku merasakan ada aura lain disini." kata Laguna. "Ya aku juga merasakannya, sepertinya utusan dari Atlantis sudah datang, Yang mulia ternyata cukup peka dengan Aura." kata Raja Ernest. "Auranya asing bagiku, tapi terasa familiar. "kata Laguna sambil berenang dengan lambat, ragu menemui utusan ini. "Wajar yang mulia, kaum Atlantis seharusnya www hubungan kekerabatan yang dekat. karena satu rumpun seharusnya terasa seperti keluarga." kata Jenderal Raka. " oh benar juga, kemungkinan utusan ini adalah sepupuku, pamanku atau bibiku, begitu ya?" tanya Laguna. "Benar Yang Mulia." kata Raja Ernest dan Jenderal Raka. Laguna mengangguk lalu memimpin mereka memasuki rumahnya.

Laguna memasuki ruang yang disebut Chairi ruang Singgasana, disana sudah menunggu Ratu Crystal dan seorang Pria paruh baya, atau setidaknya terlihat seperti itu, karena proses penuaan kaum Mer berbeda dengan manusia, Laguna tidak dapat menebak umur Pria tersebut. Yang jelas Pria itu sudah menunjukan beberapa uban di rambutnya, mungkin kalau dalam umur manusia akan setua kakeknya, tapi siapa yang tahu. Laguna seakan familiar dengan wajah pria tersebut. Pria tersebut jelas-jelas berasal dari Atlantis, Ia tidak menunjukan wujud duyungnya, melainkan tetap dengan wujud manusianya. Laguna penasaran apakah kaum Atlantis tetap dapat berenang secepat kaum duyung? Laguna tetap berada dalam wujud duyungnya, hal ini bukan dikarenakan ia tidak ingin menunjukan sisi atlantisnya melainkan karena tidak ada yang mempunyai celana panjang atau apapun itu yang berbentuk celana dibawah sini, hanya ada kain kain atau rok sejenis tutu yang jelas jelas tidak dapat menutupi bagian pinggang kebawah jika Laguna berwujud manusia.

"Kupikir dari auramu kau adalah Naira anakku, tetapi ternyata bukan, kau pasti keturunan Naira, siapa namamu?" tanya Pria itu. Laguna terkejut, "Aku tidak mengerti, Ya benar Naira adalah ibuku, tapi bagaimana mungkin kau adalah Ayahnya, atau Kakekku, karena Kakek kandungku adalah manusia, namanya Parjo." kata Laguna bingung. "Ya, Akulah Parjo, itu nama samaran ku di Dunia manusia, nama asliku Perseus, aku dulu mencintai seorang wanita dari kaum manusia, aku merelakan segalanya dan berubah menjadi manusia. Aku menikah dengan kekasih hatiku dan kekasihku mengandung Naira, sayangnya kekasihku meninggal ketika melahirkan Naira. Sehingga aku harus membesarkan Naira sendirian, sayangnya ketika Naira masih berumur sekitar 13 tahun, aku dipanggil kembali untuk menyelesaikan kasus di Atlantis. Aku tidak dapat membawa Naira bersamaku karena umurnya masih 13 tahun, ia belum cukup umur untuk pembukaan potensialnya.karena itu terpaksa kutinggalkan bersama Tarno dan Sumi teman baikku di dunia manusia. Jadi,.. kau belum menyebutkan namamu. Lalu dimana Naira, mengapa ia tidak kemari?" Kata Perseus alias Parjo alias kakek kandung Laguna. Laguna merasa sedikit marah pada kakek kandungnya ini. Datang-datang langsung mencari Naira, padahal bisa saja ia sebagai kaum Atlantis sekali-kali menengok Naira. " Kenapa selama ini kau tidak menengoknya sendiri. Bagaimana Naira tahu bahwa ia bisa saja hidup hampir abadi dibawah laut sini daripada tinggal di dunia manusia?" kata Laguna dengan emosi. Perseus terkejut merasakan amarah Laguna. "Ada apa dengan Naira apakah telah terjadi sesuatu padanya? Apakah Tarno dan Sumi tidak menjaganya dengan baik?" kata Perseus amarahnya mulai naik. "Dasar Ayah tidak tahu diri, tiba-tiba menghilang, tanpa pesan, tanpa warisan, mengandalkan Orang lain menjaga anaknya, lalu menyalahkan orang tersebut ketika terjadi sesuatu pada anaknya? Dengar ya 'ka..kek..' telah terjadi sesuatu pada Naira, tetapi itu bukan salah siapapun kecuali kau! " kata Laguna lantang. Energi kemarahannya membuat arus dan laut disekitarnya bergolak. Perseus terkejut, energi kemarahan Laguna walau membuat arus dan laut bergejolak tetapi tidak membabi buta, energi kemarahan itu tertuju padanya. Anak ini mempunyai potensi yang besar bahkan jauh lebih besar darinya. Perseus mulai menahan diri untuk tidak membalas dengan kata kata pedas, ia mulai memilih kata-kata yang akan diucapkannya dengan hati-hati. Chantara menghampiri Laguna untuk menenangkannya. Kemarahan Laguna sedikit mereda. "Tolong beritahu aku, apa yang terjadi dengan Naira." kata Perseus dengan lebih sopan dan hati-hati. "Sejak kepergianmu, Naira dirawat Oleh Nenek Sumi dan Kakek Tarno seperti anak sendiri selama 5 tahun. Sayangnya karena tidak ada informasi apapun mengenai kaum Mer, Naira jatuh kedalam bujuk rayu salah satu kaum Mer, kuduga salah satu kaum Atlantis, sehingga Naira hamil padahal umurnya baru 17 tahun." kata Laguna sambil menahan emosi. "Apa! tetapi itu mustahil, umur 17 tahun buat kami seperti anak kecil. perbuatan ini melanggar norma yang berlaku di Atlantis." kata Perseus. "Entahlah, yang jelas hasilnya adalah aku, Namaku Laguna, Ibuku Naira, entah siapa Ayahku, tapi ibuku bilang kepada Nenek Sumi yang menghamilinya adalah seorang dewa laut. Beberapa menit setelah melahirkanku, Naira membawaku ke laut untuk diserahkan kepada ayahku, yang saat itu tidak kunjung datang, dan malah membuat aku hampir mati tenggelam, hanyut di lautan. Naira pun kehilangan nyawanya karena infeksi yang serius. Sejak saat itu aku diasuh oleh Kakek dan nenekku, Tarno dan Sumi, merekalah Kakek dan Nenekku yang sesungguhnya, walaupun kau adalah kakek biologisku tetapi aku tidak mengenalmu, jangan coba-coba menyalahkan kematian Naira pada mereka. Kematian Naira sepenuhnya kesalahanmu!" kata Laguna. Seisi ruangan terdiam, mereka terkesima dengan Laguna yang memarahi Perseus. Perseus dikenal sebagai pemburu ulung dari Atlantis, sangat dihormati seluruh kaum Mer. Tapi Laguna memarahi Perseus seperti tidak ada beban.

"Aku akan mengusut kejahatan ini dan membalaskan kematian Ibumu Nai.." ucapan Perseus langsung dipotong oleh Laguna. "Tunda dulu, urusan ini sudah tertunda selama 25 tahun, menunda beberapa hari tidak akan merugikan siapapun. Ada masalah yang lebih mendesak yang harus disini, dan itulah tujuan kau dipanggil kemari!" kata Laguna. Perseus terdiam, terlihat ingin membantah tetapi Laguna tetap keras kepala. " Kalau aku bisa melakukannya sendiri, akan kulakukan, tapi aku masih belum mengetahui seluruh kemapuan dan keterbatasanku, akan berbahaya kalau aku mencoba menyelamatkan Safira sendirian." kata Laguna yang membuat Raja Ernest dan Ratu Crystal lega. Mereka sudah khawatir Perseus tidak akan menolong Safira dan malah mencari orang yang menghamili Naira dan membuatnya harus kehilangan nyawa. " Baiklah aku akan menolong membebaskan Safira, tetapi dengan syarat kau harus menolongku mencari siapa yang bertanggung jawab menghamili Naira anakku. " kata Perseus. "Tentu saja, aku juga punya beberapa makian untuk ayah biologisku yang ingin kusampaikan sendiri. Sekarang persiapkan dirimu saat senja nanti, kita akan bertemu dengan kakek dan nenekku yang sudah mengintai penangkaran tempat Safira disekap. Dari sana baru kita membuat rencana." kata Laguna. Semua orang merasa lega. Chantara mempersilahkan semua orang untuk menyantap makan siang yang sudah disediakan. Setelah itu sambil menunggu senja Laguna menyepi di taman untuk beristirahat sejenak. Perseus menghampiri Laguna. " Maafkan aku. Aku lupa betapa manusia sangat dekat satu dengan yang lain, khususnya yang sudah dianggap keluarga, saling terikat dan saling setia. Dulu aku juga sempat sepertimu saat menjadi manusia, tetapi seiring waktu aku melupakan sisi kemanusiaan ku, dan benar benar tenggelam dalam pekerjaanku. Kau benar, aku lalai dalam merawat anakku sendiri, seharusnya aku tidak langsung lepas tangan terhadap Naira. Tarno dan Sumi orang-orang yang baik. Mereka berhasil membesarkan mu dengan baik. Pasti kau sangat terkejut dengan warisan leluhurmu ini kan?" kata Perseus sambil menunjuk ekor duyungnya. "Memaafkan mungkin mudah saja bagiku Kek, untuk menjalin hubungan denganmu seperti layaknya hubungan cucu dengan kakeknya yang terasa asing untukku kek. Tapi akan kucoba, mungkin nanti saat kita berburu ayah biologisku, kita bisa semakin dekat dengan cara Kakek mengajariku semua yang harus kutahu. " kata Laguna. " Ide yang bagus, aku setuju. Terimakasih Laguna, karena telah memberiku kesempatan."kata Perseus. Laguna tersenyum. Lalu Perseus meninggalkan Laguna sendirian untuk berbicara dengan jenderal Raka dan Raja Ernest.