webnovel

Chapter 16

" Chantara, apa model baju disini Semuanya seperti ini, rasanya seperti memakai bikini yang terbuat dari bahan yang keras." keluh Laguna yang saat ini sudah berganti pakaian ala kaum Mer, ia belum terbiasa dengan pakaian kaum Mer. "Ini pakaian yang pantas untuk menyambut keluarga kerjaan Yang Mulia" kata Chantara, "Jadi Yang Mulia, jangan lupa untuk tidak usah bersujud dihadapan Raja dan Ratu, hanya mengangguk saja, lalu Yang Mulia yang duluan memimpin ke arah ruangan yang sudah disiapkan oleh Gali dan Kairi, jangan lupa juga Yang Mulia juga yang harus duluan duduk dan memulai makan." kata Chantara cepat saat pengawal memberitahukan kedatangan Raja Dan Ratu sudah dekat dan sebentar lagi mereka akan tiba. Laguna, Tetua Agil, Chantara, Gali, Avisa, Kairi dan para pengawal berdiri didepan karang melengkung penuh dengan bunga karang dan Anemon, yang bentuknya seperti pintu gerbang yang melengkung. Mereka membentuk formasi V dengan Laguna di bagian tengah dan dalam. Laguna agak ciut dalam hati. Tak henti hentinya ia berdoa memohon pimpinan Yang Kuasa. Hari bahkan belum berganti tetapi hidupnya sudah berputar 180 derajat dari sebelumnya.

Saat ini Laguna masih mempertahankan bentuk duyungnya, ekornya yang cantik berkilauan tertimpa sinar matahari sore membuat para pengawalnya agak susah berkonsentrasi. Tetua Agil mengibaskan ekor ularnya di air dengan sengaja ke arah para pengawal, dan merekapun tersadar dan menatap ke arah datangnya Raja dan Ratu mereka yang saat ini telah terlihat berenang ke arah mereka dengan cepat.

Tentu saja Raja dan Ratu tidak datang sendirian, Jenderal Raka menemani mereka, hal yang tidak aneh mengingat bahwa status Raka selain jenderal merupakan menantu Raja dan Ratu, kali ini Juno dan Nivi juga ikut menemani disertai beberapa pengawal dan pengasuhnya. Juno dan Nivi ngotot ingin ikut karena ingin berterima kasih kepada Laguna, sekaligus penasaran dengan Laguna. Hanya protokol kerajaan yang mencegah mereka menghambur ke pelukan Laguna begitu mereka sampai di depan gerbang taman yang kini menjadi milik Laguna.

"Selamat datang Raja Ernest dan Ratu Crystal, beserta seluruh rombongan, mari silahkan masuk, jangan sungkan sungkan" Kata Laguna sambil memimpin jalan menuju tempat yang sudah disiapkan Gali dan Kairi.

Setelah mereka semua duduk sesuai dengan aturan yang berlaku, Avisa segera menyajikan makanan untuk para anggota kerajaan dan pendampingnya, sedangkan Gali dan Kairi membantu dengan memberikan jamuan untuk para pengawal. Chantara dan Tetua Agil duduk menemani Laguna.

" Terimakasih atas jamuannya Yang Mulia Laguna, saya juga ingin berterimakasih karena Yang Mulia telah menolong cucu cucu kami yaitu Juno dan Nivi sehingga mereka dapat kembali kepada kami." kata Ratu Crystal, Ratu duyung yang cantik jelita dengan ekor biru keperakan yang berkilauan seperti Crystal. Ratu Crystal memberi tanda kepada kedua cucunya, Juno dan Nivi langsung maju dan memberikan hadiah untaian kalung yang cantik berwarna merah menyala khas batu Ruby. "Terimakasih Yang Mulia Kakak Laguna" kata Juno dan Nivi. lalu mengalungkan pemberian mereka ke leher Laguna. "Sama-sama Juno, Nivi, kalung ini cantik sekali." Puji Laguna. Kedua anak duyung tersebut tersenyum gembira karena Laguna menyukai hadiah dari mereka .

" Juno, Nivi, pergilah dengan pengasuhmu bermain, kalian pasti sudah tidak sabar untuk melihat lihat tempat ini kan? tapi hati hati jangan sampai merusak!" kata Raka Ayah mereka. Kedua anak itu langsung menurut, sudah biasa diusir bila orang dewasa ingin berbicara tanpa didengar oleh anak anak. Tapi kali ini mereka pergi dengan gembira, karena mereka penasaran ingin menjelajah rumah baru Laguna.

"Baiklah, sekarang anak anak telah diluar jangkauan telepati. Yang Mulia Laguna, mohon untuk menceritakan tentang Safira kepada Raja dan Ratu. Mereka adalah orangtua dari Safira." kata Raka.

" Raja, Ratu, sebelumnya saya meminta maaf karena semalam saya tidak dapat menolong Safira dan hanya bisa membawa Nivi. Nivi juga tidak tahu kalau ibunya sebenarnya ada di penangkaran yang sama bersama dia semalam. Hal ini atas permintaan Safira sendiri, karena takut Nivi akan berbuat nekat sedangkan penangkaran adalah wilayah kekuasaan Satriyo mantan suami Safira di dunia manusia. Saya yakin Jenderal Raka sudah memberitahu apa yang saya katakan sebelumnya mengenai bagaimana Safira bisa tertangkap oleh Satriyo dan karena itu pula Satriyo dan beberapa atau mungkin semua anak buahnya mengetahui keberadaan kaum Mer. " kata Laguna .

" Kami sudah khawatir Safira tertangkap oleh manusia, kami tidak mengira bahwa ia ditangkap oleh manusia yang dicintainya. Mengapa manusia itu tega menangkap Safira, bukankah dulu mereka saling mencintai?" kata Ratu Crystal dengan sedih. Raja Ernest memeluk bahu Ratunya.

" Apakah Safira diperlakukan dengan baik? mengingat yang menangkapnya adalah suaminya di dunia manusia?" tanya Raja Ernest. " Sepertinya kondisinya kurang baik Raja, semalam kami mengambil resiko atas keselamatan Nivi, membawa Nivi berlari sejauh 1 km untuk kembali ke laut, Safira mengizinkan karena Satriyo mengancam berulang kali untuk membunuh Nivi bahkan sudah berencana untuk mempelajari jasad Nivi untuk keperluan ilmu pengetahuan. Saya tidak tahu bagaimana nasib Safira sekarang, apalagi saat Satriyo mengetahui Nivi menghilang, sejujurnya saya mencemaskan Safira. Kita harus segera menolongnya." kata Laguna. Jenderal Raka terlihat sangat marah, terlebih ketika mengetahui nyawa Nivi sudah pernah terancam. Wajah Raja dan Ratu juga terlihat cemas. "Kita harus segera menolong Safira, hanya saja kita harus meminta bantuan dari Atlantis untuk berurusan dengan dunia manusia. Karena kami sangat terbatas pergerakannya di dunia manusia. Seperti Yang Mulia lihat, saya tidak bisa berubah wujud." kata Raja Ernest.

"Berarti kaum Mer dari Atlantis dapat berjalan di dunia manusia? Tapi kita masih membutuhkan bantuan untuk pengintai selama menunggu kaum Mer dari Atlantis, belum lagi masalah akomodasi. Karena kita tidak bisa asal menyerang mereka. kita membutuhkan strategi. Saya berpikir kita bisa meminta bantuan kakek dan nenek saya yang selama ini merawat saya. Hanya saja saat ini mereka sedang menyebarkan berita kalau saya sedang hilang di lautan. Dan saat ini pasti banyak nelayan dan pelaut yang mencari saya di sepanjang pesisir pantai, bagaimana caranya saya berbicara dengan kakek nenek saya tanpa terlihat?" Kata Laguna. " Paduka Raja dan Ratu, sekedar info saja, Laguna juga merupakan Kaum Mer dari Klan Atlantis, tetapi karena baru, sepertinya saya setuju untuk menunggu sampai klan Atlantis datang untuk membantu kita menyelamatkan Safira. " kata Tetua Agil. "Susah kami duga Tetua, hanya klan Atlantis yang punya kekuatan menakjubkan seperti ini. Andai semalam potensi Yang Mulia sudah terbuka, pasti Nivi dan Safira sudah berada disini sekarang." kata Ratu Crystal. " sudahlah, tidak ada gunanya berandai andai, lebih baik kita fokus pada usaha dan hasil saja. Saran saya suruh salah satu ajudan Jenderal untuk mengirim pesan pada Kakek Dan Nenek Yang mulia, pasti mereka akan berada di laut untuk mencari Yang mulia, Kita bawa perahu mereka sampai ke suatu tempat yang aman, lalu Yang Mulia dapat berbicara dengan mereka. " usul Raja Ernest. " Setuju Paduka Raja, hamba usul dilaksanakan besok pagi, karena bisanya manusia tidak melakukan pencarian pada malam hari." kata jenderal Raka. "Ini, bawa bajuku, Kakek Nenekku akan segera mengenalinya dan akan mau mengikuti ajudan mu. " kata Laguna sambil menyerahkan kemeja lamanya kepada jenderal Raka. Raka menerimanya lalu memanggil salah satu ajudannya yang akan melaksanakan tugas besok hari. " Baik, untuk sementara rencananya seperti itu, besok pagi akan kita lanjutkan, Silahkan Raja, ratu dan Jenderal Raka bila ingin bermalam disini, sehingga tidak usah bolak balik besok pagi? " kata Laguna.

" Hmm, baiklah kami terima tawaran Yang Mulia, terimakasih, kamu memang penasaran ingin melihat lihat tempat ini. Bolehkah?" kata Ratu Crystal. Laguna teringat pesan Tetua Agil untuk menyanjung Raja Ratu, "Saya yakin, kediaman Raja Ernest dan Ratu Crystal pasti lebih indah dari tempat ini. Apalah rumah saya ini, tadinya hanya hamparan laut yang mati." kata Laguna merendah. Raja dan Ratu tersenyum senang. Lalu mereka pun berjalan jalan melihat kediaman Laguna, mereka menemukan Juno dan Nivi sedang bermain, Juno dan Nivi langsung mengikuti Laguna berjalan jalan disamping Laguna sambil berceloteh riang.