webnovel

chapter 13

Laguna masih seperti melayang layang dalam air, sinar laser kebiruan masih memancar Dari tubuhnya. Raka memberanikan diri mendekati Tetua Agil dan Laguna. Tetua Agil menoleh pada Raka Dan berkata, "Jangan terlalu mendekati, pengeluaran potensinya belum selesai, Lihat kakinya!"

Saat itu kaki Laguna seakan melebur menjadi satu, lalu sisik sisik berkilauan memenuhi kakinya, sirip dan ekornya menjumbai panjang seperti ikan koki.

"Aku tidak pernah melihat ekor seindah itu, hei tunggu sebentar, ekornya mulai berubah lagi!" seru Raka takjub. Benar saja ekor Laguna kali ini mulai memanjang, hampir sepanjang milik Tetua Agil, tetapi dengan warna yang lebih terang, Ekor ular tetua Agil berwarna Hitam putih keperakan, Ekor Ular Laguna berwarna Ungu kemerahan terang seperti langit senja, warnanya hampir sama dengan ekor duyungnya. Transformasi Laguna belum berhenti, ia masih terus saja berubah, kali ini dengan kaki kepiting, lalu kuda laut, dan macam macam mahkluk laut lainnya, semuanya dengan warna yang seindah langit senja, lalu yang mengejutkan Raka dan Tetua Agil adalah ketika seluruh tubuh Laguna berubah menjadi mahkluk Klan Coresy dengan warna perak kebiruan, kulit keras seperti karang, wajah runcing seperti torpedo dan penuh dengan duri disertai gigi gigi yang runcing. Raka dan pasukannya langsung mengarahkan senjatanya ke arah Laguna tetapi Tetua Agil menghentikannya,

"Stop, jangan bergerak, ini hanya transformasi, Laguna belum selesai, mundur!" serunya. Raka dan pasukannya mundur tetapi senjata mereka masih dalam keadaan siap siaga.

perlahan lahan kulit yang keras dan gigi gigi yang runcing berubah, kali ini menjadi manusia, hanya saja diantara jari jari kakinya sekarang terdapat selaput seperti katak. Sinar laser kebiruan perlahan memudar. Laguna melayang turun dan ditangkap oleh tetua Agil dan dibaringkan di pangkuannya. Mata Laguna mulai mengerjap dan membuka. Laguna melihat Tetua Agil yang memangkunya dan Raka yang menunduk mengamatinya. Lalu Laguna duduk, saat itulah Laguna menyadari dirinya telanjang dari perut kebawah. " Hei, mana celanaku?" katanya sambil menutup kemaluannya, mukanya memerah, tetapi anehnya kedua pria dihadapannya dan pasukan dibelakangnya tidak ada yang bersikap aneh dan berlebihan. " ah ya, manusia dan kemaluannya, heran, apa yang perlu disembunyikan? Kalau kau malu pikirkan ekor cantikmu, dan kau akan berubah menjadi duyung. Karena kami jelas tidak dapat mengganti celanamu yang sudah robek dan hancur ketika kau mengeluarkan seluruh potensimu." kata Tetua Agil yang bingung dengan manusia dan pakaiannya. Kaum Mer tidak ada yang memakai baju, mereka bangga dengan tubuh mereka dan mempercantik tubuh mereka dengan kerang, rumput laut, atau batu dan logam mulia yang berwarna warni indah, itupun kebanyakan kaum wanitanya yang bersolek, kaum pria biasanya polos saja, mereka lebih suka dengan senjata mutakhir daripada perhiasan.

Laguna tidak sadar saat dirinya bertransformasi, jadi dia tidak tahu bagaimana bentuk ekornya dan seberapa cantik ekornya. Jadi ditengah keputusasaannya menginginkan celana ia memvisualisasikan ekor ikan tongkol yang sering dilihatnya bersama kakek. Untungnya ekornya yang cantik yang terwujud, bukan ekor ikan tongkol. Laguna terkesiap melihat ekornya, " wah, aku ternyata duyung sepertimu jenderal! "kata Laguna puas melihat ekornya yang cantik, dikibas-kibaskannya ekornya, ia meliuk liuk dan berputar putar memamerkan ekornya yang cantik, dan anehnya Laguna memang merasa cantik.

" Aaah.. ya.. eh itu.. " kata Raka terbata bata, yang membuat Laguna menoleh heran, dilihatnya Raka berusaha tidak menatapnya dan hanya melihat Laguna tepat di matanya, bahkan di kedalaman lautan seperti ini Laguna dapat melihat pipi Raka merona, demikian juga dengan pasukannya yang seperti melotot menatap Laguna.

Tetua Agil terkikik geli, " Tahan air liur kalian! yang kalian hadapi kali ini bukan kaum Mer biasa." seru Tetua Agil, tiba tiba tetua Agil membungkukkan badan dalam dalam dan menghormat pada Laguna, "Hormat kami Yang Mulia." kata Tetua Agil, diikuti dengan Raka dan seluruh pasukannya yang buru buru ikut membungkuk lebih dalam lagi. "Hah? apa maksudnya ini? Hei bangunlah.." tanya Laguna tidak mengerti lalu ia mengangkat bahu tetua Agil. Lalu ia baru sadar bahwa keadaan sekeliling nya sudah berubah, "Kita berpindah tempat? dimana ini? indah sekali!" seru Laguna. " Akan hamba jelaskan satu persatu Yang Mulia, tetapi sebelumnya.. Raka, perintahkan anak buahmu untuk mencarikan pakaian dan perhiasan yang sesuai untuk yang mulia dan Carikan beberapa dayang untuknya, aku yakin klan mu atau klan ku akan berlomba lomba melayaninya. Saring yang terbaik." kata Tetua Agil. "Baik tetua, hamba permisi Yang Mulia" kata Raka membungkuk dan lalu berlalu untuk berbicara dengan anak buahnya. Tak lama kemudian Raka kembali. Ia melihat Laguna masih sibuk berenang kesana kemari membiasakan diri dengan ekornya dan melihat-lihat pemandangan bawah laut yang indah sekali. " Tetua, sebenarnya siapakah Laguna? Saya belum pernah melihat duyung secantik dirinya. Kalau saya tidak mempunyai istri pasti saya sudah bertarung habis habisan untuk mendapatkan dirinya." kata Raka. Tetua Agil menoleh dan terkekeh, "Raka, ternyata sebagai jenderal pun kau masih harus banyak belajar rupanya. Kau lupa Laguna bukan hanya duyung, tapi semua mahkluk laut ada didalam dirinya. Lihat tempat kau berada ini, setengah jam yang lalu tidak ada apa apa disini, lihat sekarang! Duyung mana yang sanggup berbuat seperti ini? Setiap membuka potensi kaum Mer, paling yang kau dapat adalah rumput laut yang tiba tiba tumbuh dibawah kakimu, lihat apa yang dia lakukan?" tanya Tetua Agil sambil merentangkan tangan menunjukan betapa luas perubahan permukaan laut yang disebabkan pembukaan potensi Laguna. Raka berpikir sambil mengerutkan kening dan melipat tangan di dadanya yang bidang.

" Apakah Laguna adalah keturunan Atlantis? Penguasa Kaum Mer?" tanya Raka. " Dugaan ku seperti itu, Aku harus mengirim pesan ke Atlantis, Kau sampaikan peristiwa ini pada Raja dan Ratu, jangan sampai mereka terlambat tahu. Lagi pula mereka pasti ingin tahu dana Safira berada. Perintahkan juga pasukanmu untuk berjaga jaga disini. Laguna mungkin menyimpan kekuatan yang dashyat, tetapi saat ini ia sama rentannya seperti telur ikan. Sementara itu aku akan mengajarinya sampai seseorang dari Atlantis dapat menggantikan ku." kata Tetua Agil.

"Baik kalau begitu saya berangkat sekarang ke istana, mungkin Raja dan Ratu ingin segera menemui Laguna begitu mereka mendengar peristiwa ini." kata Raka. " Mengerti, akan kupersiapkan Laguna" kata Tetua Agil. Raka pun pergi, ia meninggalkan pasukannya untuk berjaga di sekitar Laguna. Tetua Agil menghampiri Laguna yang seakan sedang berbincang bincang dengan ikan ikan kecil warna warni di sebuah terumbu karang yang semarak dengan warna. " Yang Mulia" sapa tetua Agil. " Tetua, apakah kau tahu bahwa aku bisa mendengar apa yang mereka katakan? mereka berterimakasih karena sekarang mereka punya tempat tinggal yang indah, makanan yang melimpah dan terlindungi dari predator." kata Laguna, Tetua Agil hanya mengangguk dan menunggu apa yang hendak Laguna katakan. "Pendengaranku dari dulu sangat tajam, alangkah leganya sekarangpun pendengaranku masih tajam, bahkan lebih tajam lagi. Aku merasa seperti dapat mendengar semuanya yang dikatakan oleh mahkluk mahkluk disekitarku, mulai dari pikiran si kerang kecil, Anemon, ikan, bahkan kalian semua." kata Laguna sambil mengetuk ngetuk kupingnya. "Yang Mulia harus belajar menyaringnya." saran tetua Agil. Laguna tersenyum, " ya tetua, itu yang sedang aku coba lakukan." Lalu Laguna memiringkan kepala, mengerutkan kening." Tetua maafkan aku, sejak aku berubah aku seperti kehilangan kesopananku. Aku juga tidak mengerti kenapa." kata Laguna bingung. " itu insting Yang Mulia, sebagai seseorang yang berada di puncak hirarki wajar bila Yang Mulia merasa begitu." kata Tetua Agil. Laguna merasa heran, dari kecil ia diajari untuk bersikap sopan terhadap yang lebih tua. "Apakah karena aku adalah keturunan dari Atlantis? maaf aku tidak bermaksud mencuri dengar, tapi memang percakapan tetua dengan jenderal Raka barusan terdengar jelas sekali di telingaku. Padahal kurasa kalian hanya bertelepati dua arah saja, tidak untuk didengar semua orang. Sebenarnya apa yang terjadi dengan diriku?" Tanya Laguna penasaran, " Lalu mengapa tadi aku masih mempunyai kaki, ketika aku bertemu dengan Safira, sepertinya aku mendapat kesan bahwa ia bersusah payah untuk bisa mendapatkan kaki, dan sepertinya sekarang ia malah tidak bisa berubah lagi? apa benar?" tanya Laguna kembali. Tetua Agil terkekeh lagi. " Hmm hamba yakin Yang Mulia punya banyak pertanyaan, dan semoga hamba dapat menjawabnya satu persatu. Mungkin kita bisa mencari tempat yang enak untuk duduk dan ah.. ini adalah tanaman laut yang bisa dimakan, rasanya enak, Yang Mulia dapat memakannya sambil hamba menceritakan kisah Atlantis." Kata Tetua Agil sambil memetik beberapa tanaman itu dan membawanya ke sebuah terumbu karang yang dapat digunakan untuk duduk. Tetua Agil dan Laguna pun duduk berdampingan. Tetua Agil menyodorkan tangannya dan memberikan tanaman yang seperti tangkai dengan daun berbentuk bola bola kecil. penasaran ingin mencoba dan karena perutnya mulai merasa lapar, Laguna mengambilnya. " hmm.. enak, seperti makan lalapan, rasanya segar dan gurih" kata Laguna dan mulai melahap tanaman yang diberikan oleh tetua Agil. "Baiklah, lanjutkan ceritamu tetua" perintah Laguna, " maaf, maksudku.. tolong lanjutkan ceritamu tetua" kata Laguna mengkoreksi.