webnovel

LAGI-LAGI KARENA CINTA 18+

Alyssa tidak tahu harus bersikap seperti apa saat cinta masa kecilnya datang kembali dan membuatnya kembali membuka hati yang sudah tertutup selama 10 tahun terakhir ini kembali terbuka. Apa dia akan menerima cinta masa kecilnya itu atau justru memilih mengubur dalam-dalam perasaannya?

Arsitaaa24 · History
Not enough ratings
15 Chs

KISS

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

Tuhan maafkan diri ini

Yang tak pernah bisa menjauh dari angan tentangnya

Namun apalah daya ini

Bila ternyata sesungguhnya aku terlalu cinta, dia.

Rossa - Terlalu Cinta

🌱🌺🌺🌺🌺🌺🌱

Bagain ini terinspirasi dari cerita nyata yang viral beberapa waktu lalu.

🌱🌺🌺🌺🌺🌺🌱

Alyssa mengoceh sepanjang perjalanan menuju lapangan indoor basket. Ia ingin sekali mengutuk adiknya menjadi orang yang menuruti perkataannya. Alyssa adalah kakaknya tapi Edgar seolah berganti peran menjadi abangnya dengan menyuruh-nyuruh Alyssa ini lah, itulah.

Jika bukan karena Mamihnya yang begitu menyayangi adiknya itu, Alyssa tak akan menuruti permintaan Edgar, untuk mengantarkan baju basket yang tertinggal di rumah dan bekal pria itu.

Alyssa lebih baik menghabiskan waktu liburnya dengan membaca buku atau menonton film seharian di dalam kamar. Tapi libur kali ini kacau semua rencana yang sudah Alyssa susun.

Jika sampai disana nanti Alyssa akan melampiaskan kekesalannya pada adiknya itu.

Alyssa yang sedang berjalan menuju halte bus tiba-tiba menghentikan langkahnya saat melihat seorang pria yang berpenampilan acak-acakan, bajunya yang sudah robek sana sini juga rambutnya yang seolah tak pernah di cuci.

Alyssa berjalan menghampirinya, Ia tak takut justru Alyssa lebih terlihat kasihan pada pria paruh baya itu. Duduk di pinggiran jalan, tak peduli dengan cipratan genangan air jika mobil lewat, pria itu masih bertahan di tempatnya.

"Pak, bapak?" panggil Alyssa. Pria paruh baya itu mendongak dengan wajah lesu.

"Bapak sudah makan?" tanya Alyssa. Pria itu menggeleng pelan, seolah pasrah dengan keadaannya.

Alyssa meringis kasihan melihatnya, Ia lantas mengambil bekal Edgar lalu memberikannya pada pria itu, tak peduli jika adiknya itu akan marah.

"Saya ada sedikit makanan dan minum untuk bapak, semoga bisa menghilangkan rasa lapar bapak." kata Alyssa, pria gelandangan itu sesaat hanya diam memandang kotak bekal yang di genggam Alyssa.

Alyssa yang bingung melihat bapak itu yang hanya melihat bekalnya, kemudian bertindak lain. Alyssa membuka bekalnya hingga tercium aroma yang membuat siapapun lapar.

"Dimakan yah pak bekalnya." kata Alyssa. Pria itu mengangguk dan mulai menyantap bekal yang di beri Alyssa tersebut.

"Neng punya pulpen dan kertas?" tanya pria gelandangan itu dengan suara serak. Alyssa mengernyit bingung namun akhirnya mengangguk dan Mengeluarkan note book kecil serta sebuah pulpen dari dalam tas selempangnya.

Alyssa memperhatikan pria paruh baya itu yang sedang menulis, namun tatapannya teralihkan saat melihat bus yang akan di tumpanginya tiba di halte.

Alyssa kemudian pamit setelah pria gelendangan itu menuliskan sesuatu di note booknya, Alyssa tak sempat melihat wanita itu langsung memasukan buku serta pulpennya ke dalam tas lalu berlari menuju halte.

Di dalam bus Alyssa sempat membuka catetan yang di tulis oleh gelandangan tadi. Ia sempat tertegun saat membacanya.

"Today I want to kill myself, but because of you I undo my intentions. Apparently there are still good people, thank you beautiful."

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

Sesampainya Alyssa di lapangan indoor basket, matanya menelusuri sudut-sudut lapangan mencari keberadaan adiknya itu.

Namun matanya menangkap sesuatu yang menjadi perhatiannya.

Alvin sedang bersama seorang wanita. Alvin terduduk di kursi sedangkan wanita yang berdiri itu mengelap keringat di wajah pria itu.

Cih.

Alyssa mengerti sekarang, memang sudah seharusnya Ia tak lagi membuka hati untuk pria seperti Alvin. Sudah meninggalkannya tanpa pamit, menciumnya tanpa ijin dan kini menyakiti hatinya tanpa beban.

"Cemburu nih?" Alyssa menengok ke arah samping yang entah sejak kapan adiknya itu sudah berdiri di sana. Alyssa melempar tote bag berisikan baju itu pada Edgar.

"Jadi kakak galak amat sih."

"Bodo amat!"

"Cewek kalau lagi cemburu emang garang." sahut Leon dari arah belakang mereka, yang ikut bergabung.

"Siapa juga yang cemburu."

"Eh merasa kesindir yah?" Alyssa menatapnya tajam, Leon tertawa.

"Gue mau balik." kata Alyssa.

"Kok bekal gue gak ada?"

"Sorry gue makan tadi di jalan, saking lapernya pengen makan orang!" Leon terkekeh.

"Yang bener deh, lo kemanain bekal gue?" tanya Edgar mulai kesal pasalnya perutnya sudah keroncongan minta di isi.

"Gue kasih ke gelandangan.... tadi." katanya dengan jujur, wajah Edgar yang meneraspun seketika melembut.

"Punya hati nurani juga pacar lo Vin." kata Leon entah pada siapa tapi mendengar nama Vin, membuat Alyssa yakin jika pria itu berbicara kepada Alvin. Tapi dimana pria itu?

Alyssa membalikan tubuhnya saat melihat pandangan Leon. Disana Alvin berjalan mendekat menghampiri mereka dengan senyum yang semakin membuatnya terlihat tampan, apalagi keringat yang bercucuran dengan baju basket yang memperlihatkan lengan kekarnya.

"Yuk pulang." kata Alvin menarik lengan Alyssa.

"Apaan sih lo, gue bisa pulang sendiri."

"Gue udah minta Alvin buat anter lo!" teriak Edgar, Alyssa menatap geram pada adiknya itu.

Alyssa menatap garang ke arah Alvin.

"Gue.bisa.pulang.sendiri." katanya menekankan setiap diksi yang di ucapkan. Alyssa berlalu begitu saja, tapi tiba-tiba Ia berteriak. Alvin mengangkat tubuhnya dan membawanya ke atas pundak.

"Alvin turunin gue!"

"Enggak!"

"Malu anjir, diliatin orang!"

"Gue gak peduli."

"Turuninnn!"

"Lo pulang bareng gue."

"Oke, gue pulang bareng lo. Tapi turunin dulu."

"Udah terlanjur gue gendong!"

Alvin terus berjalan menuju parkiran tak acuh dengan teriakan Alyssa yang brontak meminta turun.

🌱🌺🌺🌺🌺🌺🌱

"Gue mau pulang!" Alyssa kembali menekankan untuk Alvin membawanya pulang ke rumahnya, bukan malah ke rumah pria itu.

"Sebentar aja, Mamah mau ketemu sama kamu katanya."

Kamu? Cih.

Alvin menatap Alyssa dengan wajah memohon berharap gadis itu luluh dan mau menerima permintaannya.

Alyssa menghela nafas, Alvin tersenyum senang.

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

"Kamu makin dewasa dan cantik aja si Sa." puji Mamah Alvin.

"Tante bisa aja." Alyssa tersenyum malu. Mamah Alvin terkekeh.

"Setelah sekian lama gak ketemu, gimana kabar orang tua kamu?"

"Kabar mereka baik tante."

"Lain waktu tante akan berkunjung." Alyssa hanya mengangguk.

"Biasalah Sa, akhir-akhir ini tante lagi sibuk sama toko kue tante."

"Tente punya toko kue?" Mamah Alvin mengangguk.

"Sudah 3 bulan beroperasi, syukur banyak pelanggan. Kalau kamu gimana sama kuliah?"

"Kuliah oke kok Tan."

"Alvin gak buat kamu nangis lagi kan?" Alyssa menggeleng dengan senyum kecil.

"Dia sedikit lebih menyebalkan sekarang." kata Alyssa, Mamah Alvin mengangguk menyetujui pernyataan itu.

"Saat tante bilang akan pindah lagi ke indonesia, dia langsung antusian dan meminta Tante segera percepat perpindahan." Mamah Alvin tertawa kecil. "Katanya dia gak sabar buat ketemu kamu lagi."

"Masa sih Tan?" Mamah Alvin mengangguk.

"Bener Alyssa, dia bahkan masih menyimpan mainan yang dulu sering kalian mainkan."

Benarkah itu?

"Tante kalau boleh tahu, kenapa Tante pindah saat itu?"

🌱🌺🌺🌺🌺🌱

Alyssa mendorong pintu kamar Alvin yang terbuka, Ia berniat menemui pria itu sebelum pulang. Mungkin lebih tepatnya mengkode agar pria itu mengantarkannya pulang.

Alyssa memandangi kamar Alvin dengan seksama, semua dimodifikasi dengan warna biru. Warna kesukaan pria itu.

Pandangan Alyssa terpusat pada sebuah foto yang terpajang di atas nakas. Ia meraih bingkai foto itu.

Foto dirinya dan Alvin saat umur mereka menginjak 5 tahun, disana terlihat Alvin mencium pipinya saat Alyssa meniup lilin ulang tahunnya.

Foto itu mengingatkan kembali pada momen-momen menyenangkan mereka dulu.

Alyssa tersentak saat seseorang memeluknya dari belakang. Namun saat mencium aroma tubuhnya Alyssa sudah bisa menebak lengan siapa yang melingkar di perutnya.

"Alvin, lepas." Alyssa berusaha melepaskan tangan Alvin dari pinggangnya namun bulu kuduknya seketika merinding saat merasakan pungungnya yang basah. Entah karena apa tapi sepertinya Alvin bertelanjang dada. Pria itu baru menyelesaikan ritual mandinya.

Lalu memeluk Alyssa dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.

"Alvin lepas, nanti Mamah lo lihat."

"Dia akan mengerti."

"Mengerti apa?"

"Mengerti anaknya sedang berpacaran."

"Gue bukan pacar lo."

"Kau memang bukan pacarku dan hanya seorang mantan." Alyssa merasakan hatinya kembali teriris mendengar pengakuan itu.

"Tapi kamu adalah calon istriku."

"Siapa juga yang mau jadi istri lo, lepas!"

"Diam sebentar saja, ada yang ingin aku katakan padamu." Akhirnya Alysaa diam dan menuruti perlakuan Alnvin yang membalikan tubuhnya menghadap pria itu.

Alvin menyelipkan anak rambut Alyssa ke belakang telinga gadis itu, lalu menatapnya dengan lembut.

"Sebenarnya apa yang mau lo omongin?" tanya Alyssa geram, Ia sudah tak kuasa melihat tubuh setengah telanjang Alvin. Pria di depannya itu malah terkekeh.

"Kalau enggak ada gue mau pulang." Alvin langsung menahan lengan gadis itu saat hendak pergi.

"Jangan berani pulang jika aku belum menyurumu pulang."

"Memangnya siapa lo, gak ada hak buat ngelarang gue."

"Aku berhak karena kamu adalah calon istriku." Alyssa melangkah mundur ketika Alvin berjalan mendekat. Pria itu menangkup wajahnya lalu mendekatkan wajahnya. Mencium Alyssa lembut dan penuh perasaan, tak ada emosi tak ada kebencian. Yang ada hanya kerinduan yang kini tersalurkan melewati ciuman tersebut.

Alvin membawa tubuh Alyssa perlahan menuju tempat tidur dan membaringkannya pelan, Alyssa tak menolak maupun berontak dengan tindakannya saat ini. Alvin cukup bersyukur.

Alvin membuka 2 kancing kemeja Alyssa lalu menatap teduh wanita itu.

"Apa boleh?" tanyanya, Alyssa hanya diam dengan wajah memerah.

Alvin tersenyum setelah mendapatkan persetujuan, dilanjutkannya membuka kancing kemeja wanita itu,hingga menyisakan bra hitam yang dipakai Alyssa.

Alvin memandang kagum pada kedua gundukan indah Alyssa yang begitu menggoda imannya, diciumnya bahu indah Alyssa dengan lembut.

Ahhh...Alyssa mendesah tak karuan.

Alyssa tidak tahu apa yang terjadi padanya, kenapa Ia dengan mudah luluh pada pria yang Ia benci.

Alvin menatap lekat Alyssa mengusap lembut pipinya lalu menyatukan keningnya dengan kening Alyssa.

"Kamu adalah hal terindah yang aku miliki saat ini. Mungkin orang akan mengatakan cinta kita dulu hanya cinta monyet, tapi bagiku itu hal yang akan aku simpan sampai kapanpun."

🌱🌺🌺🌺🌺🌺🌱