15 I'M HERE

Alyssa menggerutu kesal, Edgar meninggalkannya di tengah-tengah pesta. Pria itu ijin untuk ke belakang tapi sudah 30 menit tak ada tanda-tanda balik.

Menyebalkan.

Di tengah keramaian pesta yang tak hanya mengundang 1 kelas melainkan seluruh mahasiswa Universitas Sevit membuat Alyssa sulit menemukan orang yang di kenalnya.

Ia menjadi gelisah, saat manik matanya menangkap 2 orang perempuan Alyssa tak mengalihkan pandangannya sama sekali. Hatinya rindu dengan kedekatan mereka dulu. Lia dan Karin. Ya, dua perempuan itu adalah sahabatnya yang tengah asik berbincang sambil bercanda ria.

Tatapan mereka bertemu, sesaat Alyssa hanya diam namun saat bibirnya hendak melengkung kedua gadis itu berlalu dengan wajha datar.

Alyssa mendesah kecewa.

Jika Karin tahu yang sebenarnya, apa keadaan mereka akan kembali seperti semula?

Masalah yang bertubi-tubi menghampirinya Alyssa hadapi dengan sabar untuk menemukan titik terang.

"Kak," Alyssa memekik kaget saat seseorang menepuk bahunya.

"Jangan sembarangan ngagetin orang, kalau aku jantungan gimana? Terus mati mendadak gimana?"

"Apaan sih, gak usah sejauh itu juga kali mikirnya."

"Ya, kalau itu terjadi gimana?"

"Iya-iya maaf." Alyssa menghela nafas.

"Kemana aja sih, kencing aja pake lama."cetus Alyssa dengan nada jutek.

"Yaelah, di tinggal sebentar doang udah kangen aja." canda Edgar yang mendapatkan pukulan di bahunya dari sang Kakak.

"30 menit bagi cewek itu lamaaa." kata Alyssa dengan nada gereget.

"Iya aja dah. Emang kenapa sih? Kakak kan bisa ngobrol sama orang-orang."

"Aku berasa jadi orang asing di sini, Aku mau pulang."

"Kan baru sampe,"

"Pokoknya mau pulang titik."

"Gak asik banget sih Kak,"

"Bodo!" Alyssa berlalu begitu saja.

"Gue tunggu di mobil!" katanya sebelum benar-benar pergi. Edgar hanya mendesah kesal.

๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€

"Akhirnya dateng juga lo berdua?" ucap Gio kepada dua orang laki-laki yang baru saja menginjakan kakinya di gedung pesta, Gio sudah menyambut kedatangan mereka dengan antusias.

"Gimana perjalanan bisnis?" Gio kembali bertanya.

"Aman." jawab Leon dengan bangga.

"Set dah keren-keren. Teman-teman gue sekarang udah mulai kaya, jadi bisa lah tlaktir gue setiap hari hahaha." kata Gio dengan nada candaan.

"Muka lo gak usah datar gitu lah Vin." kata Gio kepada Alvin yang sudah terlihat tak senang datang ke sana.

"Biasalah belum ketemu pacarnya." sindir Leon.

"Gue denger Alyssa berantem sama Karin."

"Iya, itu gara-gara gue." kata Leon, Alvin menatapnya.

"Maksud lo?" tanya Gio.

"Selama ini gue selalu ngirimin uang setiap bulan ke rekening ibunya, tapi Karin salah paham dan malah nuduh Alyssa."

"Emang buat apa lo ngirim uang itu? Ibu Karin merotin lo itu mah."

"Ibunya juga gak tau masalah ini, cuma gue doang yang tau."

"Terus apa alasan lo ngelakuin itu?"

"Gue gak suka orang-orang ngerendahin Karin terus-terusan karena dia bukan orang berada. Gue gak suka!"

"Ciaelah, bucin!"

"Gue gak bucin anjir."

"Gengsi kok di simpen."

"Gue masuk." Alvin berucap tanpa menunggu respon kedua sahabatnya itu, kakinya melangkah masuk ke dalam gedung.

"Lo lagi nyari Alyssa?" langkah Alvin terhenti saat sahabatnya mengucapkan nama gadis yang memang menjadi tujuannya datang ke pesta ini.

Alvin mmbalikan tubuhnya menghadap Gio dan Leon. Menaikan sebelah alisnya menunggu Gio memberitahu keberadaan Alyssa.

๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€

"Ayoo..." rengekan manja Alyssa kembali terdengar, Edgar seperti sedang membawa anak kecil.

"Bentar Kak," jawab Edgar yang kembali melanjutkan pembicaran dengan temannya.

Alyssa melepaskan gandengannya dari tangan sang adik, Ia kemudian berjalan pergi dengan hentakan kaki. Ia tak peduli pergi kemana, yang penting Ia jauh dari kerumunan orang-orang.

"Harusnya aku menolak datang kesini, percuma juga tak ada yang seru." gumaman Alyssa dalam setiap langkahnya.

"Dasar adik durhaka."

"Gue bilang Ayah, baru tau rasa!"

"Biar dicincang sekalian karena nelantarin gue."

Dan segala umpatan Ia lontarkan untuk sang adik yang membuatnya kesal malam ini.

Alyssa mengigit bibir bawahnya saat melihat sepasang kekasih melewatinya. Ia menghela nafas, dirinya rindu, rindu Alvin.

Where are you?

"I'm here." langkah Alyssa terhenti. Mencoba menenangkan detakan jantungnya yang kian tak terkendali.

"I'm Here, Alyssa." suara yang di rindukannya terdengar lagi.

Alyssa tak berani membalikan tubuhnya, Ia sudah memantapkan hatinya untuk tak mudah luluh pada seorang pria apalagi jika pria yang saat ini berada di belakangnya.

"Alyssa, liat aku."

Shit.

Alvin sudah berada di hadapannya, kini Alyssa tak berani mengangkat wajahnya.

"Jangan mendekat." cicit Alyssa yang sudah menitikan air mata.

"Aku tahu aku salah...."

"Aku yang salah," potong Alyssa. "Aku yang udah ngancurin, impian dan kebahagiaan kamu."

"Enggak Alyssa, kamu enggak ngancurin itu semua. Itu..." Alyssa mendongak dengan berlinang air mata.

"Berhenti Vin! Berhenti mengasihiniku. Aku tidak mau menjadi beban untuk orang lain termasuk kamu. Aku gak tau, apa yang selama ini kita lalui memang tulus dari hatimu atau memang sebagai balasan dendammu untukku?" Alvin menggeleng menangkal perkataan Alyssa.

"Enggak Lys, bukan seperti itu..."

"Kau sudah 2 kali menghancurkan hatiku, membuatnya kembali jatuh ke dasar jurang, kurasa itu cukup untuk memuaskan dendammu padaku."

"ALYSSA!"

"KENAPA?" Alyssa kembali membentak. "Kau mencoba menyangkal semua kebenaran ini, IYA?"

"Kau gadis keras kepala yang pernah aku temui." Alyssa bergeming. "Gadis yang berhasil memporakporandakan hati serta pikiranku hanya tertuju padamu. Kau tahu, selama ini aku berjanji untuk tak meninggalkanmu. Tapi semua itu tak sesuai rencanaku, takdir memilih untuk membuat aku jauh darimu, sampai akhirnya Tuhan memberiku kesempatan untuk kembali memulai. Namun, semua seperti yang lalu. Aku tak mau lagi menunggu waktu, aku ingin dirimu, selamanya." Alvin meraih kedua tangan Alyssa dan menggenggamnya erat, menatap manik mata gadis itu secara lekat.

"Alyssa, I'm hear. Les's star again."

๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€๐ŸŽ€

avataravatar