99 Sebuah Akhir 4

"Apa kau baik-baik saja?" Leo mengintip Renee yang baru saja keluar dari kamarnya, wanita itu tersenyum dan tangannya langsung disambut Leo.

Tatapan laki-laki itu benar-benar berbeda dari yang pertama kali ia lihat. Leo terlihat sangat antusias melihatnya.

"Aku baik, kau tidak perlu memperlakukan aku seperti orang sakit."

Renee dan Leo berjalan berdampingan di lorong panjang Mansion keluarga Emmanuel yang sudah setengah diperbaiki.

Keadaan perlahan-lahan kembali menjadi normal dan orang-orang di kota Dorthive mulai bangkit, meski ada satu atau dua orang yang menghilang, tapi semua orang menjadi lebih tegar.

"Yah, tapi aku tidak bisa benar-benar yakin kalau kau baik-baik saja sampai tabib kerajaan datang." Leo berkata dengan sedikit gugup, tubuhnya masih memiliki beberapa luka dan ia masih bisa menahannya.

Tapi Renee, Leo tidak tahu seberapa banyak rasa sakit yang ditanggung wanita itu.

"Apa yang kau pikirkan?" Renee menghela napas, mereka sampai di halaman, ada Dylan dan yang lainnya telah berkumpul, meja tertata dan penuh dengan makanan.

Bukan perayaan, tapi ini adalah ide Dylan dan Bella, mereka ingin membuat acara kecil-kecilan untuk makan bersama, Arthur yang cemberut juga termasuk ada di sana dengan hati yang setengah dongkol.

"Aku tidak akan mati secepat itu karena kekuatanku tidak ada."

Renee tertawa kecil, Leo dengan sedikit senyuman menarik kursi untuk Renee dan membiarkan wanita itu duduk di depnnya.

"Yah, aku tahu. Kau sudah mengatakan hal ini beberapa kali." Leo duduk di samping Renee, ia menatap wanita itu dengan tatapan yang sedikit mencengangkan.

"Marquis, tolonglah sedikit lebih tenang."

Renee tidak tahu apa yang akan terjadi kalau Leo terus menatapnya seperti itu sepanjang waktu, wibawa Leo sebagai Marquis di kota ini mungkin akan runtuh.

"Ya ampun. Kalian lucu sekali." Bella masih mengenakan seragam pelayan dan sifatnya sama sekali tidak ada perubahan. "Aku heran kenapa aku tidak bisa menghilangkan kebencianku."

"Tolong jangan merusak suasana." Dylan yang ada di seberang Leo bergumam sambil menggoyangkan gelas di tangannya. "Kau harus melatih emosimu itu sedikit demi sedikit."

"Daripada aku ... bukankah harusnya dia?" Bella menuangkan jus ke gelas Renee, ia melirik Arthur yang wajahnya seakan-akan tidak ingin ada di tempat ini.

Arthur tidak bisa pergi tanpa izin Leo, ah lebih tepatnya ia tidak bisa kemana-mana. Ratu akan tiba beberapa hari lagi untuk melihat keadaan kota Dorthive secara langsung, ia tahu ada berapa banyak hal yang harus didiskusikan.

Memikirkan itu, Arthur tahu kalau posisinya sebagai penasihat kerajaan terancam.

"Makanlah lebih banyak." Leo sepertinya itdak membiarkan Renee mengambilkan makananya sendiri, ia mengambil satu demi satu dan memasukkannya ke dalam piring Renee hingga wanita itu tidak tahu harus berpikir makan mulai mana.

"Leo, aku tidak akan memakan sebanyak ini." Renee tertawa, mungkin karena perubahan sikap Leo ini ia merasa kalau laki-laki itu terlihat lebih hangat dan baik daripada sebelumnya.

Bahkan untuk saat ini makan sarapan mereka dilakukan di taman, di bawah sinar matahari pagi yang cerah. Sangat berbeda dengan yang dulu di mana mereka hanya makan di bawah cahaya lentera yang membosankan.

"Yah, apa pun itu kita harus merayakan hari ini dengan baik." Dylan terkekeh, aroma anggur menguar, sangat tidak cocok di sarapan mereka yang hangat ini.

Renee menatap Leo yang masih tersenyum padanya lalu Dylan dan Bella, ia tidak bisa membendung rasa penasarannya yang telah ia pendam.

"Aku ingin tahu tentang Karren."

Senyuman di wajah Leo langsung luntur, sedangkan Dylan terbatuk memegangi dadanya. Bella juga menunjukkan reaksi yang tidak biasa, kedua tangannya yang memegang nampan itu mengerang.

Hanya Arthur yang terlihat biasa-biasa saja, laki-laki itu bahkan menatap Renee sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Apa yang ingin kau tahu?" Dylan sebagai orang yang paling tahu tentang wanita itu menegakkan tubuhnya, bagaimana pun hubungan mereka di masa lalu bukan hanya sebatas kekasih saja, tapi mereka juga memiliki anak.

"Semuanya."

Renee melirik Leo, laki-laki itu tersenyum tipis.

"Aku cinta padanya." Dylan berkata tanpa beban, di belakangnya Bella langsung mencibir jijik. "Tidak, lebih tepatnya aku terlalu buta mencintainya waktu itu."

Renee terdiam, Arthur makan tanpa suara di depan semua orang. Bella tidak bisa tidak menampilkan wajah yang paling menjijikkan yang pernah ia miliki pada Dylan.

"Aku pasti sudah kehilangan akan sehatku waktu itu," lanjut Dylan, ia tidak punya pilihan selain terus bercerita tentang apa yang terjadi di masa lalunya. "Di mataku , dia adalah wanita paling cantik dan bersinar."

Dylan akui ia sangat gila waktu itu, mencintai seorang pelayan yang bahkan ia membuat sang Ratu sangat murka padanya. Cintanya yang terlalu buta itu membuat ia mampu melakukan apa saja untuk Karren.

Bahkan sampai memiliki anak.

"Apa yang terjadi? Kalian menikah?"

"Tidak, ini tidak seperti itu." Dylan mengusap kepalanya, ia melirik Leo dan laki-laki itu mengangguk pelan. "Aku juga tidak sadar kenapa aku melakukannya."

Ia tidak tahu tentang bayi yang dimaksud orang-orang, bahkan ia tidak pernah menggendong bayi itu dengan kedua tangannya sendiri. Semua orang mengatakan kalau Karren meninggal bersama bayi itu.

Dylan bahkan tidak tahu di mana peti mati mereka dikuburkan, ketika mendengar kabar kematian itu, ia tidak merasa sedih. Rasanya seperti mendengar orang asing yang tidak pernah ia jumpai sebelumnya.

"Lebih tepatnya, aku tidak tahu apakah bayi itu ada atau tidak." Dylan menatap kedua tangannya, rasanya seperti ada yang aneh dengan hubungannya dengan Karren, tapi apa itu, ia tidak benar-benar mengerti.

Semuanya seakan tidak bisa ia bantah dan ia hanya mengikuti apa yang dikatakan oleh wanita itu. Kemudian Celia datang dengan berbagai kesalahpahaman yang keluar dari mulutnya, membuat Leo harus menanggung banyak penderitaan atas dosa yang ia lakukan.

Dylan melirik Arthur, jika dibandingkan dengan laki-laki itu, dirinya mungkin adalah orang yang paling buruk di sisi Leo.

"Begitu ... tidak apa-apa. Masa lalu masih bisa diperbaiki di masa depan."

Renee bersandar di kursi, sedikitnya ia mengerti apa yang terjadi. Jika apa yang Celia dan Ivana katakan adalah kebenaran, maka sosok-sosok seperti Celia, tidak hanya satu saja.

Tapi ada beberapa.

"Kita harus memberitahu Ratu apa yang terjadi di sini." Renee menghela napas panjang, ia rasa ia punya banyak hal yang harus diberitahukan pada Ratu yang sekarang sedang dalam perjalan kemari.

"Ya, tentu saja." Leo merasa senang dengan adanya Rene di sampingnya, laki-laki itu mengambil gelas untuk dirinya sendiri. "Kita akan melaporkan banyak hal untuk sang Ratu."

"Ya, tidak perlu terburu-buru. Ayo nikmati makananya." Bella yang tidak ingin makanan yang ia siakpkan menjadi dingin buru-buru menyuruh mereka makan, Renee terkekeh pelan, menggerakkan sendok dan garpu.

avataravatar
Next chapter