91 Mawar Merah Darah 3

Celia mencoba menghalau cahaya jingga yang bersinar menyilaukan di depannya, ia menggerakkan tangan, mencoba menggerakkan ular untuk melindunginya.

Ia tidak boleh berakhir di sini, ia tidak boleh ….

BANG!

Celia terhempas bersamaaan dengan cahaya jingga yang menyebar luas, seteguk darah langsung keluar dari mulutnya, ia terjatuh di antara reruntuhan sambil memejamkan matanya dengan erat.

Ular yang mencoba melindunginya hancur bersamaan dengan cahaya jingga, tercerai berai layaknya abu di udara, Celia menahan napas, berusaha untuk tidak terpengaruh dengan cahaya jingga yang menyakitkan mata.

Suara erangan para monster terdengar, sepertinya mereka juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda dengan ular terakhir yang dimiliki oleh Celia.

"Apa-apaan ini?"

Wanita itu mendongak, matanya menatap ke arah Renee dan Leo, debu yang berterbangan membuat ia tidak bisa melihatnya dengan jelas, tapi itu hanya berlangsung sebentar, sebelum cahaya jingga tiba-tiba saja melesat naik ke atas langit, seperti suar yang bersinar di tengah kegelapan, cahaya seakan sampai menembus ke lapisan langit ketujuh.

Cahaya itu terlihat mampu menerangi malam yang gelap di kota Dorthive.

"Kekuatan macam apa ini?"

Celia menelan ludah, rambutnya yang masih terikat terkena hempasan angin yang begitu kuat dan tergerai tidak karuan, gaunnya robek dan tubuhnya terdorong mundur.

Celia mengangkat tangannya, kabut hitam muncul membentuk perisai melindungi dirinya, tapi kekuatan cahaya jingga yang bersinar terlalu kuat, ia terhempas lagi untuk yang kedua kalinya.

BRAKH!

"Argh!"

Celia menggertakkan gigi, punggungnya terasa sangat sakit, ia memejamkan matanya dengan erat. "Astaga, ini sakit sekali!"

Cahaya jingga masih bersinar kuat dan suasana menjadi sunyi selama beberapa saat, Celia mencoba menstabilkan dirinya dan melihat ke sekitar, ingin bangkit dengan perlahan-lahan. Dengan bibir digigit, ia menahan rasa sakit di punggungnya.

Celia tidak bisa kalah di sini, ia adalah penguasa monster di kota Dorthive, ia ….

SET!

"Menyebalkan sekali."

Celia mendongak dan menatap ke atas, keningnya berkerut dalam dan ia merasa gugup seketika.

"Tidak mungkin, bagaimana kau …."

"Ya, ini aku."

Leo menyeringai dan pedang yang entah sejak kapan telah menyentuh leher Celia bergerak pelan ke bawah dagu wanita itu. "Sungguh menyenangkan ya, perbuatanmu selama ini."

Leo tidak mengingat apa yang ia lakukan sebelumnya, tapi ia tahu kalau ia tidak berada dalam keadaan yang menguntungkan.

"Leo aku …."

Celia menggerakkan matanya dan ia melihat di antara cahaya jingga yang lurus ke atas langit, ia melihat Renee berdiri.

Rambut wanita itu tergerai panjang di belakang punggungnya, warna mata, tubuh dan apa yang ada di sekitarnya kini telah berubah berbaur dengan warna jingga yang menembus ke atas langit, di belakang punggungnya ada sepasang sayap yang terentang lebar, seeperti sayap malaikat.

Celia belum pernah melihat yang seperti ini sebelumnya, apalagi Leo … laki-laki yang ada di depannya ini terlihat telah sadar sepenuhnya dari pengaruh kekuatannya.

Bagaimana ini bisa terjadi?!

"Kemana kau melihat?" Leo bergumam lagi, di detik berikutnya Celia merasakan pedang itu bergerak, mengayun ke arah lehernya. Wanita itu langsung menggerakkan kabut hitam untuk menepis. "Lawanmu sekarang adalah aku."

Renee sudah melakukan semua ini demi mereka semua, wanita itu sudah mengorbankan banyak hal.

Renee sudah melakukan segalanya dan sekarang adalah giliran Leo membalas pada wanita busuk yang ada di depannya ini, Celia Fern, sang Duchess yang selama ini bersembunyi di balik topeng kepolosannya itu untuk menutupi segala perbuatan jahatnya.

"Jangan berkata apa pun, aku muak mendengar suaramu."

Mata Leo menyipit, menatap Celia dengan amarah yang amat kuat. Jelas sekali ia melihat bagaimana kedua tangannya menghunus Renee, kalau saja kesadarannya tidak ditarik oleh Renee, ia mungkin akan melakuan sesuatu yang mengancam nyawa wanita itu.

BANG!

Celia melompat mundur dengan kedua tangan yang terkepal erat, ia tidak menyangka hal-hal seperti ini akan berkembang seperti ini, tatapan mata Leo padanya bukan tatapan kosong lagi, tapi tatapan murka.

Citra yang telah Celia bangun selama bertahun-tahun akhirnya tidak berguna lagi, Leo terus menyerangnya tanpa henti.

PRAK!

Pedang yang Leo pegang adalah pegang yang tadi dipakai oleh Renee, masih diselimuti oleh cahaya jingga, ia bergerak dengan cepat menyerang Celia, semua luka yang ada di tubuhnya, perlahan tapi pasti mulai menutup.

Renee masih berada di tengah-tengah cahaya jingga yang menjulang tinggi ke atas langit, ia berdiri dalam keadaan yang aneh, sepertinya wanita itu dalam keadaan tidak sadar.

"Sial, aku tidak akan kalah begitu saja."

Celia mengangkat tangannya, memanggil para monster untuk menghalangi Leo.

Tapi para monster tidak datang.

"Apa … apa yang terjadi?"

Tanpa Celia sadari, cahaya jingga menyebar ke seluruh kota Dorthive, membuat monster-monster yang masih bergerak menjadi pulih ke tubuh manusia mereka. Bahkan Dylan yang terbaring tidak berdaya dengan tulang rusuk yang patah membuka matanya, ia pulih dan bangkit.

"Uhuk! Aku ... aku ... kembali?"

Arthur yang terluka paling parah bangkit, ia menatap kakinya dengan senyuman lebar di wajahnya.

Dylan langsung mengalihkan pandangan pada Renee, wanita itu masih berada di dalam cahaya, terlihat menakjubkan tapi juga menakutkan.

Kekuatan ini, bukankah terlalu berlebihan?

Celia terkejut.dengan ayunan pedang Leo yang kembali bergerak mengarah ke tubuhnya

Celia menjadi panik, monster dan tongkatnya telah tiada, ia hanya bisa mengandalkan kabut hitam sebagai pertaruhan terakhir.

"Karena sudah sampai di sini, maka aku tidak punya pilihan lain." Celia mundur, mengeluarkan kabut hitam menjadi bentuk lurus di tangannya, membentuk sebuah pedang panjang. "Taruhan belum berakhir."

Leo tidak mengatakan apa-apa, ia melesat menyerang Celia dengan pedang, suara pedang bertabrakan terus bersahut-sahutan, semakin lama semakin nyaring.

Celia tidak menyukai hal seperti ini, bagaimana pun laki-laki yang menyerangnya ini adalah orang yang ia sukai, orang yang ia inginkan.

Bagaimana bisa Leo melukainya begitu saja?

Celia kewalahan, gerakan Leo mulai membuat luka di tubuhnya, ia menggertakkan gigi. Seharusnya pengaruh kekuatannya tidak akan mudah menghilang begitu saja, kalau bukan karena Renee.

Mata Celia beralih ke arah Renee yang masih berdiri di bawah cahaya yang kuat, wanita itu sepertinya telah menggunakan seluruh kekuatannya.

Celia menyeringai, lalu melirik Leo yang sepertinya tidak menyadari apa yang terjadi. Laki-laki itu terus menyerang Celia tanpa henti, sepertinya ia berambisi untuk mengalahkan Celia.

"Kita harus membantu Leo!" Dylan yang pulih langsung menarik Arthur berdiri, ia mengambil pedang dengan serampangan. "Keadaan Renee sepertinya tidak benar!"

"Tunggu, kenapa aku harus …." Arthur tidak menyelesaikan kata-katanya, ia mengikuti Dylan yang mendekat ke arah Leo, matanya melirik Renee yang masih ada di dalam cahaya, cairan merah keluar dari mulut dan telinga wanita itu. "Tidak, tidak, wanita berjiwa suci itu tidak akan mati karena kita, kan?!"

avataravatar
Next chapter