webnovel

Cinta Berbalik Benci 1

Karren tertawa lagi di atas sana.

"Apa katamu? Aku … Iblis?"

Karren menyentuh dadanya, seekor ular muncul dan mendesis ke bawah, ekornya yang panjang menjuntai hingga mencapai lantai. "Iblis seperti apa yang memiliki wajah secantik aku?"

Dylan akui penampilan Karren sangat berbeda dari yang dulu, ia tidak hanya terlihat cantik, tapi juga mengerikan di saat yang bersamaan.

Karren mengangkat kakinya melintasi ekor ular, tubuhnya seakan terbuat dari kapas yang sangat ringan, ia meluncur dengan mudah.

"Ha … apa ini Ivana?" Karren memiringkan kepalanya, ia terkekeh pelan. "Kau sepertinya menjadi semakin tua?"

Ivana menatap Karren, wanita ini tidak pernah berada di pihak Celia, ia tidak tahu apa sebenarnya hubungan Karren dengan keluarga Fern tapi ….

Sepertinya baik Karren ataupun Celia, mereka sama-sama tidak saling menyukai satu sama lain, mereka ada di pihak yang berlawanan.

"Dylan, kau terlihat sangat terkejut melihatku." Karren mengusap wajahnya dan matanya melirik ke arah Dylan yang masih berdiri mematung di samping Ivana. "Kau pasti memiliki banyak hal yang ingin kau katakan padaku, kan?"

Dylan menarik napas dalam-dalam, kemudian dalam satu kali sentakan ia mengayunkan pedang ke arah Karren.

SRATS!

Pedang itu menghunus ke arah lengan wanita itu, Karren tidak menghindar sama sekali dan pedang itu menancap di lengannya.

Dylan dan Ivana berusaha untuk tetap tenang melihat bagaimana dari lengan Karren yang terhunus pedang itu mengeluarkan ular-ular kecil yang menggeliat.

"Hehehee." Karren terkekeh-kekeh, tangannya yang mendorong pedang dan ular-ular kecil yang di lengannya itu kembali menyatu dengan lengannya, seakan-akan tubuhnya telah terbuat dari ratusan ular kecil yang saling menyatu. "Setelah pertemuan kita sekian lama, mengapa kau mengayunkan pedang padaku? Apa kau tidak takut bayi kita kenapa-kenapa?"

"Omong kosong."

Ivana tidak tahan lagi mendengar ocehan Karren, apalagi tentang bayi-bayi sialan yang tidak mungkin akan ada di saat seperti ini.

Karren sepertinya tahu cara bagaimana mengguncang Dylan, bagaimana pun di masa lalu kabar Karren yang meninggal bersama bayi di perutnya membuat kehebohan dan Dylan menjadi sangat terpukul dengan itu.

Tapi pikirkanlah, orang yang dikabarkan mati lima tahun yang lalu tiba-tiba saja muncul dan mengusap perutnya seakan-akan lima tahun yang lalu itu adalah kemarin.

Siapa yang akan percaya kalau ia masih memiliki anak di perutnya?!

Ivana tidak habis pikir, jika terus dibiarkan ia yakin Dylan akan terpengaruh tanpa kecuali pada Karren.

BUKH!

Ivana menggerakkan tangannya menghantam Karren, wanita itu mundur beberapa langkah dan memegangi pipinya.

"Ivana?" Karren berseru dengan suara yang mendayu-dayu, matanya berkaca-kaca, seakan-akan ia adalah korban di sini. "Apa kau tidak takut anak di perutku akan …."

JLEB!

Itu bukan Ivana yang melakukannya, tapi Dylan. Laki-laki itu mungkin sudah terlalu muak mendengar ocehan Karren, ia menusuk Karren tepat di perutnya.

"Argh!" Karren berteriak, ia menatap pedang yang menembus perutnya, di sana bukannya darah yang keluar, melainkan ular-ular kecil yang seakan-akan tercerai-berai.

"Ah, Dylan … kau tidak ingin melihat anak kita, ya?"

"Anak … anak terus yang kau katakan daritadi, membuatku muak saja rasanya." Dylan menarik pedang di perut Karren dan mengayunkan ke kepala wanita itu.

SRATS!

Kepala Karren berguling ke atas lantai dengan mudahnya, Ivana langsung mundur dan menatap Dylan.

"Ini bukan badannya yang asli." Ivana berseru, Dylan langsung melompat mundur, mereka berdua sama-sama menjauhi tubuh Karren.

Kepala Karren langsung berubah menjadi seekor ular berwarna putih, mendesis nyaring pada Dylan dan Ivana. Tubuh Karren yang telah ditusuk ikut berdiri dan ular-ular kecil membentuk kepala kepala yang baru.

"Dylan, kau kejam sekali." Karren tersenyum, senyuman yang sangat mengerikan dalam keadaan seperti ini. "Aku jadi marah, nih ... dengan perbuatanmu."

Wanita tu terkekeh untuk yang kesekian kalinya, Dylan tidak basa-basi lagi, ia langsung menggerakkan pedang ke arah Karren dan Ivana menghalau ular putih yang ingin menyerang Dylan.

"Diam!" Dylan berteriak marah, pedangnya berayun dengan kuat.

Kali ini Karren menghindar dan menggerakkan tangannya, ular-ular kecil langsung berlompatan ke arah Dylan.

"Aku tidak mengerti kenapa aku menyukaimu dulu, menjijikkan."

Karren tersenyum, ia menerjang Dylan hingga laki-laki itu terhempas ke belakang.

"Ssshh!" Ular-ular yang menyatu di tubuh Karren mendesis nyaring, wanita itu menyipitkan matanya dan mengusap dagu.

"Aku menjijikkan? Apa itu pujian?" Karren terkekeh, menatap Dylan yang bangkit kembali. "Aku masih ingat bagaimana kau merayuku di atas ranjang, aku juga masih ingat bagaimana kau menyentuhku dengan penuh gairah, di mana hal seperti itu yang terasa sangat menjijikkan, Dylan?"

Dylan tidak segera menjawab, kedua alisnya saling bertaut dan tangannya yang memegang pedang itu terlihat gemetar.

Dylan sama sekali tidak tahu apa yang merasuki otaknya sampai dulu ia menjadi begitu tergila-gila pada Karren, ia tidak mengerti dan bertanya-tanya apa yang salah dengan dirinya.

Ia pasti sudah gila, bahkan saat Leo berusaha mengingatkannya pun, Dylan menolak mentah-mentah.

Ia memang gila menyukai wanita ular seperti Karren.

Dylan menarik napas dalam-dalam, ia menatap tajam pada Karren.

Apapun yang telah terjadi di masa lalu, itu adalah masa lalunya yang telah ia lewati. Apa yang terjadi sekarang adalah hal yang lebih penting.

Wanita di depannya ini bukan manusia, dia juga bukan orang yang baik. Dylan tidak akan pernah menyesal jika ia harus menghancurkan Karren dengan kedua tangannya sendiri.

"Apa kau menyesal?" Karren tersenyum miring, menyentuh perutnya lagi dan matanya itu melirik ke arah Ivana yang masih sibuk melawan ular putih di depannya. "Setelah semua yang kita lalui, kau tidak akan membenciku dan anak kita berdua, kan?"

"Aku tidak menyesal." Dylan melangkah maju dengan pedang yang ada di tangannya ke arah Karren, suara sabetan pedang bertemu dengan tubuh ular yang licin terdengar, Karren sepertinya tidak lagi diam, ia melawan balik dan ular-ular kecil terus bermunculan.

"Jadi kau tidak peduli lagi padaku?"

Karren mengangkat kakinya menendang, Dylan dengan cepat mengayunkan pedang hingga kaki itu langsung terpotong.

Kaki yang terpotong itu jatuh ke lantai dengan suara yang keras, langsung berubah jadi ratusan ular kecil yang menggeliat-geliat di atas lantai.

Karren terkekeh pelan, kaki lain muncul lagi di bekas kakinya yang terpotong dan ia seperti manusia yang tidak pernah terluka sedikit pun. Wanita itu mengangkat tangannya dan menendang Dylan.

BRUKH!

Dylan terhempas ke lantai, ular-ular kecil dengan cepat merayap dan menggigit kuat dengan rahang mereka yang kecil di tubuh Dylan.

"Aku … tidak akan peduli padamu." Dylan menggerakkan tubuhnya, berusaha menarik ular-ular kecil yang menempel padanya, laki-laki itu terlihat geram. "Kau bukan siaapa-siapa bagiku."

Karren langsung tercengang mendengar perkataan Dylan, semua rasa pongah dan sombong yang ia miliki seakan sirna dalam sekejap.

Perasaannya berubah menjadi ... amarah.

Next chapter