1 Lady Paviliun Mawar

Di sebuah kerajaan bernama Kakao, daratan Taeso.

Langkah wanita itu terkesan terburu-buru menuruni anak tangga demi anak tangga. Menggerutu kala gaun merahnya yang cantik-menjuntai justru memperlambat pergerakannya.

Sialan! Salahkan para saudarinya yang memberi usulan pada Raja dan Ratu untuk menempatkan kamarnya di paviliun menara kastil. Kata mereka, Lady Goo Eunbyul itu suka udara segar dan kesunyian, jadi bagaimana kalau kamarnya dipindahkan ke paviliun mawar saja.

Eunbyul mendesis sinis waktu itu. Paviliun mawar katanya? Bukankah tempat itu milik mantan selir Jang yang dihukum mati karena penghianatan tiga dekade sebelumnya? Parahnya lagi, tempat itu berada di ketinggian benteng kastil dan jauh dengan kastil utama. Membuat Eunbyul hampir selalu terlambat datang ke pertemuan kerajaan maupun sekolah. Seperti sekarang ini. Ternyata raja dan ratu telah kembali dari perjalanan bisnisnya. Sudah bisa ditebak, dirinya lah yang menjadi orang terakhir-- mendengar kabar itu-- dan terakhir datang.

Goo Eunbyul menarik napas dalam lalu menghembuskannya lewat mulut. Merapikan sedikit tatanan rambut dan gaunnya sebelum memberitahu penjaga agar mengumumkan kedatangannya.

Pintu terbuka, menampilkan sosok Eunbyul yang tersenyum dibuat semanis mungkin.

Benar saja, raja dan ratu telah berada di kursi kebesarannya-- di ujung meja panjang yang telah tersaji berbagai jenis makanan. Lalu saling duduk berhadapan para selir dan putri-putri mereka yang kini menatap dirinya dengan senyum remeh sekaligus mengejek. Pasti sangat senang ya kan, melihat dirinya terlambat, apalagi kalau nantinya dia diberi teguran atas keterlambatannya.

Eunbyul memberanikan diri untuk mendekat pada raja dan ratu. Memberi hormat serta meminta maaf atas keterlambatannya tanpa perlu memberi alasan. Ayolah, alasan hanya akan terlihat sebagai pembelaan diri atas ketidakmampuannya untuk datang tepat waktu. Sangat tidak elegan, menurutnya.

Namun beruntung, raja dan ratu mengerti. Mereka juga tak memarahinya. Justru terbesit rasa bersalah di benak raja karena telah memindahkan sang putri ke paviliun yang lebih jauh. Membuat para selir dan lady mendengus kecewa.

"Duduklah lady Goo." Ratu Gong memberi titah. Goo Eunbyul pun bangkit dari menghormat, lalu menuju kursinya. Yang lagi-lagi, terletak paling jauh dari kursi raja dan ratu. Rasa kesal kembali bercokol, apalagi ketika dia mendengar salah satu dari orang yang dilewatinya berkata pelan, mampus kau upik abu! Tangan Eunbyul mengepal erat. Dalam hati bersumpah, awas saja kalian! Akan ku balas suatu saat nanti.

"Baiklah, karena semua orang sudah berkumpul, mari kita mulai makan malam ini. Setelah itu, baru kita bicarakan beberapa hal," titah raja Gong Yoo. Yang dibalas serempak semua wanita yang ada, "Baik yang Mulia Rajaku."

Jika ada yang menanyakan kenapa hanya ada para wanita di ruangan itu dan raja adalah satu-satunya pria, itu bukan berarti raja tidak memiliki putra atau saudara laki-laki. Jadi begini, di kerajaan kakao itu memiliki prinsip 'Hanya Ada Satu Matahari Menyinari Loen'. Loen adalah paviliun raja. Tempat tinggal raja. Yang berarti di dalam kerajaan hanya boleh ada satu pemimpin. Maka dari itu, semua pangeran kerajaan tidak diperbolehkan tinggal di istana utama. Mereka masing-masing di angkat menjadi kepala wilayah dan menetap di istananya masing-masing. Istana wilayah sebutannya. Dan setiap istana itu dinamai sesuai nama wilayahnya. Namun dari mereka juga ada yang diangkat menjadi panglima militer atau pimpinan lembaga tertentu yang pokok mengharuskan mereka tinggal di luar istana. Semua itu tergantung dari mandat sang raja.

Dan raja yang sekarang, Gong Yoo adalah raja ke tujuh. Memiliki seorang ratu bernama Gong Hyojin. Dengan ratu Gong, beliau memiliki pengeran bernama Gong Bogum yang kini menjadi kepala istana blossom. Dan hingga detik ini, total raja Gong Yoo memiliki 9 selir. Delapan selir masih hidup dan masing-masing hanya memiliki seorang lady (sebutan bagi putri raja di kerajaan kakao), dan 1 selir telah wafat meninggalkan seorang putra dan putri kembar, yakni mending ibu lady Goo dan pangeran Goo.

Jadi, sistem penamaan bagi putra atau putri kerajaan itu mengikuti marga si ibu. Dan perlu diketahui, bahwa setiap selir dalam sejarah kerajaan kakao hanya boleh melahirkan sekali. Yang artinya hanya boleh memiliki satu pangeran atau satu lady, kecuali jika melahirkan anak kembar. Aturan itu diberlakukan agar tidak terjadi kesenjangan kasih dalam keluarga kerajaan, meski pada prakteknya pilih kasih tetap terjadi di lapangan. Yang terjadi pada Goo Eunbyul contoh nyatanya...

... Sering kali dia diperlakukan semena-mena oleh para ibu tiri maupun saudara tirinya hanya karena mending ibunya adalah kesayangan nomor dua sang raja setelah ratu Gong. Terlebih raja hanya memiliki dua orang putra. Maka yang memiliki kesempatan besar untuk naik tahta-- menggantikan raja Gong adalah pangeran mahkota Gong dan pangeran Goo, kakak Eunbyul. Bertambahlah rasa iri mereka pada kakak-beradik Goo itu. Padahal selama ini raja juga tidak pernah memberi kasih sayang berlebih pada Eunbyul dan Wooshik (kakak kembarnya) yang bisa mengundang kecemburuan sosial. Eunbyul tidak mengerti... yang dicintai raja itu, mending ibu mereka. Tapi kenapa malah dirinya yang dibenci. Ck, beruntung sekali kakaknya itu tinggal di luar istana sehingga tidak perlu menderita seperti dirinya.

"Keterlaluan!" Eunbyul membuang benda berkilau putih itu ke meja belajarnya.

"Agashi, kenapa membuangnya," tegur Ryujin, pengawal sekaligus pelayan pribadinya. "Bukannya ini oleh-oleh dari raja dan ratu barusan?"

"Selalu saja seperti ini. Mereka mendapat berlian dan emas. Sedangkan aku? Hanya dapat perak murahan. Sialan memang menaruh ku di sini, agar aku selalu menjadi yang terakhir dan mendapatkan sisa," gerutu Eunbyul.

Ryujin mengambil kembali gelang yang terbuat dari perak itu. Lalu memasangkannya pada pergelangan sang majikan meski sempat menolak. "Kata Agashi, menjadi yang paling berbeda itu lebih baik daripada menjadi yang paling menonjol. Tenang aja, anda tetap cantik kok meski memakai barang murahan sekalipun."

Pujian Ryujin terbukti meluluhkan hati Eunbyul. Pipinya menghangat karena menahan senyum. Meski Ryujin hanyalah anak budak yang disuruh melayaninya, dia adalah sahabat terbaiknya. Dia selalu bisa menghibur hatinya setiap kali emosi karena perlakukan kejam mereka.

"Bisa saja kau." Eunbyul meninju pelan lengan Ryujin. Membuat keduanya tertawa geli.

"Tentu saja, aku kan Goo Eunbyul, lady tercantik di negeri ini," kelelakarnya sembari menyibakkan rambut ke belakang-- yang hanya diangguki Ryujin. Memang tingkat narsis lady yang satu ini tinggi sekali. Ya walaupun Ryujin akui, paras Eunbyul sangat cantik dengan lekuk tubuh yang tidak biasa saja. Tidak seperti tubuhnya yang lurus seperti papan cucian.

"Ngomong-ngomong apa yang tadi anda minta pada Yang Mulia Rajaku? Bukannya beliau memberi tambahan hadiah karena hanya bisa membawakan anda gelang ini?"

Ah, Eunbyul baru ingat dengan itu. Sontak membuat senyumnya semakin lebar.

"Ryujin-a," panggilnya lirih membuat Ryujin was-was. Nona mudanya ini tidak meminta hal-hal aneh kan? "Kau rindu ibumu tidak?"

"Ye?"

"Besok, ayo kita ke pasar pusat!"

"Maksud Agashi?"

"Aku meminta ijin membolos sekolah sehari saja untuk ke pasar pusat."

"Astaga! Untuk apalagi, Agashi? Anda tidak ingat, terakhir kali kesana anda membuat masalah sehingga diberi hukuman pindah ke sini?"

Waktu itu Eunbyul menyelinap keluar untuk mengikuti festival lampion. Namun akibat kecerobohannya, lampion yang diterbangkannya malah jatuh di atap toko dan nyaris menimbulkan kebakaran besar.

Eunbyul tersenyum tipis. "Tenang saja, kali ini aku tidak akan berbuat masalah lagi. Kau hanya perlu mengantarku sampai ke gerbang pasar, lalu kau boleh pulang menemui ibumu. Sore, kita bertemu lagi lalu pulang. Bagaimana?"

"Tapi Agashi..." Ryujin menyuarakan keengganannya. Pasalnya pangerah Whoosik telah memberi perintah agar selalu mengawal Eunbyul. Menjaganya agar tak berbuat masalah, utamanya.

"Yak, apa kau tidak rindu ibumu? Ck, mau jadi anak durhaka kau." Eunbyul berlalu, sudah tak ingin di bantah. Dia lalu menuju sudut ruang kamarnya, ke rak buku yang terbuat dari pohon mahoni lebih tepatnya. Ia lalu menggesarnya sedikit, dan tara terlihat sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati. Meski warna pliturnya sudah hampir memudar, pintu itu terbukti kokoh walaupun telah berumur bertahun-tahun.

"Ah, ya, jangan lupa siapkan pakaian penyamaranku untuk besok." Eunbyul kembali berbalik, lalu menggerakkan tangannya-- memberi tanda agar Ryujin kembali ke kamarnya. "Sampai jumpa besok, Ryujin-a," ucap Eunbyul sebelum memasuki pintu tadi.

Menuju ruang rahasia yang ia kini ini klaim sebagai miliknya-- sebagai penemu ruangan itu sekaligus pemilik kamar ini, paviluan mawar. Dan seperti yang tertulis di depan pintu ruangan, hanya boleh ada 1 orang yang memiliki kamar ini. Artinya, tidak boleh seorang pun memasuki kamar rahasia ini kecuali sang pemilik.

Kamar rahasia itu jauh dari kesan lusuh saat pertama kali Eunbyul menemukannya. Bahkan lebih terlihat terawat dari pada kamar utama yang dia tempati. Dan begitu bahagianya Eunbyul saat menemukan rak-rak dengan ratusan buku. Seperti mendapat harta karun, Eubyul yang memang hobi membaca akhirnya membatalkan aksi protesnya untuk pindah paviliun. Pantas saja, selir Jang dikenal sebagai selir paling cerdas kala itu... Ternyata ini rahasianya. Beliau bahkan memiliki buku-buku yang tidak ada di perpustakaan negara maupun dijual di toko buku pada umumnya. Termasuk buku-buku terlarang yang seharusnya hanya boleh dibaca oleh orang yang sudah menikah saja.

Eunbyul menuju rak bertuliskan romance fantasy, lalu mengambil sebuah buku, hingga mendudukkan dirinya di kursi baca.

Icha-icha paradise seri ke-9 tertulis di sampulnya. Juga ada tanda merah dengan tulisan angka 21 di coret di ujung kiri atas buku. Menandakan bahwa sebenarnya buku itu hanya boleh dibaca untuk usia 21 tahun ke atas. Sementara Eunbyul saat ini, masih berumur delapan belas lebih beberapa hari saja. Ia bahkan belum lulus dari sekolah tingginya dan masih butuh waktu satu tahun lagi. Umumnya, anak-anak di kerajaan Kakao harus menyeselaikan sekolah tingginya sebelum diberi pelajaran pra-nikah selama satu tahun dan akhirnya boleh menikah.

Eunbyul membuka buku itu dengan asal. Karena sebenarnya dia sudah membaca buku ini dan semua serisnya puluhan kali. Dia bahkan sudah hapal di luar kepala dengan isi ceritanya. Ini karena seris yang terbaru belum juga keluar, padahal Eunbyul sudah kepalang penasaran dengan kelanjutan cerita perselingkuhan antara jenderal perang Ming dengan selir Xing itu. Tidak hanya menyuguhkan cerita yang menyayat hati, tapi juga berbagai macam adegan seks yang memperkaya fantasi Eunbyul selama ini.

Jangan salah sangka... Eunbyul sendiri ketika pertama kali membaca seris pertama dari buku ini, tidak mengerti sama sekali tentang hubungan intim yang orang barat menyebutnya seks itu. Seks, masih menjadi hal yang tabu di bicarakan di kerjaan Kakao. Mereka yang mengenyam pendidikan pra-nikah, baru diberi tahu dan diajari mekanisme untuk membuat keturunan tersebut. Dan Eunbyul benar-benar merasa beruntung menemukan kamar rahasia ini. Di dalam sini, banyak sekali buku-buku yang menjelaskan apa itu seks, bagaimana cara melakukannya, bahkan cara memuaskan pasangannya.

Pertama kali Eunbyul membaca buku-buku ini, ada yang aneh dengan tubuhnya. Terutama bagian kewanitaannya. Ada rasa seperti gatal dan harus menggaruk/mengelus bagian kewanitaannya namun terasa enak, hingga berkedut yang akhirnya selalu menimbulkan cairan pekat keluar membasahi celana dalamnya. Bagian lain yang terpengaruh adalah payudaranya, terutama puncaknya yang terasa penuh dan rasanya gemas ingin meremasnya sendiri.

Kesimpulannya, buku-buku itulah yang telah mengotori pikirannya. Pikiran yang seharusnya belum boleh dimiliki wanita seumurannya. Apalagi dia seorang lady, putri kerajaan pula, yang seharusnya menjadi contoh yang baik. Yah, tidak masalah... selagi orang-orang tidak tahu kan ya.

Jadi siapa sangka... Lady manis berwajah cantik ini ternyata wanita berpikiran mesum?

avataravatar