webnovel

[11]. Odium Spiritus

Vien mengerjapkan matanya. Ia menatap langit-langit kamarnya datar. Semalaman ia dan Aru diinterogasi oleh Madam Felicia dan juga guru yang lain. Namun ada satu hal, kejadian tadi malam harus dirahasiakan. Dan kini gadis itu memilih untuk bolos

"Hmm, jika dipikirkan lagi ... banyak kejadian yang sudah ku alami dalam kurun waktu setahun ini. Aku juga mendapat banyak pelajaran. He kenapa aku dulu menolak masuk sini ya?. Dan sekarang aku bisa menerima paksaan itu begitu saja." Vien duduk lalu menatap keluar jendela

Jendelanya berpapasan dengan lapangan Nox Pila, dan disana ada banyak murid yang berlalu lalang sambil bersenda gurau

Sambil berpikir Vien mengambil sebuah catatan kecil dan pulpen. Gadis itu mencatat semua kejadian yang ia alami dimulai dari pertandingannya bersama Quine hingga kejadian semalam

"Semuanya sudah terkendali. Namun ada satu lagi ... mengenai Roh Kebencian, dan apa dia ada hubungannya dengan Daimonter atau asrama Mythgium. Dimana aku bisa mencari jawabannya?." Vien menaruh pulpennya di dagu seraya berpikir

"Oh perpustakaan bawah tanah!. Ya, aku hampir lupa ada perpustakaan bawah tanah. Pasti ada sesuatu." Vien mengganti pakaian serba hitam dan mengintip keluar

"Ah lebih baik aku berteleportasi."

Drapp... Drapp...

"Astaga benar-benar seperti goa." Vien mengarahkan lampu minyak yang ia pegang ke segala arah

"Dapat."

Gadis itu tersenyum sumringah menemukan jejeran rak berdebu dibawah sana. Ia mulai mencari, namun dengan minim pencahayaan membuatnya agak kesulitan

"Astaga disini bukunya lebih kuno. Oke fokus Vien, Roh Kebencian." Seraya mencari gadis itu terus-menerus bergumam

Sampai sebuah buku menarik perhatiannya. Judulnya menggunakan bahasa yang tidak ia mengerti, namun gambar dari sampulnya adalah sesuatu yang Vien cari

"'Odium Spiritus'?."

Vien membuka buku itu. Tapi belum selembar, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki menuruni tangga menuju bawah tanah

"Oh tidak." Vien segera menghilang meninggalkan pasir yang berterbangan

Orang yang datang adalah Madam Choo. Dahinya berkerut melihat lampu minyak yang tidak ada di tempatnya dan menyadari sebuah buku yang menghilang. Akhirnya ia kembali keatas tak lupa mengunci pintu dengan segel

Balik lagi ke Vien yang baru sampai di kamarnya, ia terkejut melihat nampan berisi makan siang. Dan tiba-tiba pintu tertutup membuat gadis itu terkejut dan langsung menyembunyikan buku yang dipegangnya

"R-Regan?."

"Siapa kau sebenarnya?."

"Ha?."

Regan merampas buku itu

"Hey!." Sebelum Vien beranjak, Regan berteleportasi menjauh

"Roh Kebencian?. Untuk apa kau mencari tahu tentang ini?!." Sentak Regan

"Itu bukan urusanmu, cepat kembalikan!."

"He ternyata kau menyembunyikan sesuatu. Aku akan membicarakan ini dengan yang lain." Regan menghilang

"Hey!. Astaga!." Vien mengacak rambutnya frustasi

Tiba-tiba sebuah ketukan di jendela membuat atensinya teralihkan. Vien terbelalak melihat sosok Ryan yang menembus jendela lalu masuk ke kamarnya

"M-mau apa kau?!."

"Hee kukira kau melupakanku. Apa kau tak merindukanku?." Tanyanya

"Cih jawab saja!." Sentak Vien

Ryan tersenyum lalu duduk di kasur sambil menganalisis kamar itu secara detail

"Kau hendak mencari tau tentang Roh Kebencian?."

"Bagaimana kau-."

"Aku hanya ingin memberitahu, mereka ... berbeda dengan kami. Kami tercipta dari api dan juga iblis. Tapi mereka tercipta karena perasaan dendam dengki dan iri. Sangat mudah mengalahkan mereka. Tapi kau tak bisa memusnahkan mereka hanya dari sifat seseorang." Ujar Ryan

"Lalu aku harus bagaimana?."

"Roh Kebencian sebenarnya arwah para Mythgium atau manusia yang terhasut dunia hitam. Kau bisa mengendalikan mereka." Lanjut Ryan. Vien menatap bingung

Laki-laki itu menuju jendela

"Pergilah ke gunung Chimera dan temui nenek Gong disana." Ujar Ryan sebelum akhirnya berubah menjadi kelelawar dan menghilang menembus jendela

Vien terduduk. Chimera, makhluk liar yang hanya akan jinak kepada orang berhati murni, sementara Vien yakin dirinya begitu banyak dosa. Namun Chimera itu tak jahat, mereka hanya terlalu waspada dan takut kepada siapapun

"Ahh paling tidak aku sudah mendapat clue. Tapi, kenapa Ryan memberitahuku?." Dialog Vien

Malam harinya ketika semua sudah pulang, Vien diomeli habis-habisan oleh para saudarinya. Memang salahnya menyembunyikan hal itu dengan alasan tak ingin menyakiti siapapun, tapi tetap saja!. Vien hanya bisa pasrah

Ketika jam 10, Vien pergi keluar terlebih dulu. Namun ia tak menuju kelas Werewolf, tapi menemui Aru di balkon

"Kau mau pergi ke gunung Chimera?!."

"Sstt, ya. Aku tak punya pilihan. Kau harus membantuku." Ujar Vien

"Dan kau langsung mempercayai laki-laki yang hampir menyerangmu?. Kau gila Vien!." Sentak Aru

"Tidak, Ryan tak pernah menyerangku. Justru aku yang menyerang mereka. Ayolah Aru, hanya kau harapanku." Vien memelas

Aru tampak bimbang

"Oke aku bantu. Tapi dengan satu syarat..."

"Apa itu?."

"Bantu aku mendekati seorang gadis." Ujar Aru dengan wajah merona merah

Vien nge-bug

"Kau sedang jatuh cinta?." Tebak Vien. Aru mengangguk kecil

"Itu gampang mah!. Siapa dia?." Tanya Vien

"Lumia, dari kelas Werewolf. Kelasnya juga bersampingan denganku. Sama sepertiku, dia anak kutu buku dan pendiam. Tapi dia punya banyak fans karena wajahnya yang rupawan. Jadi sebelum direbut, aku harus mengambilnya terlebih dahulu. Masalahnya adalah aku tak terlalu dekat dengannya, lebih tepatnya dia tak pernah melirikku sedikitpun." Jelas Aru

Vien menaruh telunjuk di dagunya

"Tenang saja. Aku tahu caranya, tapi kau harus benar-benar menepati janjimu." Ujar Vien mengintimidasi

"Begitupun denganmu. Baiklah, kapan kau akan pergi?." Tanya Aru

"Besok, tengah malam. Tanpa siapapun yang tahu."

hai hai~. maaf chapter Bunga Kaca di unpub karena author ngeleg awokwokwok

jangan RAMEN nyaaaa

suaRA koMEN

Lyckligcreators' thoughts