webnovel

[03]. Home

Ini sudah tiga hari Viva sebagai murid Alarice Academy. Hal itu juga memperdekat mereka dengan MoonArk, kakak kelas mereka

Perihal ujian mengenai Vien itu ditunda karena suatu masalah di Dewan sehingga seluruh guru tua termasuk Madam Fantasia harus pergi. Sementara para guru muda yang jarang mengajar harus turun tangan. Hal itu menjadi sebuah kesusahan, karena anak-anak murid tak ada yang menurut. Tentu saja Viva dan MoonArk tidak seperti itu

Dan untuk angkatan ketiga, mereka dipulangkan cepat hari ini. Setelah mendengar kabar itu, Vien terdiam seharian. Walau ia suka melawan, nyatanya ia tak berani dengan kakaknya. Tak hanya kakak kandungnya, tapi kakak sepupunya juga sama mengerikannya

'Habislah aku hari ini' pikir Vien seraya menenggelamkan wajahnya dan mengeluarkan aura kelam

"A-ada apa dengannya?." Tanya Micle

"Kakak kami dari angkatan tiga akan pulang hari ini. Kalian tahu masalah dia tiga hari yang lalu bukan." Ujar Amora

"Hee dia takut kakaknya?." Tebak Aaron

"Tentu saja. Kami semua takut kepada kakak kami yang kalau marah itu seperti singa. Bukannya ada pepatah milik manusia yang bilang, 'jangan bangunkan singa yang tertidur!'." Ucap Violen

"Walau begitu, mereka tak pernah main kekerasan. Hanya nasihat, ya walau menggunakan suara tinggi. Itu tetap untuk diri kami." Tambah Ivory. MoonArk mengangguk paham

Regan duduk di depan Vien

"Hey mau ke taman bunga?."

💮💮💮

"WAHH!!."

Keempat gadis itu terkagum-kagum melihat taman bunga yang benar-benar indah. Langsung saja mereka berpencar membuat MoonArk panik dan mengejar mereka. Disini mereka terlihat seperti ayah yang menjaga anaknya

"Hey jangan terlalu jauh!." Teriak Oscar

"Harum banget." Takjub Vien

"Suka bunga?." Tanya Orbit

"Ah iya. Dulu aku tinggal di kampung yang penuh bunga. Para manusia merawatnya dengan baik. Aku belajar dari mereka. Sesusah apapun perjuangan kita, pasti menghasilkan. Seperti bunga ini, kita merawatnya dengan penuh kasih sayang dan dibalas dengan bunga yang begitu indah dan wangi." Cerita Vien. Orbit terkagum-kagum dan tersenyum

"Sepertinya hidup dengan manusia membuatmu pintar." Tutur Orbit

"Hehe biasa saja."

Saat sedang asyik mengobrol, suara terompet berbunyi

"Apa itu?." Tanya Amora

"Argh sembunyikan aku!." Vien berlari ke belakang Ivory

"Itu adalah terompet angkatan ketiga." Jelas Micle

"Mereka akan membunuhku." Tutur Vien panik

"Tenang Vien, mereka tak akan melakukannya. Ayo, biasanya kau berani." Ivory menarik tangan Vien

"Lagipula ini bukan salahmu Vien." Ujar Klevin

"Aku juga berpikir begitu. Terlebih Quine itu seorang pembully. Jadi mungkin mereka akan membelamu." Tambah Nicho

"What's?!. Membelaku yang mendapat Syns ini?!. Mereka mungkin sudah gila!."

"Ck sudahlah, ayo!." Amora menyeret Vien paksa

Vien hanya bisa pasrah. Mereka pun menuju lapangan, disana berbondong-bondong angkatan ketiga masuk sekolah. Mereka tampak merindukan sekolah itu. Tapi Vien tak peduli, matanya hanya menatap ngeri lima gadis yang kini menatapnya tajam dengan aura gelap

"A-aku harus ke toilet."

"Jangan lari!." Violen menahan tangan Vien. Hingga lima gadis itu kini berada di depan mereka

"Vien." Vien menelan ludahnya susah payah

"A-ahh kakak sudah kembali?. Hehe, selamat datang. M-mau kubelikan kue?."

"Ikut kami." Youzu dan Prisca menarik Vien diikuti ketiga kakak sepupunya yang lain

'ARGH TOLONG!!'

Micle menahan tawanya saat mendengar suara telepati Vien

"Kami mau melihat adegan darah dulu ya." Ujar Amora. Ketiga perempuan itupun pergi. Dan akhirnya tawa MoonArk pecah

"Gadis-gadis itu lucu sekali." Komentar Oscar dan diangguki yang lain

* * * * *

"Ugh. Telingaku malang."

Viva dan MoonArk menatap kasihan. Ya Vien dimarahi habis-habisan. Tapi disisi lain mereka juga senang karena Vien melawan pembully, tapi tetap saja!. Mendapat Syns dihari pertama sekolah, itu mencetak rekor sejarah di Alarice Academy!

"S-sebaiknya kita kekantin." Ajak Ivory dan diangguki yang lain

"Vien ayo ke kantin!." Violen menarik tangan Vien tapi tangan itu malah jatuh seperti tak ada roh yang mengisinya

"Pergi saja tanpaku. Mendadak tubuhku lemas." Tutur Vien. Gadis itu berteriak saat tubuhnya terangkat, ada sebuah rambut yang mengangkatnya ke atas

"Ivory!!. Turunkan aku!!."

"Kau juga harus makan kali. Ayo!."

Akhirnya mereka pergi dalam keadaan begitu. Vien hanya bisa pasrah menjadi perhatian seluruh siswa. Sampai di kantin, Regan dengan senang hati mengambilkan pesanan Vien. Lalu mereka duduk di satu meja yang sama

"Dimakan, jangan diaduk-aduk aja!." Tegur Regan

"Argh aku jadi tak bersemangat." Vien kembali menenggelamkan wajahnya

"Biarkan saja. Nanti juga dia pulih sendiri." Ujar Exotica yang melihat Regan hendak menegur Vien. Seketika tubuh Viva menegang dan Vien bangun

"Ahehe ada kakak cantik."

Tak lama Vien mengaduh saat kepalanya dijitak oleh Youzu. Lima gadis itupun duduk dengan makanan mereka

"K-kenapa kalian tiba-tiba disini?." Ujar Violen ragu-ragu

"Kenapa?. Tak boleh?." Sarkas Kirene tajam membuat Violen menciut. Begitupun MoonArk, mereka sama-sama merasakan aura gelap

"Maaf."

Semuanya diam dan menengok

"Apa?."

"Maaf." Ulang Vien dan melirik takut kakak-kakaknya

"Seharusnya kau mengatakannya dari tadi." Ujar Sandra dengan senyum. Kelima gadis itu kini mengeluarkan aura baik membuat Viva dan MoonArk menghela nafas lega

"Maaf kak." Vien mencoba untuk tak menjatuhkan air matanya. Karena kelemahannya ada disini. Kakaknya

"Iya, lain kali jangan diulangi!." Prisca mengusap kepala Vien dengan sayang. Vien tersentuh karena sudah lama tak merasakannya. Tak disangka Viva malah menangis membuat semuanya terkejut

Youzu dan Prisca beranjak lalu memeluk adiknya, Vien. Exotica beranjak dan memeluk adiknya juga, Ivory. Kirene memeluk Violen. Sandra memeluk Amora. MoonArk yang melihat itupun jadi tersentuh dan ingin ikut menangis

"Entah kenapa kita malah jadi anak yatim piatu." Ujar Aaron

"Tapi kita saling memiliki. Menurutku, kalian adalah adik terbaik." Micle selaku kakak tertua memeluk keenam adiknya

Tiba-tiba si ular degeng datang

"Pfftt, apa ini?. Acara nangis masal?. Ngelawak ya." Ujar Quine. Melunjak ni anak

Viva menghapus air mata mereka dan menatap tak suka

"Quine, jangan mencari masalah!." Tegur Exotica tajam

"Wow, aku takut banget tolong!. Hahaha!. Basi. Kakak adik tak ada apa-apanya selain sampah." Ucapnya mengintimidasi. Vien sudah siap melayangkan tinjunya sebelum ada seseorang yang mendorong Quine jatuh

"Heh siapa yang kau sebut sampah?. Justru kau yang sampah. Didiemin malah ngelunjak."

"Saul."

"Jangan meremehkan persaudaraan!. Kau mungkin tak punya saudara, tapi bukan berarti kau harus merusak persaudaraan orang lain!!." Bentaknya

Quine menggertak marah lalu ia dan gengnya pergi

"Terimakasih." Ujar Prisca

"Ini tak seberapa." Laki-laki itu memberikan senyum terbaiknya kepada Prisca. Membuat Vien menatap nanar

"Kalian masih muda plish!." Vien menggerbak meja membuat seluruh atensi di kantin menatap meja mereka

"E-eh apa yang kau pikirkan?." Ujar Prisca

"Kalian pacaran kan?!."

Hening. Seketika wajah kelima kakak mereka dan kelima laki-laki itu memerah

"I-ini tak seperti yang kau pikirkan dik!."

"Lalu apa?!. Kenapa kalian menatap kakakku begitu?!. Baku hantam kita!." Vien menarik lengan bajunya. Tidak ada yang boleh memacari kakaknya!

"Vien tenang!. Kami tak berpacaran!."

"Lalu apa?!." Vien mengaduh saat rambutnya ditarik oleh Kirene

"Tenang dulu bodoh. Biarkan kami menjelaskan." Ujar Kirene datar

Vien mendumel lalu akhirnya duduk. Kelima laki-laki itu juga ikut duduk dan mengalihkan pandangan karena dari tadi Vien menatap mereka seperti mangsa

"Haduhh, jadi mereka adalah Thsar, teman kelas kami. Kami tak ada hubungan selain sahabat Vien. Tolong jangan berpikiran lebih!." Jelas Sandra

Thsar tertawa canggung karena Viva menatap mereka seperti sebuah mangsa. Sementara MoonArk dari tadi mencoba menahan tawa mereka