webnovel

[01]. Asrama Mythgium

     Tapp… Tapp… Cklekk…

Pintu besar nan megah itu terbuka. Gadis itu sempat terpesona lalu kembali dengan wajah datarnya. Ibunya yang bernama Lilac menariknya masuk. Ruangan itu seperti gereja, ada banyak kursi panjang di ujung kanan dan kiri dan diisi oleh orang-orang penting, termasuk Madam Fantasia Xavier. Siapa yang tak mengenalnya?, dia adalah kepala sekolah dari sekolah para Mythgium. Alarice Academy

"Nyonya dan tuan La Vida?."

"Y-ya Yang Mulia?."

"Putri anda yang bernama Vien La Vida dituduh sebagai penyebaran dunia Mythgium. Aku tau ia melakukannya untuk kebaikan, tapi bukan dengan mengumbar dunia kita. Ini sudah yang kesekian kalinya."

"Kami tahu Yang Mulia. Tapi anak kami masih muda, mungkin dia masih butuh pengajaran." Ujar Arvin, kepala keluarga La Vida. Sementara si biang pembicara tampak tak peduli

"Cih, justru kalian yang tak bisa mendidik anak kalian!." Gertak seorang menteri bernama tuan Madison

"Kami sudah melakukan yang terbaik!." Tutur Lilac

"Dengan membiarkannya mengumbar dunia Mythgium?!. Dasar serigala tak guna!!." Bentak Madison. Vien terbelalak, ia lalu menyingkirkan tangan kedua orang tuanya lalu menatap Madison tajam

"Lihat gadis ini!. Beraninya ia menatapku begitu!."

"Emang kenapa?. Anda siapa?. Jangan mentang-mentang anda adalah seorang menteri, anda bisa ngelakuin semuanya semaunya!. Anda yang menjerumus kami ke jalan perang!." Gertak Vien membuat suasana menegang

"Apa?!. Beraninya-."

"Anda selalu mengajak manusia berperang, karena mereka lemah?!. Tidak!. Justru kitalah yang lemah karena berlindung dibalik nama Mythgium dan Hypher!." Bentak Vien membuat tubuh Madison bergetar

"Manusia tak bersalah, kalian memburunya. Manusia yang justru tak percaya dengan kehadiran kita, tapi kalian menyerang mereka!. Mereka salah apa?!. Hanya karena berbeda?. Apa berbeda itu salah?!. Mereka manusia dan kita ini Mythgium!. Sama seperti api dan air. Mereka berbeda, tapi saling membutuhkan." Ucapan Vien membuat semua orang kagum

"Anak ini-." Yang Mulia Albert menggunakan mantranya dan membuat bibir Madison tak bergerak

"Disini akulah pemimpin, bukan kau. Jika kau seperti ini terus, kau bisa dipecat mengerti?!." Aura hitam dari Albert membuat Madison menciut. Lalu nyonya Fantasia berdiri

"Yang Mulia, biarkan aku mengambil anak ini." Ucapan Fantasia membuat semuanya terkejut. Termasuk Vien, namun gadis itu masih dengan wajah datarnya

"Keputusan yang bagus Fantasia. Kau didik anak itu hingga ia mengerti jika semua itu tak harus tentang Hypher." Ucap Albert

"Cih anda perlu kaca tuan?."

"Vien!."

"Sok-sokan memberitahu orang. Kalian melarangku mengumbar dunia Mythgium, tapi kalian menyerang mereka diam-diam. Cih sudahlah, buang-buang waktu saja berbicara dengan orang-orang munafik ini." Vien mengibas rambutnya lalu memutuskan untuk berjalan pergi

"Oh ya satu lagi, selama aku di Alarice … jika aku mendengar kalian melukai para manusia. Aku tak akan tinggal diam." Vien berbalik

"Tenang saja, kami akan mengurus mereka … tanpa mengumbarkan wujud kami." Jawab Albert

Vien menyeringai dan menatap Fantasia lalu kembali berjalan keluar. Sementara pasutri La Vida dan nyonya Fantasia menyusul setengah jam kemudian, setelah berbicara dengan tuan Albert

"Madam, terimakasih sudah mau menerima putri kami. Tapi, apa anda yakin?. Anda baru saja melihat bagaimana dirinya." Ujar Arvin

"Anak itu masih punya harapan. Jadi percayakan kepada saya. Nanti subuh ia akan dijemput, tak usah menyiapkan apapun karena semua yang dibutuhkan sudah ada di asrama. Kalau begitu saya permisi." Fantasia membungkuk sedikit lalu berjalan pergi dan menghilang

🌤️🌤️🌤️

"Vien, jaga sikapmu ya disana!. Ikuti peraturan disana, karena kau anak baru jadi bersikaplah yang baik." Pesan Lilac

"Hahh ibu. Kau tahu jika anakmu ini terlalu malas bahkan hanya untuk membuka mulut. Aku akan melunjak jika ada yang memancing." Ujar Vien malas

"Tapi jangan berlebihan!. Belajarlah dengan giat, agar kau mendapat Stellar. Jangan berbuat yang aneh-aneh hingga mendapat Syns lalu dikeluarkan mengerti?!." Ujar Arvin yang hanya dibalas deheman

Bel berbunyi, sang penjemput telah datang. Pengawal itu membukakan pintu taksi

"Vien, ketiga sepupumu juga akan masuk di tahun yang sama. Sekarang kau bisa menemui kakakmu, sampaikan salam ibu dan ayah ya."

Vien mengangguk lalu memeluk kedua orangtuanya dan masuk ke taksi. Di taksi hanya ada keheningan, Vien hanya mendengarkan musik lewat bluetooth kecil miliknya

Setengah jam kemudian mereka sampai di sebuah gedung besar seperti istana kuno. Alarice Academy. Vien keluar dan taksi itupun pergi. Ia tak merasa kagum, ia hanya menampilkan wajah datar. Karena ia sudah sering untuk mengantar kedua kakaknya, hingga ia bosan dan memilih untuk tidak ikut ketika orangtuanya menjenguk

"Yahh pada akhirnya aku disini. Terima takdir sajalah." Vien masuk ke lapangan sekolah itu, ada banyak juga murid baru disana

"Dasar anjing gila!!."

"Anjing kau bilang?!!."

Vien menatap datar pertengkaran manusia-anjing dan shapesifter itu. Itu bukan urusannya, jadi ia memilih tak ikut campur. Sampai para guru datang untuk memisahkan

"Vien!."

Vien terkejut ketika tangannya ditarik ke belakang oleh seorang perempuan yang rambutnya di kuncir dua dan memiliki sayap, ia adalah sepupu Vien, seorang peri

"Ah Violen!. Kau membuatku terkejut!." Tutur Vien. Sementara si pelaku hanya cengengesan lalu menatap para guru yang masih susah payah menenangkan kedua makhluk itu

"Apa yang terjadi?." Tanya Vien

"Hm?. Yang kudengar dari Amora, si shapesifter itu mengolok-olok si manusia anjing." Jawab Violen yang masih memeluk lengan Vien. Hal itu sudah biasa

"Hmm. Kau bilang Amora juga disini?. Kalau begitu … Ivory juga?."

Violen mengangguk semangat. Vien tersenyum kecil, sampai sebuah bola api biru melesat ke belakang Violen

"Awas!." Vien melindungi Violen dan api biru itu mengenai pundaknya membuat baju Vien terbakar

"Ugh."

"Vien!." Violen melihat si pelaku, mereka adalah geng pembully di Alarice Academy

"Hahaha!."

"Vien kau baik'saja?!." Tanya Violen panik

"Aku baik'saja. Siapa mereka?." Tanya balik Vien seraya memegang pundaknya

"Mereka itu geng pembully dan anak dari para menteri." Jawab Violen. Para medis datang dan hendak membawa Vien

"Wahh lihat. Serigala ini lemah sekali."

Violen terkejut dan menatap ngeri Vien yang terdiam

"Lemah?. Kau mau main-main?."

"Ha?. Apa?. Maaf, aku tak bisa mendengar suara-." Sebelum ia menyelesaikan ucapannya Vien sudah melompat dan menghantamkan tangannya ke tanah membuat tanah retak dan bergoyang

"Ku bilang … apa kau ingin main-main?. Nona Madison."