webnovel

Kutukan Pengelana Dimensi

Kutukan ini bukan sepenuhnya salahku. Andai waktu itu tidak ada yang egois .. .. Disclaimer : All caracter belong to Masashi Kisimoto =kecuali karakter utama wanita

Noelloria · Fantasy
Not enough ratings
2 Chs

Bukan Kehadiran Pertama

.

NB : ** . . . .** = inner talk (bicara dalam hati)

_______________

_______________

Kebiasaaanku tak mau bicara menimbulkan kesalahpahaman yang disengaja.

Setiap kali aku membuka mata atau sendiri di tengah padang rumput musim gugur. Aku menatap langit dan bertanya.

Dimana aku?

Rasa sakit yang kualami apakah nyata atau hanya vivid dream yang sangat lama? Dimana tubuhku yang sebenarnya? Disini atau sebenarnya aku sedang koma bertahun-tahun dan bermimpi panjang.

Sampai kapan aku terus melompat dari ruang ke ruang?? dari dimensi ini ke dimensi itu??

.

.

Karena kutukan ini seharusnya tak sepenuhnya salahku, aku lebih sering bermain-main meski tak jarang aku harus menanggung resikonya seorang diri.

.

.

Dan saat ini aku mau dibawa kemana lagi?? pintu keluar masuk yang biasa kulewati disaat genting adalah portal dan hanya aku yang bisa melihatnya. Bila tugas dalam suatu ruang dimensi yang tak ikhlas kukerjakan telah usai, aku akan merasakan kehadiran si portal dan harus segera memasukinya atau aku akan terjebak untuk waktu yang lebih lama.

Random

Portalnya pernah muncul disumur pembuangan mayat, di tebing jurang, di dinding perahu bajak laut bahkan dirumah orang. Biasanya akan kurasakan beberapa hari sebelum muncul.

Dan juga, karena terlalu terbiasa keluar masuk ruang dan dimensi (bukan waktu) aku punya cara tersendiri mengawali kedatanganku.

Lagi . . .

_

_

_

Tubuhku dingin

Ruang apa lagi yang akan kumasuki. Kali ini portal membuatku harus nyebur ke bendungan. Kadang lama kadang juga hanya beberapa detik saja. Badanku rasanya lelah ketika terombang-ambing di dalam spiral berwarna-warni, berputar dan terbalik adalah hal yang selalu terjadi.

Aku sudah melihat ujung portal, aku selalu berdoa agar mendarat ditempat yang baik dan bertemu orang baik juga. Setidaknya itu potongan harga untuk kutukan ini.

Dimana ini??

Gemuruh air?

Aku mendapati diriku berada tepat dalam pusaran air yang kencang dan berisik, sepertinya ini bukan air laut. Tubuhku dikelilingi perisai bulat dan menjadi pusat pusaran air. Aku mendongak keatas, langit biru cerah disertai awan seputih kapas dan lebih sempurna dengan beberapa burung kecil beterbangan.

Keluarnya bagaimana?

He? Tunggu sebenar? Yang disebelah sana bukan burung kecil. Itu burung yang sangat besar bahkan bisa ditunggangi 2 orang lelaki.

I-Itu kan ..??

"Aku menemukan sumbernya!!!" teriak seseorang yang sedang menaiki burung besar berwarna putih

"YOSH!!" lelaki bersurai kuning melompat. Tapi perisai menghalanginya untuk meraihku, sesaat kemudian dia mengacungkan tinjunya bersamaan dengan aku menutup mataku.

Ya ampun. Naruto tidak takut terbawa arus sekencang ini.

.

.

.

Aku mulai terbangun di pembaringan yang nyaman tapi dengan suasana berisik. Setelah mwngumpulkan nyawa, aku berdiri menyusuri ruang rawat. Lalu memeriksa penampilanku sendiri.

Setiap keluar portal, kostumku pun berbeda.

Kali ini aku memakai kaos hitam lengan panjang, sarung tangan hitam tipis, outer tanpa lengan warna putih gading sepaha, sepatu heels bot hitam selutut dan rambutku masih hitam panjang dengan kunciran ekor kuda berpita putih panjang, anting panjang dan kalung warna putih senada.

Sekarang aku ada di dalam dunia Naruto. Aku mengangguk-angguk sambil melilhat sekeliling. Entah apa tugasku tapi mari mencari sumber suara berisik ini.

Kemanapun aku mendarat dari portal, satu-satunya yang bisa kubawa hanyalah es dengan segala bentuknya (seperti Elsa tapi dia lebih kuat).

Dan cara untuk mengawali serta menjawab kehadiranku adalah. . . . .

CKLEK

Kubuka pintu perlahan dan mendapat beberapa prang sedang berbicara dan semuanya langsung menatapku. Yang berambut pink ini Sakura, lalu Hinata, Tsunade, Shizune disebelahnya lagi Shikamaru, Naruto dan Iruka Sensei. Aku baru akan membuka mulut.

"Onee chan~" panggil Naruto mendekatiku dengan mata berbinar

**WHUT!!!** aku mau mendelik tapi memilih jaim.

"Aku Naruto. Kau ingat padaku? Kau sama sekali tidak berubah."

**Tentu saja tidak. Apa aku pernah kesini?**

"Naruto bilang kau pernah merawatnya. Apa itu benar?" tanya Tsunade.

"Selama ini kau tidak pernah membicarakannya." sahut Shikamaru

GRAB

Naruto tiba-tiba memelukku sambil menangis, aku bisa merasakan tubuh tinggi disertai otot sangat kuat dan jemarinya yang kokoh membuatku langsung merasa aman dan hangat.

"Kau ada dimana selama ini? Apa kau tau apa saja yang telah aku alami??" airmatanya membasahi bahuku.

Aku harus bagaimana? Aku merasa belum pernah ada di dimensi ini. Beberapa saat kemudian Naruto berhenti menangis lalu menatapku masih menggenggam lenganku.

"Kenapa?? Kenapa kau tidak membalas pelukanku." Tanyanya heran.

"Maafkan aku." Akhirnya aku bicara.

"Dulu kau sudah berpamitan, jadi tidak perlu minta maaf."

"Aku tidak memiliki ingatan tentangmu." jawabku perlahan

Aku bisa melihat ekspresinya bagai tersabar petir disiang bolong, dilepasnya genggaman tangannya pada lenganku lalu berjalan mundur beberapa langkah.

"A-a apa yang kau katakan??" suara Naruto bergetar berharap aku berbohong.

"Lupa ingatan??" Tsunade menjawab pertanyaan dalam hati Naruto.

"Naruto-kun??" lirih Hinata melihat Naruto masih membelalakkan matanya, bisa kulihat tangannya gemetar dan wajahnya memucat.

"Mungkin dia mengalami suatu hal dan menjadi seperti ini. Biarkan dia menjalani perawatan dulu." Usul Iruka sensei.

"JANGAN BERCANDA!!!!" Naruto berteriak kembali menangkap kedua lenganku keras.

Sakit ..

"Oi Naruto!!" Shikamaru menegur

"Lihat, kau bahkan masih memakai anting pemberianku. Jangan bilang kalau kau sudah lupa!!" Naruto berusaha menolak kenyataan.

"Gomen-" lirihku menatap balik mata biru cerahnya yang masih basah.

Perasaan Naruto sampai padaku, bisa kurasakan kesedihan yang belum siap ia terima datang dengan paksa. Aku yang biasanya tak peduli dengan perasaan sesaat pada orang-orang yang dunianya kumuski, kini hatiku ikut terluka.

.

.

.

"Perintah Hokage ke-3??" Tsunade terkejut saat pertemuan dadakan dengan para tetua Konoha yang menyatakan bahwa gadis yang baru saja muncul pada pusaran air pernah menjalani misi rahasia dari Sandaime.

"Namanya Rie." Tetua wanita memulai penjelasan. "Pada masa usai gugurnya Yondaime, Rie membawa misi dari Sandaime yang bahkan tak boleh diketahui oleh Anbu sekalipun."

"Tepatnya misi apa itu?" Tanya Tsunade lagi.

"Kau pikir siapa yang merawat Naruto sepeninggal orangtuanya?" kali ini tetua laki-laki menyambung "Yang mengajari membaca, menulis, berjalan dan bicara adalah Rie. Hingga pada saatnya Naruto bisa hidup sendiri, berarti misinya telah tuntas. Kemudian Sandaime sendirilah yang membawanya ke suatu tempat dan tak memberitahu siapapun. Latar belakang dan alasan kemunculannya, hanya Sandaime dan Yondaime yang tahu."

"Aku juga tidak menyangka dia masih tetap muda seperti terakhir kali kami bertemu." Lanjut tetua wanita

"Apakah Sandaime menyegel ingatannya juga??" Tsunade masih sangat antusias dan butuh jawaban lengkap dan detail.

"Mungkin dia diaktifkan untuk misi khusus tertentu. Dan yang lebih penting adalah .. .." tetua leki-laki berhenti sejenak menarik nafas.

"Apa itu..??

#

#

#

#

Diruangan Hokage, Naruto menunggu keputusan para tetua dengan mondar-mandir cemas. Shikamaru berdiri diam bersandar pada sisi jendela sambil melihat keluar sementara Rie ada di ruang rawat.

KLEK..!!

Pintu terbuka, Naruto langsung menghambur kedepan Tsunade tanpa memberi kesempatan pemilik ruangan melangkahkan kakinya kedalam.

"Baa-chan. Bagaimana hasilnya??"

"Tenanglah." Jawab Tsunade datar berjalan menuju kursinya. Setelah duduk dia menjelaskan beberapa hal penting saja dan merahasiakan hal-hal yang memang harus tetap dirahasiakan. Naruto mendengar dengan sabar.

"YOSHA!!!" Naruto girang sambil bicara sendiri mengungkapkan kebahagiaannya. Rie diizinkan tinggal bersama dirinya.

"Lalu untuk apa aku disini??" tanya Shikamaru.

"Kau harus mengawasi mereka berdua."

"Haah, merepotkan." Jawab Shikamaru sambil membaca berkas Rie dari Tsunade.

.

.

.

"Onee-chan." Panggil Naruto girang pada Rie yang masih bicara dengan Sakura dan Ino di pintu depan gedung pemerintahan.

"Kalian sudah mau kembali?" tanya Sakura.

"Ya! Kami akan melakukan banyak hal untuk mengembalikan ingatannya."

"Semoga kau tidak melakukan hal yang aneh." Ino mengucapkan kecemasannya dan sudah pasti itu tak didengarkan.

"Onee-chan, sekarang aku sudah menjadi ninja yang sangat hebat." Naruto over confident lalu mengulurkan kedua tangannya didepan Rie.

"Apa?"

"Aku akan membawamu melompat-lompat." Cengirnya. Tanpa menunggu reaksi Rie, Naruto menggendong kakaknya bridal style melompati genteng rumah para tetangga.

"NARUTOOOO. DIA MASIH DALAM PERAWATAAANN...!!!!!" teriak Sakura penuh amarah disambut helaan nafas Ino.

Dan entah kenapa Rie sama sekali tak merasa takut, ini pertama kali dia menuju suatu tempat selain jalan kaki atau naik kuda. Dieratkan peangannya pada leher Naruto. Dia masih belum berani berpikir akan apa yang harus dia lakukan dan katakan saat ini.

"Kita sampai." Naruto menurunkan Rie tepat dipintu rumahnya.

**Jantungku kenapa berdetak kencang begini?**

"Ayo masuk." Naruto menggenggam tangan Rie menuntunnya untuk membuka pintu rumah -mereka-.

.

.

.

Keesokan hari.

"Onee-chan. Aku mau keluar sebentar." Pamit Naruto.

"Baiklah." Rie menutup pintu setelah melambai pada Naruto.

Didalam rumah, Rie duduk di ruang tengah menggenggam bingkai foto Naruto bersama team 7. Selama dia keluar masuk dimensi, ini pertama kali dia ikut merasakan perasaan oranglain. Syarat untuk keluar dari dimensi 1 ke yang lain adalah menyelesaikan tugas yang harus dia cari sendiri.

Bila gagal, dia harus berada didalamnya lebih lama atau bila portal telah muncul dan dirinya belum memasukinya, portal akan menutup dan akan muncul lagi pada waktu tak terduga. Karena itulah dia menghindari rasa yang tidak perlu.

Kali ini dia mulai merasa lelah, dia hanya ingin pulang ke dunia yang seharusnya dia berada, bukan ruang dan dimensi tak jelas seperti ini.

Tok tok tok

"Narutoo~."

Rie bergegas membuka pintu menampakkan Iruka sensei membawa 2 paper bag kecil.

"Oh? Rie-chan. Aku Iruka, guru Naruto salam kenal." Iruka sensei membungkuk.

"Ohayo~ Iruka sensei. Silahkan masuk." Rie balas membungkuk mempersilahkan masuk. Tapi Iruka tak duduk.

"Aku membawa obat untukmu dari Lady Hokage." Iruka menyodorkan bungkusan yang ia bawa.

"Arigatou Iruka sensei." Rie menerima bungkusan sopan.

"Etoo. Sebaiknya jangan pannggil aku sensei." Iruka menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Tadaima~." Kepulangan Naruto memotong obrolan keduanya.

"Selamat datang." Sambut keduanya membuat Naruto heran.

"Iruka sensei!! Kenapa kau berduaan dengan kakakku..!!"

Bletak!!

Pukulan ringan mendarat dikepala kuning Naruto.

"Aku sedang mengantar obat untuk kakakmu. Bocah bandel." balas Iruka sewot lalu menarik nafas menoleh pada Rie. "Baiklah, aku pamit, tolong jaga Naruto."

"Arigatou Iruka sensei." Rie mengantar Iruka sampai depan pintu.

-Rie pov-

Sepulang Iruka sensei, aku segera menemui Naruto di ruang tengah. Meja disana sudah penuh dengan berbagai macam makanan tapi didominasi ramen cup berbagai rasa, ekspresi Naruto yang sangat ceria membuatku ikut tersenyum. Sunshine.

"Aku belanja banyak untukmu." Ucap Naruto bersedekap sok keren.

"Untukku?" balasku halus memandangi semua bahan makanan dimeja.

"Aku membeli semua bahan yang dulu sering kau masak untukku. . . "

Aku tersenyum melihatnya antusias menjelaskan satu persatu makanan dimeja. Dia adalah pemenang lomba adu nasib. Lalu apakah aku disini untuk merawatnya yang sudah sebesar dan sekuat ini?

Oh iya, berapa usianya saat ini..??

.

.

.

Usai sarapan, Naruto mengajakku berjalan-jalan lebih tepatnya melompat-lompat ke berbagai tempat dan tidak lupa dia selalu mengingatkanku akan apa yang kami alami dulu. Dari pagi hingga hampir petang. Dan aku sama sekali tak tahu, aku mengingat semua dimensi yang telah kumasuki, dan dunia Naruto adalah pertama kali, kepalaku pusing, apakah saat ini aku juga harus menyesuaikan alur waktu??

"Ini dia!!" Naruto menurunkanku ditengah hutan masih dalam area Konoha.

Aku memandang sekeliling. Kami ada di puncak tebing dengan pemandangan pantai didepan dan deretan bunga-bunga belum mekar yang aku tidak tau namanya.

Aku masih belum tahu harus bagaimana, jadi aku duduk di batu besar menikmati angin laut yang hangat.

"Onee-chan." Panggil Naruto lembut tapi cukup untuk mengiris hatiku. Dia berutut didepanku lalu memeluk pinganggku perlahan menyandarkan kepalanya di pahaku.

"Naruto?" lirihku.

"Ini tidak adil. Kau melupakanku. Sedangkan aku menderita karena mencari, mencari dan terus mencari orang yang mau menerimaku selain kau."

". . . . . ." dadaku ikut sesak. Kuelus kepalanya sehangat mungkin. Aku tidak tahu harus apa untuk menemaninya saat ini.

"Meskipun dulu kau berpamitan untuk pergi, tetap saja sulit bagiku untuk sendiri seperti ini. Aku terus berbuat nakal hanya agar dianggap ada oleh orang disekitarku."

Kakiku mulai basah, Naruto menangis lagi dan hatiku tersayat lagi. Mataku mulai ikut berkaca-keca.

"Gomen Naruto." Akhirnya aku bisa mengeluarkan suaraku.

"Sekarang aku telah memiliki teman. Apa kau . . . akan pergi lagi??" Naruto mengeratkan pelukannya di pingganggku.

" . . . . ." aku tidak bisa menjawabnya. Tapi satu yang pasti. Aku pasti akan pergi.

-End pov-

#

#

#

"Gadis itu tak memiliki keistimewaan dalam tubuhnya. Hanya cakra normal." jelas Shikamaru pada Tsunade. Sebelumnya, dia meminta Hinata menggunakan Byakugan untuk memeriksa tubuh Rie.

"Sandaime tidak mungkin menyegel seseorang yang 'hanya normal'. Aku yakin ada sesuatu yang sangat rahasia atau penting."

"Bukankah para tetua dan Anbu juga tak mengetahuinya?"

"Ini cukup aneh karena ingatannya juga disegel. Selain itu .. " Tsunade menjeda kalimatnya.

"Selain itu .. "

"Selain itu,," Shizune melanjutkan "Dia juga pernah merawat Kakashi sesaat setelah kematian ayahnya."

"N-Nani!!" Shikamaru tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Matanya membelalak lebar.

"Lihat ini." Tsunade menyodorkan gulungan dokumen bertulisan sangat rahasia. "Dokumen ini bahkan memiliki 3 segel kuno sekaligus. Aku hanya bisa membuka 1 segel."

.

.

Shikamaru menelan ludah, tangannya perlahan meraih ujung gulungan. Tak ingin bernegosiasi dengan keraguan, dengan cepat ditariknya tepi dokumen menunjukkan foto Rie sedang duduk bersama Kakashi dan Itachi saat mereka masih kecil. Sedangkan Rie masih menjadi sosok yang sama dan tidak menua.

Terlalu lama terpaku pada gambar, membuat Shikamaru lupa membaca tulisan pada dokumen, hingga dia menyadari gambar dan tulisan itu memudar cepat dan menghilang.

"D-datanya .. "

"Jangan khawatir, itu akan muncul lagi nanti." tukas Tsunade.

Rasa malas dalam diri Shikamaru seketika menghilang sebentar. Dirapikan lagi gulungan itu kemudian mengembalikannya pada Godaime.

"Apa dia makhluk abadi? Informasi mengenai dirinya harus terkunci seperti ini."

"Sementara, awasi dulu mereka. Aku akan mencoba mencari tahu 2 segel lain. Agar bisa membaca sisa dokumen ini."

.

.

.

.

"Kakashi sensei." panggil Shikamaru pada sensei team 7 di salah atap rumah orang. Mereka janjian untuk sedikit berbincang.

"Yo. Shikamaru." balas Kakashi. Kini keduanya menatap ke salah satu jendela rumah lebih tepatnya rumah Naruto. Disana nampak Naruto dan Rie sedang makan malam sambil ngobrol atau lebih tepatnya Naruto yang mendominasi pembicaraan.

"Aku sudah mendengar dari Lady Hokage." Shikamaru memulai percakapan.

"Haah." Kakashi menghela nafas. "Yah, ceritanya berhenti sampai disitu."

"Jujur saja padaku." Shikamaru duduk bersila masih memandang jendela rumah temannya.

"Jujur saja aku sedikit sedih. Tapi aku yakin itu lebih baik." jawab Kakashi datar seperti biasa. Tak ada yang tahu apa yang pikirkan.

"Apakah tidak ada sesuatu?"

"Semua sudah kukatakan pada Lady Hokage. Tak banyak yang berarti."

.

.

_____Bersambung_____To Be Continued_____

Hay hay I am back setelah hiatus sekian lama untuk memenuhi request yang hampir menjamur.

Tahu nggak .. tahu nggak

Nggak?

Makanya aku kasih tahu hehehe..

Laptop yang menemaniku selama bertahun-tahun bila dibuka, kedua engselnya kan berbunyi : kretek - kretek - KRETEK - KLAK

Dan itulah akhir kisah kami. Aku akan merelakan video, film, lagu-lagu kecuali dokumen T_T Bila memungkinkan diperbaiki akan tetap kulakukan untuk menyelamtkan berbagai karyaku.

Mohon doanya teman-teman .

Komentar dari inbox menyusul ya..

Silahkan tinggalkan jejak bila kalian suka.

Silahkan tinggalkan bila tak suka. Saya ikhlas T_T

Like it ? Add to library!

Noelloriacreators' thoughts