2 Malam Berdarah 2

Pria yang di depan Darsimah tidak memperdulikan teriakkan dan permohonan dari Darsimah. Telinga pria itu tertutup dan hati pria itu tidak sedikitpun iba dengan teriakkan Darsimah, baginya teriakkan Darsimah itu hanya teriakkan yang menggoda dia untuk melanjutkan permainan panas mereka.

Dia terus merobek pakaian Darsimah yang masih tersisa. Darsimah sudah lelah melindungi dirinya. Dia sudah lemah untuk memberontak, air mata mengalir di sudut matanya. Dia pasrah, kekuatan dia tidak sebanding dengan pria yang bergairah itu.

"Aku menyukai tubuhmu Nyai, kamu sungguh nikmat." pria misterius itu menghujami Darsimah berkali-kali. Teriakkan Darsimah membuat suasana hutan makin mencekam. Tidak ada permainan yang lembut, yang ada kekerasan yang Darsimah dapatkan.

Pupus sudah dia mempertahankan kesuciannya. Malam ini dia harus kehilangan kesuciannya oleh pria yang bukan suaminya. Darsimah sudah kotor, dia bukan lagi wanita yang suci, dia sangat kotor, apa lagi dia harus ditonton oleh para pria yang lain, pria yang tidak lain adalah teman pria yang menyentuhnya saat ini dan melihat dia berhubungan badan dengan pria yang ada di atas tubuhnya. Dia wanita kotor, dia tidak pantas hidup lagi. Jika pun hidup dia akan jadi bahan omongan warga desa.

Selesai melampiaskan hasratnya, pria itu memakai pakaian dan menepuk pipi Darsimah dengan lembut. Dia puas sangat puas, berkali-kali menghujami Darsimah dan mendapatkan klimaks lebih dari yang pernah dia rasakan.

"Nikmat permainanku bukan, terima kasih Nyai Darsimah. Sekarang giliran kalian. Selesaikan hasrat kalian," ucap pria yang merebut kesucian Darsimah.

Teman-teman pria itu tertawa mendengar perintah dari temannya yang sudah selesai bersenang-senang. Satu persatu mereka menghujami Darsimah tanpa dosa dan perasaan. Darsimah sudah seperti wanita jalang yang harus melayani pria hidung belang dalam satu malam.

Lagi-lagi, jeritan Darsimah terdengar menyayat hati. Dia harus melayani enam orang dalam satu malam secara brutal dan tanpa jedah. Burung hantu yang berada di pohon pinus terus berbunyi, menambah suasana malam yang pilu dan menyayat hati siapapun yang melihat kekejaman yang dilakukan ke enam pria itu pada Darsimah.

"Kita sudah selesai, lihat wanita sampah itu. Apa yang kita lakukan. Jika dia masih hidup, maka dia akan mengatakan pada kekasihnya itu." Teman pria itu menanyakan pada pria yang pertama melecehkan Darsimah.

Pria itu mendekati Darsimah yang terkulai lemas. Dengan rokok di tangannya, dia meniupkan asap ke wajah Darsimah. Darsimah menatap mata pria itu dengan tajam mengeluarkan saliva ke wajah pria itu.

Cuihh!

"Pria terkutuk! Aku akan membalasmu. Aku akan buat kau merasakan bagaimana sakit yang aku rasakan. Aku akan membalasnya, aku bersumpah aku akan mengejar kalian sampai kapanpun. Seluruh turunanmu akan aku kutuk bernasib sama denganku! Jika aku tidak menemukan kalian, aku akan menghabisi pria yang aku jumpai sampai aku menemui kalian dan kalian mengakuinya!" teriak Darsimah dengan tatapan tajam dan penuh amarah. Kutukan Darsimah di sambut dengan suara petir di langit.

Pria itu melihat ke langit, dia mendengar suara petir yang menggelegar, pria itu hanya tersenyum di balik topi kupluknya. Pria itu menarik rambut Darsimah dengan kencang. Darsimah menjerit kesakitan rambutnya ditarik dengan sangat kuat.

"AAAAAAA! Lepaskan aku, pria biadab, pria jahat! Terkutuklah kalian! Kau mau apa hahh?" tanya Darsimah yang terus meronta untuk bisa lepas dari tangan pria itu.

Pria itu mengambil celurit dari tangan temannya. Dengan sekali ayunan tubuh indah Darsimah terkoyak. Darsimah terdiam terpaku melihat tubuhnya terluka dan mengeluarkan darah. Tidak bisa berkata apapun lagi, Darsimah menunduk dan melihat perutnya sudah mengeluarkan darah dan terbuka. Sekejam ini kah manusia yang di sebut pria. Apa salahku pada mereka, apa aku menyakiti mereka? Apa aku membuat mereka malu? Pertanyaan itu menari indah di pikiran Darsimah yang menahan sakit di seluruh tubuhnya.

"Ini untuk bayaran malam ini. Pergilah ke neraka dan bertemu dengan malaikat maut. Wanita murahan tidak pantas di dunia ini," ucap pria itu sembari tertawa keras.

Pria itu melempar Darsimah dengan kejam. Darsimah terkulai lemas, dia memegang tubuhnya yang sudah terbuka dan isi dalam perutnya keluar. Tangan Darsimah bergetar melihat tubuhnya sudah terbuka dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Pandangan Darsimah mulai melemah dan kabur, air matanya menetes dengan cukup deras.

"Pria tidak punya hati, kau sudah mengambil kesucianku, sekarang kau melakukan ini padaku. Aku akan membalas kalian semua. Aku akan cari kalian sampai dapat." Darsimah memandangi satu persatu pria yang memperkosa dirinya.

Pria yang melecehkan Darsimah pertama kali meminta temannya mengambil tali tambang. Pria yang diminta mengambil tali tambang berlari ke mobil setelah itu dia kembali menyerahkan tali tambang kepada pria itu.

"Untuk apa tali itu?" tanya teman satunya.

"Lihat saja, sekarang bantu aku. Bawa wanita Jaipong itu ke sini," ucap pria itu.

Teman pria itu membawa Darsimah yang sudah lemah ke arah pohon pinus, Darsimah yang sayup-sayup melihat tali tambang melilit lehernya hanya menggeleng kepala dengan pelan. Dia tidak berdaya untuk memberontak lagi, dia pasrah dan ikhlas. Saat ini Darsimah hanya bisa merasakan jika nyawanya akan pergi dari dunia ini.

"Aku akan mempercepat kematianmu, kau senang kan Nyai Darsimah? Aku harap kamu senang dan aku yakin kamu pasti berterima kasih padaku nantinya. Menarilah di neraka dan hiburlah mereka yang berada di sana." Pria itu melilitkan ke leher Darsimah sembari tertawa.

Darsimah sudah tidak berdaya lagi. Dia pasrah dan ikhlas. Air matanya mengalir begitu saja. "Mak, maafkan Darsimah yang tidak bisa pulang dan membahagiakan Mak. Mak jaga diri baik-baik. Maafkan Darsimah," gumam Darsimah sambil menatap penuh kebencian pada pria yang kejam dan tidak punya perasaan.

Srett!

Tali itu dilempar ke pohon pinus dan bersama dengan Darsimah yang ikut bersama tali itu. Kaki Darsimah bergerak menahan tali di lehernya dengan kedua tangannya agar bisa memberikan dia nafas, walaupun sedikit paling tidak dia bisa bertahan hidup tapi sayangnya, takdir berkata lain. Darsimah harus merenggang nyawa digantung pria tidak di kenal.

Darsimah masih memandang wajah ke enamnya tanpa sedikitpun dia berpaling, tapi sayang, wajah ke enamnya tidak dia ketahui hanya mata pria itu saja yang dia ingat, mata pria itu seperti mata yang dia rindukan dan yang dia kenal tapi siapa pikirnya. Dia terus memandang pria kejam itu sampai pandangannya gelap dan nyawanya hilang ditarik malaikat maut dari raganya.

"Dia sudah meninggal. Apa yang harus kita lakukan?" tanya teman pria itu.

"Kita biarkan dia di sini. Ikat tali itu jangan sampai dia jatuh, sekarang kita pulang." pria itu pergi meninggalkan hutan yang menjadi saksi bisu kekejaman dia dan temannya.

Darsimah meninggal dengan cara yang sangat tragis. Malam berdarah itu terjadi begitu cepat. Dua orang meninggal dalam satu malam. Tapi, tidak dengan dendam Darsimah. Arwah Darsimah melihat kepergian pria itu dengan tatapan penuh amarah, dia melihat jasadnya yang tergantung di pohon pinus. Air mata Darsimah mengalir begitu saja.

"Aku akan membalas kalian," ucap Darsimah dengan pandangan tajam dan dingin.

Darsimah bersama Mang Mamad memandang pria yang sudah membunuh mereka, tatapan tajam juga tatapan kebencian terlihat jelas di kedua mata keduanya yang dibunuh secara tragis dan keji.

avataravatar
Next chapter