webnovel

KUCING AJAIB

Bagaimana rasanya jika saat membuka mata, tiba-tiba saja, kucing yang dipeluk berubah menjadi seorang pemuda tampan? Shock, kaget, dan lain sebagainya menyerbu perasaan! Begitulah yang dialami seorang gadis polos bernama Virna, seekor kucing yang ia temukan nyaris mati, dan ia pelihara tiba-tiba saja suatu hari tanpa sebab dan alasan berubah menjadi seorang pemuda tampan, dan mengaku dirinya seorang pangeran dari dunia fantasi! Virna yang bahkan belum pernah pacaran dibuat kalang kabut karena harus satu rumah dengan kucing yang berubah menjadi manusia! Ketika Virna ingin mengusir pemuda itu, pemuda tersebut berkata, "Aku akan pergi, tapi bisakah kamu membantuku, agar aku bisa kembali ke duniaku?" Mampukah Virna membantu kucing ajaib itu kembali ke dunianya? Apakah kebersamaan mereka tidak menimbulkan sebuah perasaan cinta, hingga perpisahan mereka suatu hari akan berjalan lancar? Mengapa seorang pangeran bisa berubah menjadi seekor kucing? Baca yuk sampai tamat. Author Mithavic Himura Desain Cover : Beruang

MithavicHimura · Fantasy
Not enough ratings
438 Chs

BERBICARA LAGI?

"Sebentar Pak! Saya buka pintu dulu!"

Virna segera beranjak menuju pintu, tanpa menunggu bos-nya menyahut apa yang diucapkannya.

Ketika Virna membuka pintu, gadis itu bengong saat melihat beberapa tetangganya berdiri di hadapannya, terlebih Parjo, yang berdiri paling depan barisan tamu tidak diundang Virna.

"Ada apa ini?" tanya Virna sembari menatap kaki Parjo yang terlihat mengeluarkan darah.

Seperti tergores sesuatu. Apakah, pria ini yang mencoba menerobos beranda belakangnya? Buat apa? Maling pakaian dalam? Berbagai pertanyaan bergulat di benak Virna.

"Kamu bawa pria masuk kamar! Kamu melanggar aturan di kost ini, Virna!"

Parjo jadi memprovokasi keadaan. Kedua matanya melotot ke arah Virna, seperti ingin membuat gadis itu takut atau merasa dirinya hebat sudah memergoki apa yang diperbuat oleh Virna.

"Ribut-ribut apa ini?"

Suara Pak Hanzie terdengar, dan semua mata menatap wajah pria itu dengan berbagai macam ekspresi.

"Abang ini siapanya Virna? Mengapa bisa ada di dalam kost wanita?"

Parjo rupanya tidak pantang menyerah untuk membuat Virna jadi seseorang yang bersalah. Dendam kesumat sepertinya.

"Aku bos dia, aku kesini cuma mengecek lampu yang bermasalah di sini, karena Virna punya tetangga yang tahunya memanjat beranda belakang miliknya, tanpa mau membantu dia memasang lampu."

Wajah Parjo seketika pucat ketika Pak Hanzie mengucapkan kalimat tersebut.

Ia seperti salah tingkah, apalagi ketika semua orang yang ia ajak untuk menggerbek Virna saling berbisik.

"Jadi, Abang yang jatuh di belakang tadi?" tanya Virna, sembari memperhatikan sebelah kaki Parjo yang terlihat tergores.

"Jangan sembarangan! Ini aku tadi jatuh sendiri di belakang, bukan karena naik beranda kamu!"

Pria itu mencoba mencari alibi.

"Lalu, luka di kaki Bapak itu apa?"

"Bapak?"

"Kamu sudah berumur bukan?"

Pak Hanzie menatap tajam ke arah wajah Parjo, dan sebenarnya Virna merasa kata-kata Pak Hanzie cukup sadis untuk didengar bagi Parjo yang notabene sangat percaya diri, kalau dia itu masih awet muda.

"Aku memang lebih tua daripada kamu! Jadi, kamu harusnya bersikap sopan padaku!"

Parjo akhirnya mengaku berumur tua, di hadapan Pak Hanzie, padahal sebelumnya jika sedang berada di hadapan Virna, Parjo selalu bilang kalau dia itu masih muda.

"Aku akan sopan pada orang yang sopan juga, Bapak menuduh aku masuk kost Virna sembarangan? Kalau aku bilang sudah izin dengan ibu kost, Bapak mau apa?"

"Ada apa ini?"

Ibu kost tiba-tiba menyeruak kerumunan yang ada di depan pintu kamar kost Virna.

"Ini, Bu! Mas Parjo naik ke belakang beranda Virna!"

Laporan salah satu tetangga Virna membuat Parjo seketika melotot.

Bukan dia yang seharusnya diserang, tapi pria yang sedang bersama Virna itu.

"Bukan saya, Bu! Saya tidak bermaksud untuk melakukan hal itu!"

Parjo mencoba untuk membela diri.

"Lalu, ada apa dengan kakimu?"

Ibu kost menatap kaki Parjo yang masih terlihat berdarah karena menderita luka gores.

"Ini tadi saya jatuh saat menjemur di belakang!"

Parjo terpaksa berbohong. Dan, alasan yang diberikan oleh Parjo cukup membuat Pak Hanzie tertawa sinis.

"Bukan sedang ingin menggerayangi pakaian Virna?"

"Jaga mulut kamu! Aku tidak serendah itu!"

"Jangan berteriak di hadapanku! Jika kamu tidak serendah itu, apakah kamu pikir, aku rendah? Sengaja ke kost Virna, untuk bermain gila? Kamu pikir, aku suka karyawanku sendiri?"

Pak Hanzie mengatakan hal itu dengan tatapan mata garang. Semua yang ada di situ satu persatu membubarkan diri. Karena merasa mereka sudah salah mengira.

Siapa yang tidak kenal dengan Pak Hanzie? Buat yang suka jalan-jalan ke mall pasti tahu Pak Hanzie adalah bos supermarket yang ada di salah satu mall terbesar di kota mereka.

Mana mungkin bos besar melakukan hal yang membuat nama baiknya tercemar?

"Parjo, Bapak ini bukan orang sembarangan, jadi tidak mungkin melakukan sesuatu yang tercela, dia sudah minta izin padaku sebelum masuk,"

Mendengar penjelasan ibu kost, Parjo garuk-garuk kepala. Merasa malu sudah bertindak sembarangan.

Lalu dengan teratur pria yang nyaris botak di bagian depan itu mundur untuk pamit dari hadapan Virna, Pak Hanzie dan ibu kost.

Walaupun di dalam hati ia mengomel karena merasa tidak bisa membuat Virna jadi mendapatkan pelajaran karena sudah menolaknya.

"Apa ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya ibu kost pada Pak Hanzie.

"Tidak ada,"

"Kalau begitu, silahkan dilanjutkan, anggap saja tadi gangguan kecil!"

Wanita itu bicara masih sambil cengengesan.

"Iya. Betul. Terima kasih."

Kagok. Pak Hanzie benar-benar bukan tipe pria yang banyak bicara untuk basa-basi.

Ibu kost merasa nihil, untuk sekedar cari perhatian.

Wanita itu akhirnya pamit dari hadapan mereka berdua, dan Virna lekas menutup pintu kamar kostnya segera.

"Astaga! Aku pikir tadi, aku sudah mati!" keluh Virna sembari mengelus dadanya.

"Kamu tidak takut, pria bernama Parjo itu melakukan tindakan lain?"

"Kenapa Bapak yakin, dia memanjat di belakang?"

"Karena dia terlihat takut!"

Bos cerdas! Puji Virna.

"Sekarang pasang lampu yang aku berikan padamu!"

Suara Pak Hanzie lagi-lagi terdengar ketika Virna masih saja takjub dengan kehebatan Pak Hanzie yang pandai menganalisis kejadian.

Tidak hanya sadis, jutek, pelit dan galak. Ternyata, bosnya ini benar-benar cocok untuk disebut bos, karena memiliki sikap yang bisa membuat orang mati kutu karena tidak bisa mencari alibi.

Mereka segera ke kamar. Di mana lampu di sana yang perlu diganti setelah lampu di depan dan dapur yang baru saja diganti.

Pak Hanzie memperhatikan Virna yang terlihat gesit memasang lampu dengan menggunakan alat pemasang lampu yang dipinjam Virna dari ibu kost, dan belum sempat dikembalikan, lantaran baru beberapa hari lampu miliknya mati kembali.

Mereka tidak menyadari, di atas tempat tidur, di mana Bee yang dibelit dengan handuk agar tidak membuat Pak Hanzie terlalu terbatuk-batuk, memperhatikan mereka.

Binatang itu bisa mendengar semua ucapan yang diucapkan oleh Virna maupun bos-nya.

Mengerti apa yang mereka ucapkan, dan sebenarnya bisa merespon hanya saja sekarang ia semakin lemah karena sudah berusaha untuk mengetahui siapa yang memanjat beranda belakang sang majikan barunya.

"Kucing kamu itu kenapa tidak dibawa ke dokter hewan saja? Darahnya sebanyak itu. Memangnya, kamu beri makan apa, sampai dia seperti itu?"

Masih sambil memperhatikan Virna yang masih memutar si lampu, agar terlepas, menggunakan alat pengganti lampu, Pak Hanzie mengucapkan kalimat tersebut.

"Mahal, Pak! Maunya begitu, biar dia cepat sembuh! Tapi, saya tidak punya uang."

Virna menyahut sambil terus memutar lampu tersebut.

Pak Hanzie masih sibuk menutupi hidungnya, karena tidak mau terbatuk-batuk lagi.

"Sudah tidak ada modal, kamu masih nekat memelihara kucing!"

"Sebenarnya, bukan ingin memelihara, saya cuma menampung sementara, sampai luka dia sembuh, kan kasihan kalau di luar dengan kondisi seperti itu!"

"Manusia yang tidak punya hati, tidak kasihan melihat binatang terluka!"

Virna dan Pak Hanzie saling pandang ketika mereka mendengar suara pria mengucapkan kalimat itu setelah Virna bicara demikian!

"Kamu mengatai aku manusia tidak punya hati?"

Pak Hanzie justru menuduh Virna yang mengucapkan kata-kata tadi!

Note: manusia akan disebut manusia jika ia punya sisi kemanusiaan.

(Apakah Bee kembali berbicara, karena tidak suka dengan sikap Pak Hanzie? Stay terus di sini untuk tahu kelanjutan ceritanya ya terimakasih sudah membaca)