webnovel

Apa kamu hamil?

Satu bulan sebelum waktu perjanjian nikah berakhir

"Sinta.. apa kamu tak ingin berhenti jadi OB? aku bisa memberikan kedudukan lain yang lebih baik untukmu, apalagi nilaimu sangat sempurna". Kata Reyhan suatu malam.

"Gak usah Tuan, aku akan berusaha mencari pekerjaan sendiri, terima kasih banyak atas tawarannya. Lagi pula aku merasa canggung jika harus bekerja di perusahaan itu dengan posisi yang lebih tinggi. " kata Sinta menjelaskan.

"Bisa tidak kamu tidak memanggilku tuan lagi? " Pinta Reyhan lembut. dijawab dengan senyuman oleh Sinta.

"Aku ingin, mulai sekarang kamu tidur di kamar ini." katanya lagi.

"APA? " Tanya Sinta sedikit frustasi. dia tak sanggup jika harus melayani Reyhan setiap malam. Reyhan dapat mengetahui pikiran Sinta dan berkata,

"Aku tak akan meminta setiap malam, hanya seperti biasa saja, hanya saja.. aku ingin kau berada di sini setiap malam.. "Suaranya terdengar sangat sopan dan lembut, tak seperti biasanya.

Sinta juga tak pernah melihat Reyhan membawa pulang wanita lain seperti biasanya, dia juga tak pernah lagi pulang telat..

Tiba-tiba saja dia merasa mual dan lari ke kamar mandi, Reyhan kaget, dan berharap kalau Sinta hamil.

" Kau kenapa? " Tanyanya saat berada di pintu kamar mandi.

"Entahlah.. mungkin masuk angin. Huek.. " Jawabnya dan kembali merasa mual.

Sinta juga merasa kalau dia hamil, tapi dia takut mengatakannya, karna di pernah mendengar Reyhan mengatakan tak ingin memiliki anak dari mereka disaat pertama dia datang kerumah ini.

Pagi itu Sinta memeriksa dirinya dengan test pack yang telah lama disedikannya, dia merasa frustasi dengan hasilnya. Positif. Sinta sangat gugup dan sedih, jika pernikahan ini wajar, pasti dia dan suaminya akan sangat senang dengan hal ini, tapi ini sungguh tak mungkin.

Semenjak Sinta sering muntah-muntah, Reyhan tak mengizinkan Sinta bekerja terlalu berat, bahkan dia meminta agar Sinta di carikan pekerjaan yang lebih ringan.

Berkali-kali Reyhan meminta Sinta untuk memeriksakan dirinya, bahkan dia menjadi sangat cerewet tentang keadaan Sinta saat ini. Sinta merasa sedikit senang dengan perhatian yang diberikan Reyhan, tapi dia tak berani larut dalam kebahagiaan itu karena usia pernikahan mereka tinggal satu bulan lagi.

Sinta masih tidak percaya kalau Reyhan mencintainya meskipun Reyhan telah berusaha meyakinkannya. Tapi dia sangat sulit mempercayai seorang Reyhan bisa mencintainya.

Sementara itu juga, Sinta mulai mencari-cari informasi lowongan pekerjaan, tak hanya di propinsi ini, tapi juga di propinsi lain dan Pulau lain.

Dia juga mengikuti tes online yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan itu.

....

seminggu sebelum waktu perjanjian nikah berakhir.

Siang itu, Sinta masuk ke ruangan Reyhan, dia ingin menanyakan apakah Reyhan akan memesan makan siang, atau akan keluar. Tapi dia di kagetkan saat melihat Reyhan berciuman dengan seorang wanita. Kali ini hatinya terasa sakit, lututnya terasa lemas dan langsung menutup pintu seraya berkata..

"Maafkan aku" wajahnya terlihat sedih.

Reyhan langsung berlari mengejarnya dengan perasaan cemas dan langsung memegang lengan Sinta.

"Sinta.. ini tak seperti yang kamu lihat" katanya cemas. tenggorokan nya terasa tercekat saat mengatakan itu.

"Anda tak perlu menerangkan padaku Tuan, seperti biasa, aku tak pernah buka mulut pada siapapun" Jawabnya sambil menunduk, agar Reyhan tak dapat melihat lihat kekecewaan dimatanya. Entah kenapa hatinya sangat sedih melihat pemandangan itu, inilah yang ditakutkannya selama ini sehingga dia tak berani membuka hatinya untuk pria itu, tapi tanpa sadar pria itu telah berhasil memasuki hatinya sehingga dia merasakan sakit hati karena cemburu.

"Aku hanya ingin menanyakan apa anda akan memesan makanan atau makan di luar ?" Tanya nya lagi masih dengan wajah menunduk.

Tiba-tiba saja perempuan itu menggandeng tangan Reyhan dan menariknya seraya berkata

"Kami akan makan di luar, dan merekapun berlalu meninggalkan Sinta yang masih berdiri di sana. Sayup-sayup dia dapat mendengar perkataan perempuan itu.

"Minggu ini aku akan menginap di rumahmu" Reyhan langsung menoleh kebelakang, dan dapat melihat Sinta berjalan setengah berlari.

Dia ingin mengejar gadis itu, mengungkapkan kebenaran bahwa mereka adalah suami istri, tapi Reyhan takut kalau Sinta akan mengamuk lagi dan kabur seperti dahulu. Jadi terpaksa dia hanya diam dan berencana akan menjelaskannya setelah mereka sampai di rumah.

Sinta pergi ke toilet wanita, menghidupkan air kran, dan menumpahkan tangisnya di sana. Dia tak mengerti, kenapa saat ini dia merasa begitu terluka. Padahal apa yang dilihatnya selama ini lebih dari itu. Entah kenapa dia sudah merasakan kalau Reyhan adalah miliknya seutuhnya. Dia merasa bodoh mempercayai kata-kata manis lelaki itu.

Setelah sedikit merasa tenang, Sinta merapikan penampilannya, kemudian dia minta izin keluar, memanggil taksi dan meninggalkan kantor itu. Reyhan dapat melihat Sinta naik sebuah taksi .

"Aku pergi sebentar, kau makan saja duluan. " Katanya dan langsung mengambil kunci mobilnya dan segera mengikuti taksi itu.

Ternyata Taksi itu menuju ke arah rumahnya, dia dapat melihat Sinta turun, membayar ongkos, dan langsung masuk kedalam rumah itu dan taksi itu pergi.

Reyhan berlari ke dalam rumah itu, dan mencari Sinta, ternyata perempuan itu sedang mengeluarkan pakaiannya dari lemari kamar Reyhan .

"kenapa di keluarkan? " Tanya Reyhan kaget. Sinta tak kalah kaget, lalu dia menjawab.

"Aku mendengar, nona itu akan menginap di sini, jadi aku akan membersihkan barang-barang ku. Reyhan dapat melihat mata Sinta yang merah, dia yakin perempuan itu habis menangis.

"Apa kau mau aku tidur dengannya? " Tanya Reyhan lagi..

"Bukankah aku tak berhak pencampuri urusanmu? " Sinta balik bertanya tapi wajahnya terus menunduk, dia tak sanggup menatap laki-laki itu, hatinya menjadi semakin sedih , Sinta keluar kamar dan langsung berjalan menuruni tangga.

"Kau mau kemana? " tanya Reyhan lagi. Dia merasa cemas jika Sinta akan meninggalkannya.

"Aku melihat kamar kosong di bawah, aku akan pindah ke sana. Tuan jangan khawatir, aku akan pergi setelah waktuku habis, hanya tinggal minggu ini saja. " kata Sinta pelan. Reyhan tercekat mendengar itu.

Dia memeluk Sinta dari belakang, mengusap lembut perut perempuan itu dan berkata..

"Apa kamu hamil? "Sinta sempat kaget mendengar pertanyaan itu, lalu dengan cepat menguasai diri dan menjawab.

"Jangan Khawatir, aku tau Anda tak menginginkan anak dari kami. " Katanya sambil melepaskan diri dan masuk ke kamar itu.

Reyhan mengikutinya dan berkata..

"Dia bernama Nayla, cinta pertama ku, sahabat masa kecilku. jadi.... " perkataan Reyhan terputus karna perkataan Sinta.

"Aku paham.. tak usah di jelaskan. Jika Anda ingin aku keluar sekarang agar tidak mengganggu kalian, aku akan pergi sekarang." kata Sinta. Mendengar itu Reyhan kesal dia tak ingin menjelaskan tentang hubungannya dengan Nayla lagi dan segera berlalu meninggalkan Sinta yang masih terpaku dan kembali ke kantornya.