webnovel

Sore menuju Senja

jam ditanganku menunjukkan pukul 16:45, sebentar lagi aku pulang dari jadwal bekerjaku.

terasa lelah hari ini, ya hari-hari sebelumnya pun amat lelah juga. Namun hari ini fikiranku kacau, apapun yang aku kerjakan, apapun yang aku pegang, bahkan apapun pembahasanku dengan rekan kerja lainnya, fikiranku tertuju padamu, selalu.

entah itu cara kau memanggilku, cara kita menghabiskan waktu, cara kita pergi kemana-mana berdua, cara perlakuanmu, keadaan dirumahmu, suasana sore dilingkungan rumahmu, suara adikmu, paras wajah orangtuamu, semua terasa nyata, masih sangat jelas.

terkadang hatiku sakit mengingatnya, dadaku sesak saat tau kenyataan yang menyakitkan ini.

tepat pukul 17:05, aku sudah keluar dari tempat kerjaku, tujuanku ialah pulang untuk beristirahat. namun entah apa yang membuat motor ini mengarahkan ku ke tepi pantai tempat kita sering berkunjung. ya, tepi pantai tempat kita membahas segala cerita dulunya.

ingatanku jelas, niang suaramu masih amat jelas, cara tawamu masih amat jelas, cara menatapmu masih amat jelas, bahkan leluconmu yang amat garing namun selalu berhasil membuatku tertawa geli, masih jelas diingatanku.

sudah lebih setahun sejak kau memilih meninggalkanku dengan cara yang sadis, membunuhku dengan perlahan, mengubur segala janji yang kau ucap padaku, dan segala bualan yang membuatku percaya pada niatmu melamarku 2 tahun lalu.

bahkan caramu melamarku pun masih jelas bagiku, sebegitu rapi nya ingatanku tentangmu, namun sebegitu mudahnya kau membunuhku.

lebih 30 menit aku duduk sendiri ditepi pantai ini, raga ku masih disini, jiwaku entah dimana tetapnya, dan fikiranku masih sibuk mencari kau. sejak tahun lalu, sejak luka yang kau beri tak pernah sembuh, mungkin takkan bisa sembuh, sejak itu aku mengsugesti diriku bahwa kau sedang merantau.

mataku menatap laut paling ujung hingga tak begitu jelas lagi yang ku lihat, perlahan air mata ku berlinang, batinku "jangan menangis! harus kuat! kuat! kuat!"

namun beberapa detik setelahnya aku benar tak sekuat sugestiku, air mataku lebih memilih keluar dari pada mendengarkan kata hatiku. ia memilih keluar sederas yang ia mau. dan aku menangis dalam diamku.

kau mungkin telah amat bahagia, bahkan lupa bahwa aku pernah ada dihidupmu 6 tahun yang lalu...