1 Tragedi

Korea Selatan, 30 September 2016

Hari dimana kelulusan semua siswa akhir High School diselenggarakan. Begitu juga dengan ketiga namja yang sudah bersahabat sedari kecil. Tidak ada kata yang mampu terucap, masa dimana suka dan duka dalam menuntut ilmu bersama akan menjadi kenangan bagi setiap orang.

Gedung serba guna yang disulap bak istana, menjadi tempat acara berlangsung. Dihadiri oleh semua orang tua siswa serta beberapa petinggi sekolah menjadi pelengkap acara.

MC yang sudah menaiki panggung, dengan senyuman manis yang mengembang diwajahnya. Suasana ramai akan perbincangan, terhenti disaat pembawa acara mulai membuka suara.

"Selamat datang untuk para hadirin sekalian. Tiba saatnya acara kelulusan siswa-siswi sekolah Santa Monica, Seoul akan dimulai." Suara tepukan tangan menjadi pengantar rasa bahagia untuk semua orang yang hadir diacara tersebut.

"Aku tidak menyangka— kita akhirnya bisa melewati semuanya bersama," ucap namja cantik berdarah campuran Cina.

"Kamu benar sekali Luhan. Setelah ini, kalian ingin lanjut kemana?" tanya namja bermata bulat seperti burung hantu.

"Entahlah. Tapi sepertinya baba akan menyuruh ku untuk masuk ke jurusan bisnis." Namja yang bernama lengkap Luhan tersebut merajuk jika mengingat peraturan sang baba yang sangat diktator.

Kedua sahabatnya pun tertawa melihat tingkah menggemaskan Luhan.

"Kalau kamu Baek?"

"Aku?" tanya namja yang bernama lengkap Byun Baekhyun.

"Ya. Kamu akan masuk jurusan apa?"

Helaan nafas keluar begitu saja, ketika mendengar pertanyaan sang sahabat. "Appa membebaskan ku untuk memilih kemana saja. Tapi— kalian tahu sendiri, aku tidak punya dana untuk melanjutkan kuliah." Namja bermata bulat itu menyesal karena sudah menanyakan hal seperti ini.

"Baek, mianhae." Tutur nya yang disambut senyuman manis.

"Tidak apa Kyung. Kamu tidak perlu merasa bersalah," ujar Baekhyun membuat mereka kembali lagi keacara inti.

Dua jam sudah berlalu, acara kelulusan telah usai. Ketiganya berpisah bersamaan dengan keluarga mereka masing-masing.

"Tuan Byun, apa anda tidak ingin sekalian bersama kami?" tanya tuan Lu.

Tuan Byun tersenyum, bukan hanya putra mereka yang saling mengenal satu sama lain. Bahkan ketiga orang tua namja itu, juga saling mengenal dan sangat dekat satu sama lain.

"Jarak rumah kami dari sini sangat dekat tuan Lu. Tidak perlu repot-repot." Jelas tuan Byun yang dibalas anggukan.

"Baiklah kalau begitu. Kami duluan, dan selamat untuk Baekhyun— karena sudah menjadi siswa paling berpengaruh untuk sekolah." Baekhyun tersenyum dan sedikit membungkuk dengan sopan.

"Terima kasih banyak tuan Lu atas ucapan nya."

"Sama-sama. Kalau begitu kami duluan." Tuan Byun dan Baekhyun membalas dengan tundukan kepala, menjadi pengantar kuda besi tuan Lu untuk kembali kekediaman nya.

....

Tuan Byun dan Baekhyun baru saja tiba di kediamannya. Rumah minimalis dan tidak mewah menjadi tempat untuk berlindung bagi mereka. Bangunan lama yang menyimpan banyak kenangan indah, di saat nyonya Byun yang bernama Irena belum menghadap sang pencipta.

"Baekhyun, hari ini appa akan lembur. Apa kamu akan baik-baik saja jika seorang diri di rumah?" tanya kepala keluarga terhadap anaknya.

Baekhyun membalas perkataan appa nya dengan senyuman. Sudah menjadi hal biasa jika sang kepala keluarga akan lembur dalam melakukan tugas.

"Aku bukan anak kecil lagi appa." Tuan Byun tertawa mendengar perkataan sang buah hati. Memang benar, Baekhyun sudah besar. Tumbuh menjadi namja cantik nan manis, membuat Daniel selaku orang tua, harus ekstra menjaga buah cintanya bersama Irena.

Daniel mengusak surai hitam milik putranya, tersenyum tampan dan mengecup kening Baekhyun dengan sayang.

"Kalau begitu, appa berangkat kerja dulu. Jangan lupa makan malam, dan jangan telat tidur. Ah satu lagi— "

"... Jangan lupa mengunci semua pintu serta jendela di malam hari. Kamu tahu, semakin tumbuh besarnya diri mu. Semakin besar rasa khawatir appa," ucap Daniel jujur. Semakin putranya tumbuh besar, semakin ektra rasa khawatir untuk meninggalkan Baekhyun seorang diri.

Banyak sekali para dominan diluar sana yang mengincar putranya. Dia teringat kembali, dengan kejadian satu tahun yang lalu. Dimana Baekhyun yang dikukung oleh segerombolan preman ketika mengantarkan makan siang untuk nya. Semenjak saat itu, Daniel melarang keras Baekhyun keluar dari rumah seorang diri— tanpa pengawasan nya.

"Maafkan Baekhyun appa. Sudah membuat appa khawatir," tutur nya dengan sedih, membuat Daniel tertawa.

"Itu semua bukan salah mu sayang. Berhenti menyalahkan diri sendiri, appa terlalu mencintaimu."

Baekhyun memeluk hangat tubuh appa nya. Jika saja eomma nya masih hidup, mungkin semua orang akan iri dengan kebahagiaan Baekhyun.

Baekhyun melepaskan pelukannya dari sang appa. Memandang wajah yang tidak muda lagi, membuat hati kecilnya bertekat untuk membalas semua kebaikan appa nya.

"Kalau begitu, appa berangkat dulu."

"Hati-hati dijalan appa," seru Baekhyun yang masih setia memandang kepergian Daniel hingga punggung kokoh itu mulai menghilang.

....

Di sebuah club, seorang namja tampan merancau, memanggil nama seseorang dengan beberapa botol minuman beralkohol didekatnya.

"Baekhyun."

Seorang namja berkulit albino menarik kembali botol alkohol yang akan masuk kedalam mulut namja tampan dengan cepat.

"Chanyeol. Berhenti! Kamu sudah mabuk," seru nya membuat namja bernama lengkap Park Chanyeol kesal dan mendorong nya dengan lemah.

"Kau bilang apa Sehun. Berhenti? Kau pikir aku bisa berhenti mencintai Baekhyun hah!"

"Tapi Baekhyun tidak mencintai mu. Terlebih tuan Byun, tidak merestui hubungan kalian." Jelas Sehun yang dibalas tatapan datar dari Chanyeol.

"Walaupun keduanya menolak perasaan ku. Aku akan tetap menguasai Baekhyun seutuhnya," ucap Chanyeol dengan smirk diwajahnya.

"Apa maksudmu? Jangan berbuat macam-macam dengan keluarga mereka Chanyeol. Sudah cukup penderitaan mereka."

"Ssst ... Berhenti ikut campur dengan urusan ku Sehun."

"Aku yang sudah mengenalkan mu dengan keluarga Byun. Bagaimana aku tidak ik— "

Klik!

"Berhenti bicara! atau peluru ini menembus kepala mu." Titahnya, membuat Sehun terdiam seketika. Saat melihat ujung pistol itu tepat berada didahi nya.

Sungguh ia menyesal, telah mengenalkan keluarga Byun kepada sepupu nya tersebut. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia tidak bisa melawan kekuatan Chanyeol untuk membantu keluarga Byun.

....

Waktu terus berputar dan kini sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam. Disebuah kamar bernuansa biru, terlihat seorang namja cantik yang terlelap dalam tidurnya. Tidur dalam damai dan tenang, hingga tidak menyadari seseorang yang menerobos masuk kedalam rumah dengan paksa.

Setelah berhasil masuk, langkah kaki panjang itu sudah berada didepan kamar yang bertuliskan 'Baekhyun'. Dengan alat seadanya, sosok berpakaian hitam itu berhasil membuka pintu yang terkunci. Masuk kedalamnya dan melihat sosok yang dicintainya terlelap dalam balutan selimut bergambar anak anjing.

Sosok berpakaian hitam itu menyunggingkan senyuman, yang terkesan menakutkan. Tungkai kaki nya mulai melangkah mendekati ranjang tersebut. Duduk disebelah namja cantik yang sedang terlelap. Tangan besar itu terulur, mengusap surai hitam yang selalu ada di dalam bayangan hidupnya

"Cantik," seru nya yang masih setia mengusap helaian poni di dahi submisif.

....

Baekhyun sedikit menggeliat, merasa tidurnya terganggu dengan usapan tangan dari seseorang.

'Bukankah appa hari ini lembur?' batin nya.

Kedua manik bening itu terbuka dengan perlahan. Hal pertama yang di lihat adalah, sosok seseorang yang tidak ingin dia jumpai seumur hidup. Baekhyun bangkit dari tidurnya, mundur secara perlahan guna menjauhi sosok itu.

"Chanyeol. Bagaimana kamu bisa masuk?" tanya nya yang dibalas tawa kecil.

"Kamu tidak perlu tahu sayang. Inti nya saat ini, hanya ada kita. Aku dan kamu," ujarnya membuat Baekhyun dirundung rasa takut.

Chanyeol mulai menaiki ranjang tersebut, berusaha menggapai tubuh si mungil yang terus menjauh darinya.

"Chanyeol, kamu mau apa?!" Bentak Baekhyun yang melihat gerak-gerik mencurigakan dari sosok tersebut.

Dengan gerakan cepat, Chanyeol menarik lengan si kecil dan menjatuhkan nya diatas ranjang.

"Chanyeol, lepas!" Baekhyun memberontak, berusaha melepaskan diri dari kukungan Chanyeol.

"Kau tahu Baekhyun— aku sangat mencintai mu. Aku tidak bisa hidup tanpa mu. Tapi kenapa kamu menolak ku!" ucap Chanyeol yang diakhiri dengan nada tinggi.

"Karena kamu adalah seorang pembunuh! Aku sangat membenci mu Park Chanyeol!" Baekhyun tidak mau kalah, membentak kembali sosok yang ada diatas nya.

Chanyeol tertegun mendengar penuturan Baekhyun. Dia bukan pembunuh, semua itu adalah murni kecelakaan. Seketika tatapan mata Chanyeol menggelap, aura dominan menusuk hingga ke sumsum tulang terdalam. Menakutkan dan menyeramkan.

"Jika cara baik-baik gagal, maka cara pintas adalah satu-satunya."

"Tidak! Lepas Chan!" Baekhyun terus memberontak, berusaha melepaskan dirinya dari sosok Chanyeol.

"Au ... " Chanyeol berteriak kencang, merasa nyeri pada bagian bawahnya yang baru saja ditendang oleh Baekhyun.

Baekhyun segera berlari dari atas ranjang. Namun usahanya percuma, pintu kamar terkunci dan di buang begitu saja oleh Chanyeol.

Napas Chanyeol yang kembali normal, membuatnya dapat bangkit dan menarik surai hitam itu dengan kasar.

Baekhyun meringis, sakit yang teramat ia rasakan di bagian kepala. Seakan, rambutnya dipaksa untuk tercabut dari kulit kepala nya.

"Sa- sakit Chan! Hiks ... lepaskan aku!" Chanyeol terus menarik rambut itu. Dengan kedua tangan Baekhyun yang terus memukuli lengannya.

Brukkkk

Chanyeol langsung melempar tubuh mungil itu kembali diatas ranjang. Chanyeol menarik rahang Baekhyun hingga mengikis jarak diantara mereka.

"Sssstt ... tenanglah, aku tidak akan menyakiti mu. Tapi aku ingin membuat mu mengenal surga dunia."

"Bajingan! Brengsek! Biadab! Pembu— mmmppphhh ... mmmppphhh!"

Belum sempat Baekhyun menyelesaikan perkataannya, Chanyeol langsung meraup bibir mungil itu dengan cepat. Memaksanya untuk bergumul panas diatas ranjang yang menjadi saksi bisu tragedi itu.

Baekhyun berusaha mendorong tubuh besar Chanyeol sekuat tenaga, namun gagal. Chanyeol menbekap bibir merah itu dengan sebuah sapu tangan, ketika ia mulai menyerang leher Baekhyun dengan ciuman brutal.

"Lepas Chan! Apa yang ... aaahhh! No! Pleaseee!"

Gerakan tangan besar itu begitu cepat, Chanyeol sudah melucuti piyama yang dikenakan Baekhyun dengan kasar. Baekhyun berteriak meminta pertolongan pada siapa saja yang ada. Namun— suara gemuruh kencang, menyembunyikan teriakan pilu dari namja cantik itu.

Chanyeol melepas ikat pinggang nya untuk mengikat kedua tangan Baekhyun menjadi satu dan disampirkan ketiang ranjang. Setelahnya, Chanyeol membuka lebar paha Baekhyun, membuatnya semakin panik.

"Tidak! Tidak! Please don't!"

"Aaakkkhhh !" teriak Baekhyun yang ditemani rintikan air hujan.

.

..

...

....

.....

Bersambung!

Sebenarnya work ini udh AL tulis sampe END di draf, tapi kemungkinan bakal AL check lagi untuk memperbaiki dalam kata bahasa yang baik.

Jangan lupa, voment nya dong CBHS. Sumpah, bukan mau ngemis voment atau gimana.

Tapi jujur deh, vote apalagi komentar dari kalian jadi nilai plus buat kita para penulis dalam berkarya.

Jadi, jangan hilangkan semangat kami. Terlebih disaat ChanBaek menjalankan tugas militer, dan moment mereka bakalan benar-benar gak ada. Jadi kita harus punya imajinasi yang aktif, suapay ngerasa kalo ChanBaek itu banyak moment.

Pokoknya ya gitu deh hehehe ಡ ͜ ʖ ಡ

Sayang kalian semua CBHS ლ(◕ω◕ლ)

avataravatar
Next chapter