20 Pemikat Cinta Demi Harta Part 2

Setelah beberapa waktu kemudian mereka berdua keluar dari kamar dengan keadaan rambut terlihat acak-acakan dan kancing baju yang terlepas, mereka kembali saling berhadap-hadapan Bapak Samudra mengawali perkataannya, "Kamu memang luar biasa ketika kamu ingin tujuanmu cepat selesai setiap seminggu sekali kamu kesini lagi untuk memperkuat pemikat ini nanti."

"Ha ... begituan lagi! ... Oh ... cukuplah satu kali ini saja ya mbah masak tidak berhasil," terang Tasya yang terlihat merasakan kesakitan sekujur tubuhnya karena akibat ulah si Samudro.

"Ya ... itu sih terserah kamu, ini saya gratiskan, dan kamu akan mendapatkan segalanya, ya kalau kamu tidak mau ... ya ... lihat saja dia akan menjauhimu dan kamu tidak mendapatkan semuanya, ya ... mungkin kita perlu melakukannya tiga kali, setelah tiga kali akan bekerja sempurna dia akan berlutut-lutut minta ampun sama kamu dan kekayaannya akan kamu kuasai," kata Samudro yang terlihat merayu-rayu Tasya.

"Ya baiklah, bagaimana kalau dipercepat? Mungkin dua hari sekali saya kesini agar semua cepat beres," kata Tasya yang sebenarnya merasa jiji padanya karena tuanya, tetapi karena demi sesuatu maka apapun jalan itu akan ditempuh.

"Sudah ... ini kamu saya kasih baca dua puluh satu kali nanti saya bantu kamu dari sini, lihatlah besok pasti dia akan mencarimu dan melupakan keluarganya," kata Samudro yang sambil mengeluarkan potongan kertas lalu memberikannya.

šŸ’„šŸ’„šŸ’„šŸ’„

Sementara itu Saiful yang siang itu mencoba menemui buah hatinya sudah berada di dekat rumah mertuanya dengan hati yang waswas dia maju mundur tetapi akhirnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

Tok ... Tok ... Tok

Assalamu'alaikum ," sapa Saiful yang terlihat agak takut.

Terdengar dari dalam sahutan salam seorang perempuan tua, "Wa'alaikumsalam, siapa ya?" sahut Mertuanya dan bertanya.

Krieeek .... Bunyi pintu terbuka.

Betapa kagetnya mertuanya tiba-tiba berdiri seorang laki-laki yang sudah tidak asing lagi yaitu Saiful laki-laki yang pernah mencintai putrinya.

Saat pintu terbuka Saiful langsung mencium kaki Mertuanya seraya berkata, "Maafkan saya Ibu, saya tidak tahu mengapa diriku menjadi seperti itu, saya sebenarnya mencintai Rahel, tetapi mengapa seperti ini? Saya juga tidak mengerti ada apa denganku, maafkan saya Ibu."

Mendengar hal itu Ibunya tidak tega harus mengusirnya biarmanapun dia masih keluarganya lalu Mertuanya berkata kepadanya, "Sudahlah mari masuk ke rumah dulu kita bicara di dalam."

Kini mereka sudah berada di dalam ruangan terlihat di situ Fariska tidur dengan lelapnya, Saiful yang melihatnya ingin sekali dia mencium dan menggendongnya namun saat dia mulai berdiri Ibu Mertuanya berkata, "Stop ... Jangan kamu mendekati Fariska, Ibunya berpesan kamu jangan pernah menyentuhhnya."

"Tapi Ibu saya juga berhak dong ... Ayahnya ini, kalau boleh tahu pergi kemana Rahel ... Ibu! ... Dia naik pesawat seperti pergi jauh." kata Saiful yang duduk kembali walau menahan kecewa.

"Saiful saya sebenarnya tidak tega melihat kamu seperti ini harus berjauhan dengan Rahel, saya sebagai Orang tua sudah memberi nasihat banyak pada kalian berdua tetapi entahlah mungkin sudah menjadi jalan kalian seperti ini, saya mohon untuk sekarang kamu jangan dulu kesini biarlah Fariska bersama saya, Rahel pergi untuk mencari nafkah untuk masa depan Fariska." kata Ibunya yang tidak terasa meneteskan air mata.

Saiful yang juga tidak kuasa menahan derai air mata tidak bisa berbuat apa-apa tiba-tiba menundukkan kepala seraya berkata dalam hati, "Ya Allah ... dosa apa yang saya perbuat sehingga diriku harus mengalami seperti ini, seharusnya saya yang memberi nafkah untuk keluargaku tapi mengapa malah Ibunya yang harus mengadu nasib di perantauan, laki-laki apa saya ini."

"Baiklah Ibu, tapi izinkan saya tetapi memberi nafkah pada Fariska saya akan selalu bersalah jika tidak ikut andil membesarkan, sebagai tanggung jawabku jika Rahel masih melarang tolong jangan bilang kalau saya juga membantu," kata Saiful yang memohon pada Ibu Mertuanya sambil memberikan Uang untuk kebutuhan Fariska.

Tidak disangka dari luar terdengar sapaan salam seorang perempuan, "Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," sahut mereka berdua sambil berdiri menoleh ke pintu, Saiful yang melihat kagetnya bukan main hatinya seperti tersengat lebah, seraya berkata, "Tasya ... Kamu kesini, Ada apa?"

Ibu Mertua hanya tersenyum tipis sambil memperhatikan wanita yang baru saja datang, walau belum pernah bertemu namun sudah faham siapa dia karena Rahel selalu bercerita tentangnya.

"Mas, saya cari di rumah tidak ada ... eh ternyata masih disini," kata Tasya yang sambil menatap tajam kearah Saiful, dia mulai membaca rapal yang diberi oleh orang pintar.

Tak lama lalu menyapa Ibu Mertua Saiful, "Ibu! ... Bagaimana kabarnya? Semoga sehat selalu." Dengan sedikit merunduk serta tersenyum di hadapan Ibu Mertuanya Saiful.

"Iya ... Alhamdulillah sehat ... maaf boleh tahu siapa ya? Kok belum pernah melihat." tanya Ibu Mertua.

"Oh ... Saya hmmm siapa ya ... Mas, jelasin siapa saya mengapa saya mencarimu," kata manja Tasya keluar dari mulutnya, dengan percaya dirinya Saiful sudah terperangkap pemikatnya.

"Memang siapa itu Saiful? Gayanya itu seperti bidadarimu, gak ada sopan-sopannya sama orang tua," tutur Ibunya yang mulai sebel dengan kehadirannya.

Tiba-tiba Saiful seperti berubah draktis dia terlihat kebingungan melihat kesana kesini sambil berkata, "Dimana ini ya ... Eh siapa kamu ... Yang mengapa kita ada disini ... Sudah mari kita pergi tidak penting disini."

Betapa tidak kecewanya Ibu Mertuanya yang tidak sama sekali menyangka perubahan itu terlihat nyata dan mempunyai prasangka dalam hatinya, "Ha ... Wanita ini ... ada apa dengan Saiful tiba-tiba seperti hilang kesadarannya, pasti ada yang tidak beres dengan wanita ini."

"Mas, jelasin dulu siapa saya ini pada wanita tua ini biar dia tahu siapa saya?" kata Tasya yang sedikit membentak.

Saiful hanya bisa tunduk dibawah perintah Tasya, "Hai ... Ingatnya saya tidak mengenal kamu, nih saya kasih tahu sipa dia, Ini adalah kekasihku calon istriku, dan kami sebentar lagi akan menikah."

"Sudah tahu! Siapa saya ... Saya calon Istrinya Mas Saiful ... Ingatkan ... Istrinya Mas Saiful, mari Mas kita pergi saja dari sini ... ih ... panas disini," tutur Tasya yang terlihat mengibas-ngibaskan kedua tangannya.

Dalam hati Tasya berkata, "Waw ... memang benar-benar bisa dihandalkan orang tua itu, demi hartanya saya rela sudah harus di raba-raba si tua itu, yang penting berhasil."

Maka mereka berdua pergi meninggalkan wanita setengah tua itu yang sambil berdiri di tengah pintu menatap dan menggumam di hatinya, "Saiful kamu terpengaruh oleh wanita itu, ternyata benar apa yang pernah dikatakan Rahel."

Tanpa menunggu lama Ibunya Rahel masuk rumah dan mendekati Fariska yang terlihat menggeliatkan tubuhnya beberapa kali dan kembali lagi tenang sambil menghisap ibu jarinya yang mungil.

šŸ’„šŸ’„šŸ’„

Waktu terus berjalan hingga Fariska menginjak umur 10 tahun Ibunya juga belum bisa pulang ke tanah air karena sudah menikah dengan orang di perantauan.

Kini Neneknya yang harus mengurus setiap hari.

Nah Bagaimana kelanjutan kisahnya ...

Ikuti kisahnya.

avataravatar