webnovel

Bab 1 (Sakit Aneh Sang Putri)

Tersebutlah di sebuah negeri di bawah kaki gunung Vesuvius hiduplah seorang putri yang sangat elok bentuk parasnya, rambutnya bak mayang kurma terurai, bibirnya merah saga terpapar sinar tengah hari bulan Oktober di Greenland, daging pembungkus tulangnya pun kurang tidak berlebih pun tidak, dadanya dua kilo terigu tergantung satu tali di langit-langit kota Roma, benar-benar sangat menawan, namanya Esmeralda Jeanne Zieygeiywvs bin Harun Ar-Rasyid. Sebuah nama yang betul-betul indah walau tak semua lidah bisa mengejanya dengan benar. Dan tak satupun laki-laki dari negeri-negeri tetangga yang tidak mengenal atau paling tidak mendengar bisik-bisik tentang kecantikannya, bahkan, dengan hanya mendengar namanya saja mampu membuat jakun setiap lelaki naik-turun, apalagi jika membayangkannya, air liur mereka pasti akan keluar tanpa mereka sadari serupa anjing kelaparan dihadapkan sekeping tulang babi yang masih baru dan basah.

Sudah sejak buah dadanya mulai tumbuh sebesar buah kelengkeng, Esmeralda Jeanne Zieygeiywvs bin Harun Ar-Rasyid hidup bagaikan sebuah penanda untuk mewakili berbagai simbol teratas kemilau pencapaian dunia bagi para lelaki yang hidup di zaman tersebut, atau kadang ia juga bisa saja menjadi simbol kecantikan, hawa nafsu, serta simbol kejayaan yang di dalamnya berjalin kelindan kekayaan yang bercampur pekat dengan kekuasaan dan keserakahan yang tiada putus-putusnya sejak dari zaman Habil pertama kali jatuh cinta pada Iqlimah yang padahal pada waktu itu mereka sama sekali belum mengenal kata penis dan juga vagina.

Kini, sang putri raja tersebut tengah terbaring lemah di peraduannya tanpa sebab, tiba-tiba ya sudah begitu saja, tanpa ada gejala apa pun yang menyertainya terlebih dahulu. Dan untuk itu semua tabib terbaik dan legenda dunia kedokteran telah di datangkan untuk memeriksanya, mulai dari Avi Cena dari Asia Tengah sampai kepada Crocus penjaga paus di pintu Grand Land, dan bahkan juga tabib terbaik dari kru bajak laut paling puncak abad ini yang bernama Tony Tony Chopper juga telah mereka jemput jauh-jauh dari Kerajaan Wandokuni dalam keadaan darurat saat kelompok mereka tengah berperang dengan Bajak Laut Hewan Buas.

Semua usaha yang patut dan masuk akal pun juga telah dikerjakan. Semuanya, mungkin tak satupun lagi yang tertinggal. Mulai dari cara tradisional sampai kepada cara paling modern telah dicoba. Akan tetapi, tak satu juga memperlihatkan hasil yang maksimal bagi kesehatan sang putri.

Ayahnya yang tak lain dan tak bukan adalah paduka raja dari Kerajaan Peef yang bernama Anderson Haruna Harun Al-Rasyid Zieygeiywvs, atau yang selalu ingin dipanggil dengan gelar Aleksander Degrit itu kini saat ia mendapati penyakit aneh putrinya tersebut dan ditambah pula oleh kenyataan belum satupun tabib yang bisa mengobati putrinya, maka kesedihan pun semakin dalam tertanam dan bertambah menjalar-jalar di hatinya—karena ia tak tahu lagi ke mana harus mengadu. Setiap malam, sang paduka raja selalu di dalam keadaan apapun, terutama saat bercinta dengan para selirnya, atau saat kantuknya yang tengah berat, beliau selalu menyempatkan diri untuk memohon agar sang Gusti penguasa alam menunjukkan kepadanya sebuah jalan demi kesembuhan anak gadisnya tersebut.

Dan pada sebuah malam di dalam tidurnya, di malam yang aneh tanpa lengkingan jangkrik dan dendang burung malam, paduka mendapatkan sebuah pesan yang berbunyi seperti ini, "jika engkau menginginkan kesehatan untuk putrimu, datang lah ke puncak Bukit Tunggal yang berada di tepi sungai yang telah mengering yang bernama Plancaisa, di sana ada sebuah batu mestika yang bernama mestika Segala Obat Henry Every, mestika itu adalah satu-satunya harta kekayaan sekaligus pusaka yang masih tertinggal dari seorang raja bajak laut dunia yang pernah menguasai dunia bernama Henry Every."

Mestika itu, berdasarkan legenda yang beredar dari para penganut 'ilmu kebatinan segala tahu' adalah penawar sekalian penyakit, tapi untuk pergi mendapatkannya tidaklah semudah seperti apa yang dimimpikan sang raja, dan siapa pun yang akan pergi ke sana maka ia harus melewati dulu Tebing Curam Maralayan yang penuh dengan mambang yang haus darah.

Next chapter