6 Ternyata

"Bawa motor apa mobil?" tanya Ayun pada Yoan. Tatapan Ayun mencurigakan pada Yoan.

"Mobil," jawab Yoan singkat seraya memandangi ciptaan Tuhan yang indah di depan matanya.

"Ganti! Aku mau naik motor," kata Ayun lalu berjalan melewati Yoan yang menganga atas apa yang telah Ayun katakan.

Untuk pertama kalinya ada yang memerintah Yoan. Yoan merasa aneh, senang dan heran. Ayun memerintahkan dirinya dengan santai tanpa ada nada kasar sedikitpun.

"Ngapain? Kalau masuk angin gimana?" Yoan berjalan menyusul langkah Ayun yang hendak ke ruang tamu.

"Yaa.. Buang angin, hahaha," jawab Ayun yang ya bisa dibilang masuk akal. Ayun terpingkal-pingkal melihat ekspresi Yoan yang sedari tadi berusaha untuk mencerna kata-kata dari Ayun.

Yoan tidak habis pikir dengan tingkah Ayun. Makhluk ciptaan Tuhan kali ini aneh tapi dia suka.

"Yaudah, aku suruh pelayan bawa motor aku dulu," kata Yoan lalu menelpon seseorang disana.

"Hallo, Paman. Tolong bawakan motorku ke rumah Ayun ya," telponnya pada pelayannya.

"Baik den. Akan Paman antar sekarang," jawab pelayan itu di telponnya.

"Jangan lama-lama Paman!" teriak Ayun bertujuan ke pelayan yang tengah di telpon oleh Yoan.

Yoan berbisik dan berkata, "Diem!"

Ayun yang mendengar Yoan, langsung cemberut. Tak seru anggapnya, Ayun hanya bercanda. Ya memang salah jika harus berteriak dari jauh. Ya sudahlah, batin Ayun.

***

Selama perjalanan Ayun bercerita panjang lebar tentang kuliahnya, temannya, dan juga keanehan di keluarganya. Tak ada habisnya mereka bercerita, tertawa sepanjang jalan meski pengendara motor lainnya merasa aneh pada pasangan itu, Yoan dan Ayun. Mereka justru tak menggubris mereka semua.

Saat tengah asik bermain di pasar malam, Ayun ingin mengabadikan momen dimana dia pertama kali menginjakkan kakinya di pasar malam lagi setelah 5 tahun yang lalu.

Indah banget, batin Ayun.

"Eh, Yoan fotoin dong! Aku mau foto buat pamer ke Papa sama Mama. Pasti mereka bakal iri sama aku," kata Ayun dengan sangat percaya diri yang tinggi.

Ayun mengeluarkan handphonenya dan ternyata handphone miliknya sudah kehabisan baterai. Ayun menghembuskan nafas panjang, membuat Yoan tersadar.

"Kenapa? Katanya foto?" tanya Yoan yang meminta handphone miliknya untuk memotret.

"Handphone aku mati, lowbat. Pake handphone kamu boleh?" tanya Ayun dengan jurus andalannya yakni puppy eyes yang tak pernah Ayun tunjukkan pada siapapun.

"Hih? Kok jadi aku?" Yoan untuk pertama kalinya melihat tingkah aneh gadis ini. Ditambah dengan matanya yang berbinar-binar ingin foto di pasar malam.

Sungguh aneh tapi nyata, dengan si dia. Dia adalah Ayun, yang sifatnya tidak dia mengerti. Benar memang, jika sudah jatuh cinta, maka seluruh dunia akan terlihat sangat indah. Meski dengan cara-cara yang tidak pernah kita duga sebelumnya.

Tunggu, apakah ini artinya Ayun membalas perasaan Yoan? Ya Tuhan, betapa bahagianya Yoan, jika Ayun benar-benar membalas perasaan Yoan.

Setelah bermain dengan riangnya, Ayun memutuskan untuk pulang karena matanya sudah sangat berat.

"Hati-hati ya pulangnya. Jangan lupa kirim fotonya!" kata Ayun pada Yoan.

"Iya. Aku pulang dulu ya, salam buat keluarga kamu, yang suatu saat jadi keluarga aku juga," kata Yoan seraya menghidupkan mesin motornya.

"Mimpi!" sudah terhitung dua kali Ayun mengatakan hal serupa pada Yoan.

Setelah masuk rumah, Ayun di sambut oleh kakak-kakaknya, Zein dan juga Dharma.

"Cihuyy, abis ngedate nih ceritanya?" ledek Dharma.

"Gak ada ngedate ngedate gitu. Cuma main, titik," kata Ayun yang menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Setelah itu men-charge handphonenya yang mati. setelah beberapa menit, Ayun menyalakan power on handphonenya. Terlihat disana banyak pesan masuk dan juga telpon dari Bella, sahabatnya.

Ayun : Bel, sorry tadi gue keluar. Handphone gue mati, lowbat. Btw, Kenapa?

Bella : Gue telpon. Angkat!

***

"Kemana lu semalem? Gue telpon gak aktif lagi," kata Bella pada Ayun

"Gue keluar semalem ke pasar malam, sama Yoan," jawab Ayun dengan entengnya.

"Ha? Gimana gimana? Lu sama Yoan?" kali ini Bella lebih dibuat bingung lagi oleh tingkah Ayun. Bagaimana bisa dia jalan dengan gebetan Jane, yang notabennya adalah sahabat sendiri.

"Tenang, gue cuma temen sama Yoan. It's gonna fine," kata Ayun menenangkan.

"Kamar berapa si Jane?" tanya Ayun pada Bella yang kini mereka tengah berada di rumah sakit berencana menjenguk Jane yang tengah sakit.

"Kamar... Gue juga gak tau,"

ujar Bella yang berhenti mendadak.

"Serius gue lupa nanya kamar no berapanya. Gimana?" tanya Bella pada Ayun.

Ayun hanya menepuk jidatnya yang pening karena ulah Bella. Satu hari tanpa membuat Ayun pusing bukanlah Bella namanya.

"Tanya resepsionis aja. Gak perlu bingung lagi," jawab Ayun seraya mengambil handphone miliknya yang berdering.

"Siapa?" tanya Bella, padahal sudah tertera dengan jelas nama Riyoande disana. Namun, sengaja memang Bella tanyakan

"Yoan, paling mau numpang makan lagi," kata Ayun tanpa di filter terlebih dahulu.

"Ha? Dia makan dirumah lu?" lagi, Ayun menepuk jidatnya yang kali ini tak habis pikir, bagaimana jika orang-orang mengira dirinya merebut Yoan dari Jane.

"Ho'oh," kata Ayun singkat lalu mempercepat jalannya menuju resepsionis.

"Mbak mau nanya, kamar pasien atas nama Jeane Sasmita dimana ya?" tanya Ayun pada Mbak-mbak resepsionis.

"Kamar Hibiscus nomor 4 mbak," jawab mbak-mbak resepsionis setelah memeriksa daftar pasien di komputernya.

"Makasih ya Mbak," ucap Ayun lalu menyeret Bella segera menuju kamar inap Jane.

Selama perjalanan menuju kamar inap Jane, Bella terus menanyakan tentang Yoan.

Bella bertanya-tanya seberapa dekat Ayun dengan Yoan saat ini. Berharap jika Jane lebih bisa mengalah pada Ayun. Melihat kedekatan Yoan dan Ayun yang lebih intensif. Ditambah dengan hubungan antara keluarga Simone dan keluarga Louisa yang memang sudah dikenal sejak lama.

"Lu suka sama Yoan?" tanya Bella membuat Ayun mengerutkan alisnya.

"Kenapa nanya kayak gitu?" tanya Ayun berbalik pada Bella.

"Kedekatan lu itu buat gue bingung. Jane suka sama Yoan, yang deket malah lu. Sumpah bisa tolong pecahkan pertanyaan yang ada di otak gue?" Bella benar-benar membutuhkan jawaban yang logis.

"Yang ada otak lu pecah kalo gue jawab," jawab Ayun seraya memainkan handphone miliknya.

Terasa selalu dilihat oleh Bella yang penuh akan pertanyaan kenapa? Dan juga bagaimana bisa? Akhirnya Ayun menghentikan langkahnya dan menjawab pertanyaan Bella.

"Yoan nembak gue sebelum Jane suka sama Yoan. Dan gue sampai sekarang gak jawab perasaan Yoan karena tau kalau Jane suka sama Yoan. Dan walaupun gue suka, gue gak akan pernah berharap lebih dan terlalu tinggi. Jadi jawaban gue hanya we are good friend and gonna be fine. Cuma itu," jelas Ayun panjang lebar agar Bella mengerti posisi Ayun bagaimana.

"Ternyata.." kata Bella.

avataravatar
Next chapter