webnovel

Kita, Hujan dan kata

Berawal dari hujan yang turun pada bulan Oktober. Mempertemukan dua insan yang saling memikat dan memuja. Rasa yang tiba-tiba menyeruak, membuat mereka menjalin kasih. Pada mulanya semua berjalan manis, hingga akhirnya kenyataan datang menghampiri-- membuat sesak menghentak keras.

Moonard · Teen
Not enough ratings
22 Chs

Concern

Pening. Itu yang dirasakan Aella saat ini. Matanya belum terbuka dengan benar, ia masih harus membiasakan cahaya yang masuk ke dalam kamarnya. Mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Hingga ia menghebuskan nafas kasar. Mengacak acak rambutnya lalu kembali menggulung diri dengan selimut tebalnya.

Ia melirik jam digital di nakas. Pukul 11.00 pagi. Gila, ia tidur berapa jam? Pantas saja kepalanya terasa sangat pening. Kemudian ia mencari ponselnya, mengaduk aduk tas dan membongkar isinya. Tidak ada. Ia mendecak kesal. Lalu bangkit dari tempat tidurnya, mengangkat bantal juga selimut untuk mencari benda persegi empat itu.

Ketemu.

Matanya membola seketika ketika melihat banyaknya notifikasi masuk.

999+ message from Hanish.

30 missed call from Hanish.

10 message from Devil Dareen.

Ini gila. Ia yakin saat ini Hanish khawatir. Ia memang belum memberi kabar apapun sejak kemarin pergi bersama Dareen. Jika sekarang ia meneleponnya balik, kemungkinan besar lelaki itu akan berceramah juga menanyakan ini itu.

Dan tentu saja Aella belum siap menceritakan semuanya pada Hanish. Bukannya ia tidak percaya .. hanya saja, ia tidak mau merasa sakit lagi.

Akhirnya ia memutuskan untuk membuka pesan dari Dareen terlebih dahulu. Masalah Hanish ia akan mengurusnya nanti.

Devil Dareen.

Hei kerbau, bangun! 07.00

Oh astaga, BAGAIMANA BISA ADA GADIS SEPERTIMU?! 07.15

Aella, kau harus makan lalu mandi. 08.00

Tubuhmu sangat bau. 08.30

Ngomong-ngomong, berat badanmu berapa? Kemarin saat ku bopong ke apartemen tubuhmu terasa sangat berat, rajin-rajinlah berolahraga. 09.00

Bersyukurlah karena hari ini aku sedang bekerja, jika tidak maka kau sudah aku seret ke kamar mandi. 09.30

AELLA! ASTAGA! KAU BELUM BANGUN JUGA?! 10.00

Gadis itu langsung mengeluarkan room chat-nya bersama Dareen. Lelaki itu gila. Apa apaan tadi? Berat katanya huh? Enak saja! Begini-beegini berat badannya sudah turun 5 Kg! jangan salah, Aella ini setiap minggunya rajin yoga dan berolahraga ringan. Lelaki itu memang minta direbus hidup-hidup. Lihat saja nanti!

Aella kini melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Mencoba menyegarkan tubuh dan pikirannya dengan berendam air hangat. Membayangkannya saja sudah membuatnya tak sabar. Banyak yang terjadi kemarin, dan ia tak mau berlarut-larut dalam masalah yang dihadapinya.

Bersenandung di kamar mandi sambil sesekali bermain dengan busa dan gelembung tidak buruk. Hal itu mampu membuat suasana hatinya berubah. Meski hanya sedikit, setidaknya selama berendam tadi gadis itu tidak terlalu memikirkan pertemuannya dengan Neil kemarin.

Di tempat lain,

Hanish menggerutu kesal ketika melihat tidak ada satupun notif dari kekasihnya. Padahal ia sangat cemas. Lelaki itu tahu, gadisnya tidak akan baik baik saja setelah apa yang terjadi. Mau nekat menghampiri ke apartemennya .. itu ide buruk. Hanish mengerti mungkin saja gadisnya butuh waktu untuk menenangkan diri. Butuh waktu untuk sendiri dan belum siap untuk menceritakan semuanya.

Sedari tadi tiduran di ranjang membuatnya semakin malas bergerak. Padahal banyak yang harus diselesaikan, seperti tugas kuliah, tumpukan pakaian kotor yang menggunung, cucian piring, apartemen yang sangat berantakan.

Malas sekali. Sumpah demi apapun. Ia berharap jika sekarang ada keajaiban datang, lalu tiba tiba rumahnya bersih dalam sekejap.

Imajinasimu.

Melamun. Itu yang dilakukannya sekarang. Memutar kembali memori di kepalanya, mencoba mengingat bagaimana saat pertama kalinya Hanish menjatuhkan hatinya pada Aella.

Berawal dari ospek kampus beberapa tahun yang lalu. Gadis itu sudah menarik perhatiannya sejak awal, Aella saat itu terlihat sangat menutupi dirinya dari siapapun. Hanish selalu menemukan gadis itu sendirian. Berbeda dengan gadis lainnya yang berisik dan genit ketika melihat sekumpulan lelaki, Aella hanya berjalan atau mengabaikan itu semua. Gadis itu benar benar dingin, tidak peduli dengan sekitar.

Beberapa pria sempat mendekati dan menginginkannya sebagai kekasih, namun dengan halus gadis itu menolak. Alasannya selalu sama, kau tidak akan tahan dengan kelakuanku nantinya, jadi menjauhlah.

Halus bukan? Haha.

Hanish selama itu hanya berani memnadangi dan memperhatikannya dari jauh. Dan selama itu pula entah mengapa Hanish semakin tertarik dan jatuh dalam pesonanya. Hingga saat itu tiba,

Hujan turun dengan deras. Sangat deras malah. Ia sedang berlindung di bawah atap café depan kampus. Cuaca terasa sangat dingin. Untungnya ia membawa payung, tapi melihat bagaimana derasnya hujan, ia urungkan untuk menerobos. Karena akan percuma saja. Ujung-ujungnya basah kuyup.

Lalu maniknya tak sengaja menangkap presensi seorang gadis yang sedang memainkan air hujan dengan tangannya. Beberapa kali terlihat ia mendengus kesal dan mengumpat pelan. Hanish terkekeh kecil melihatnya. Setidaknya ia tidak akan mati bosan karena menunggu hujan reda. Ada pemandangan menarik di dekatnya. Ia terhibur.

Manik matanya membulat ketika melihat gadis itu berlari menerobos hujan. Walaupun sudah tidak terlalu deras seperti tadi, tapi tetap saja. Astaga. Bagaimana jika dia sakit nanti? Tanpa pikir panjang Hanish menerobos hujan lalu mengejarnya. Gadis itu terkejut ketika sebuah payung hitam melindunginya dari tetes air yang berjatuhan. Demi apapun saat itu juga aku merasa terhipnotis.

Mata bulatnya mengerjap pelan. Ia memiringkan kepalanya, menatapku bingung. Aku hanya terkekeh, lalu memberi alasan klasik. Untungnya gadis itu menerima saja, aku cukup terkejut sebenarnya. Melihat bahwa selama ini ia selalu menolak setiap lelaki yang mencoba mencari perhatian kepadanya.

Lalu—oh, ponselnya berdering.

El is calling …

Lamunannya buyar begitu saja. Kedua sudut bibirnya terangkat. Ia tersenyum lebar ketika mendapati layar ponselnya berdering.

"Hallo?"

"Hanish?"

"Ya?"

" … tidak, kau sedang dimana?"

Lelaki itu berguling ke sisi kanan, entah kenapa ia merasa sangat senang ketika mendengar suara di seberang sana.

"Aku sedang di kamar, ada apa?"

" … "

"Princess? Are u okay?"

"A-ah, I'm sorry .. If you don't mind, I think I need a friend to chat with. I'm in a very bad mood, I need your warm hug" terdengar lirihan di akhir.

Hanish langsung saja bangun dari tempat tidurnya. Ia bergegas meraih handuk yang menggantung, melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

"Tunggu aku disana, 20 menit lagi."

"Hm, see u"

Panggilan dimatikan. Lelaki itu langsung saja membersihkan tubuhnya. Entah kenapa ia merasa sangat cemas. Dugannya benar, bahwa Aella sedang tidak baik baik saja.

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

with love,

x

moonard

Moonardcreators' thoughts