10 Diet!

Minggu pagi dimana matahari belum menampakkan dirinya, seorang lelaki mungil yang berwajah manis itu keluar dari rumahnya dan berlari kecil menjauhi rumah yang ada dikawasan elit itu. Lelaki mungil itu adalah Sandi yang beberapa waktu lalu sedang dilanda kekesalan karena berat badannya yang naik. Meskipun hanya naik sedikit, tapi itu sudah membuatnya kesal setengah mati.

Hari ini Sandi akan mulai menurunkan berat badannya sedikit dengan melakukan olahraga ringan dan tidak banyak memakan makanan yang bisa membuat berat badannya naik lagi. Meskipun lelaki manis itu berniat seperti itu, tapi ketika melihat makanan yang terlihat enak, ia tetap akan membelinya dan memakannya. Apalagi ketika mood-nya sedang buruk, ia akan membeli apa yang ia lihat dan memakannya.

Sandi berlari menuju taman yang biasa ia datangi sambil memikirkan sesuatu didalam otaknya. Lelaki mungil nan manis itu sedang memikirkan sesuatu tentang Rey. Kenapa harus lelaki itu karena Rey selalu bertingkah aneh terhadapnya. Apalagi Rey terkadang menciumnya tak peduli mereka ada dimana. Ditambah lagi beberapa hari lalu, Rey mencium bibirnya meskipun hanya sebatas menempal, tapi hal itu membuat Sandi terkejut dan menjadi penasaran dengan apa yang Rey lakukan itu.

"sebenarnya apa maksud dari semua itu?" gumam Sandi sambil terus berlari kecil menuju taman. Siapa sih yang tidak bingung dengan apa yang dilakukan oleh seseorang yang dekat dengan kita dimana ia selalu perhatian dan melakukan hal-hal manis atau mencuri ciuman dari kita. Ya begitulah perasaan Sandi saat ini. Apalagi jantungnya benar-benar berpacu ketika Rey melakukan hal itu padanya.

06.07 wib.

Rey membuka matanya dengan perlahan dan menguceknya dengan pelan. Kemudian ia bangun dari rebahannya sambil melihat jam yang ada diatas meja nakas samping ranjangnya. Kali ini ia tidak merasa panik ketika melihat jam yang sudah diangka 6 lebih. Rey sama sekali tidak merasa ada sesuatu yang harus ia kerjakan dipagi hari seperti ini. Ia juga tidak ingin melakukan lari pagi karena waktu sudah menunjukkan sangat siang, jika ia berniat untuk lari pagi, lelaki tampan itu akan bangun lebih pagi dari ini.

Dengan langkah malas, lelaki tampan itu berjalan kearah kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia membersihkan dirinya dengan cukup lama terbukti ketika ia keluar dari dalam kamar mandi jarum jam sudah bertengger manis diangka 7 lebih. Kebiasaan Rey memang, jika mandi selalu memakan waktu yang cukup lama kecuali ketika ia bangun kesiangan untuk berangkat ke sekolah. Kemudian lelaki tampan itu merapikan penampilannya sebelum keluar dari kamar.

Sandi lagi-lagi berjalan santai kelaur dari kamar menuju lantai bawah.

"pagi, ma" sapanya kepada sang mama ketika ia sudah turun dari lantai atas.

"pagi, sayang" sapa balik ibu Rey "tumben bangun siang?" tanya ibunya lagi.

"ya ma"

Ibu Rey yang mendengar jawaban singkat anaknya itupun merasa heran. Tumben sekali anak tampannya itu berperilaku tidak semangat seperti biasanya.

"kau tidak lari pagi" tanyanya lagi sambil melihat anaknya mengambil makanan yang masih berada diatas meja makan.

"aku sedang malas ma" jawab Rey singkat sambil menyantap sarapannya. Ibunya irupun tidak bertanya lagi dan membiarkan lelaki tampan itu memakan sarapannya dengan tenang.

Sebenarnya lelaki itu sedang menghindari Sandi karena kejadian beberapa hari lalu ketika ia mencium bibir Sandi diteras belakang rumahnya. Ia tidak tahu dapat keberanian dari mana hingga bisa mencium bibir Sandi, meskipun hanya menempel, tapi itu berhasil membuatnya merasa gelisah sampai sekarang. Apalagi ketika mereka berdua berangkat dan pulang sekolah, itu sangat canggung menurut Rey karena tidak ada dari mereka yang mengeluarkan pembicaraan sama sekali. Begitu juga saat di sekolah, Rey tidak bertemu dengan Sandi sama sekali atau lebih tepatnya lelaki tampan itu menghindar dari Sandi. Sebab itulah sekarang Rey tidak joging dipagi hari bersama Sandi.

Sandi sudah berada di taman biasanya. Ia berlari kecil didalam taman. Ketika merasa lelah, Sandi memilih duduk disalah satu bangku yang kosong. Ia meminum minuman yang ada dibotol yang ia bawa tadi dari rumah. Lalu lelaki manis itu melihat jam yang bertengger manis dipergelangan tangannya.

"jam setengah 7" gumamnya ketika menyadari bahwa ia berlari terlalu lama dan pantas saja ia merasa lelah dan lapar. Ia menoleh kesekeliling taman, mencari sesuatu yang dapat ia beli dan ia makan. Tak lama setelah melihat sekeliling taman, Sandi melihat orang penjual pentol. Kemudian ia berdiri dari duduknya dan menghampiri penjual pentol tersebut.

Setelah membeli pentol dengan cukup lama, Sandi kembali ketempat duduknya tadi dan memakan pentol yang ia beli dengan tenang. Entah kenapa lelaki manis itu merasa sepi tanpa adanya Rey. Biasanya jika mereka lari pagi dan Sandi membeli sesuatu, Rey akan mengganggunya dan memintanya sampai Sandi memberikannya. Sandi jadi rindu dengan Rey saat ini.

"hah kenapa aku harus memikirkannya disaat seperti ini" gumam Sandi.

"kemarin saja dia tidak bicara padaku saat berangkat dan pulang sekolah" gumamnya lagi ketika baru sadar jika kemarin mereka tidak berbicara sama sekali.

"hah lebih baik aku fokus dengan dietku dari pada memikirkan Rey" Sandi beranjak dari duduknya dan berjalan keluar dari taman untuk pulang ke rumah karena sudah siang dan ia juga lelah.

Rey duduk diteras depan rumahnya sambil memainkan ponselnya. Ia sedikit melirik ke rumah yang ada disebelah rumahnya. Ia yakin bahwa saat ini Sandi masih berada di taman dan berolahraga. Lelaki itu benar-benar gencar dengan niat dietnya meskipun kemarin dia sudah mengatakan jika tidak masalah dengan bentuk tubuh Sandi dan jika ada orang yang menyukai lelaki manis itu harus menyukainya apa adanya dan tidak menyuruh Sandi untuk berubah. Rey benar-benar kesal dengan sifat keras kepala Sandi.

"untuk apa diet jika ujung-ujungnya makan sesuatu yang membuat berat badan naik" gumamnya karena sangat kesal. Meskipun Rey tidak mengajak Sandi bicara, tapi ia tetap khawatir dengan lelaki manis itu dan itu sebabnya ia duduk diteras sambil menunggu Sandi pulang. Beruntung pembatas pagar tembok rumah mereka tidak terlalu tinggi dan Rey bisa melihat halaman rumah Sandi.

Tak lama, Rey melihat pagar rumah tersebut terbuka dan menampilkan sosok gembul yang baru saja kembali dari lari paginya. Ia melihat Sandi dengan tatapan biasa dan meletakkan ponselnya diatas meja.

Sandi yang baru saja masuk kehalaman rumahnya itupun melihat kearah rumah Rey dan melihat lelaki tampan itu duduk diteras sambil melihatnya. Lalu Sandi mengalihkan tatapannya kearah lain dan tidak mau melihat Rey. Dengan cepat lelaki manis itu masuk kedalam rumahnya.

Rey masih melihat Sandi hingga lelaki manis itu tidak terlihat lagi dan masuk kedalam rumah.

"sayang, berikan ini pada ibunya Sandi" Ibu Rey menyuruh lelaki tampan itu sambil memberikan nampan yang berisi tingga mangkuk yang tidak Rey ketahui isinya. Dengan sigap ia melaksanakan perintah ibunya tersebut.

Ia membuka agar rumah Sandi dengan sedikit susah payah karena tangan satunya membawa nampan yang tadi diberikan oleh ibunya. Setelah berhasil masuk kedalam halaman depan rumah tersebut, Rey berjalan kearah rumah yang tertutup tersebut.

Tok tok tok.

Ketuk Rey kepada pintu yang tertutup tersebut. Tak lama ia mendengar suara teriakan yang agak tidak jelas dari dalam. Rey tetap menunggu sambil melihat mangkuk diatas nampan yang ia bawa.

"oh Rey" sapa ibu Sandi yang melihat Rey berada didepan rumahnya.

"ini dari ibu, bi" kata Rey sambil memberikan nampan yang ia bawa tadi.

"terima kasih, kau tidak mau masuk?" kata ibu Sandi sambil menerima nampan yang dibawa Rey.

"tidak bi" tolak Rey.

"masuk saja…Sandi sedang mandi jadi tunggu saja didalam" paksa ibu Sandi yang membuat Rey menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam rumah berwarna biru tersebut. Kemudian lelaki tampan itu duduk dsofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya.

Tak butuh waktu lama untuk Sandi membersihkan diri, kini lelaki manis itu keluar daari kamar dan turun dari lantai atas menuju ruang makan. Ia ingin sarapan. Ibunya yang melihat anaknya duduk dikursi meja makan itupun-

"sayang, ada Rey diruang tamu" kata wanita paruh baya itu yang membuat Sandi langsung menoleh kearah ibunya.

"untuk apa dia kesini?" tanya Sandi agak judes.

"tidak boleh bigitu, sayang….temui saja dia" kata ibunya. Sandi menghela nafas dan beranjak dari duduknya dan berjalan kearah ruang tamu. Dan benar saja ia melihat Rey duduk disofa dengan memainkan ponselnya.

"kenapa kau kesini?" tanya Sandi dengan nada yang masih judes.

"oh aku disuruh mama mengantar makanan dan bibi menyuruhku masuk, ya tentu saja aku masuk" jawab Rey ketika mendengar pertanyaan Sandi. Ia juga meletakkan ponselnya dimeja ruang tamu samping gelas minum yang tadi ibu Sandi berikan.

"ya sudah kalau sudah selesai pulang sana" usir Sandi sambil duduk disofa single.

"kalau kau menyuruhku pulang kenapa kau duduk?" tanya Rey yang melihat Sandi duduk.

"terserah aku…ini kan rumahku" sewot Sandi. Rey hanya menghela nafas dan tidak mau menanggapi Sandi terlalu jauh.

"bagaimana dietmu?" tanya Rey tiba-tiba dan hal itu membuat Sandi menoleh padanya.

"biasa saja" jawab Sandi.

"seharusnya kau tidak usah diet jika ujung-ujungnya kau makan makanan yang sama jika melihatnya" kata Rey yang membuat Sandi kesal seketika "..lagipula kau diet untuk siapa?" lanjut Rey lagi.

"aku diet hanya untuk diriku sendiri jadi terserah aku mau diet dan makan apa saja"

"iya itu untukmu, tapi bukannya lebih bagus seperti ini…menjadi Sandi yang manis dan imut"

"aku tidak manis dan imut" bantah Sandi.

"iya itu bagimu, tapi bagi orang lain kau manis dan imut…jadi tidak usah diet…lagipula badanmu tak segemuk itu"

"berisik! pulang sana kalau kau hanya mengurusi dietku saja" usir Sandi lagi. Ia sudah merasa kesal dengan perkataan Rey.

"tidak mau"

Mendengar tolakan dari Rey membuat Sandi berdiri dari duduknya dan menghampiri Rey untuk menarik lelaki tampan itu agar pergi dari rumahnya. Tapi, tenaga Sandi tidak cukup kuat untuk menarik Rey hingga-

Bugh.

-Sandi oleng dan jatuh dilantai antara meja dan sofa. Tak hanya jattuh sendiri melainkan bersama Rey yang tadi terkejut melihat Sandi oleng dan berusaha untuk melindungi lelaki manis itu agar tidak jatuh. Posisi keduanya sangat dekat hingga mereka bisa merasakan nafas masing-masing. Mereka juga saling tatap satu sama lain.

"apa yang terja-

tbc.

avataravatar
Next chapter