webnovel

Orang yang Dicurigai

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ketika Luo Qinghan baru masuk ke aula konferensi, kaisar langsung menanyainya tentang peristiwa anggur beracun kemarin malam.

"Menurutmu kakak tertua yang meracunimu?"

Luo Yechen sang pangeran tertua tidak tahan dan menyela, "Ayah, aku tidak meracuninya, aku difitnah!"

Kaisar membentaknya, "Diam!"

Bahu Luo Yechen menciut mendengar teguran itu, dia pun menutup mulutnya dengan perasaan marah.

Kaisar menatap Luo Qinghan dan bertanya sekali lagi.

"Putra Mahkota, aku ingin mendengar pendapatmu. Apakah menurutmu kakak tertua yang melakukan hal itu?"

Luo Qinghan kemudian berkata, "Kakak bukanlah orang yang sekejam itu. Walaupun di antara kami kakak beradik ini ada konflik, tapi dia juga tidak akan sampai meracuniku. Aku menduga bahwa mestinya ada orang lain yang meminjam tangan kakak untuk meracuni dan mencelakakan aku. Kalau rencananya berhasil, aku dan kakak sama-sama habis. Ini adalah rencana yang bisa mendatangkan hasil ganda dengan satu tindakan."

Setelah dia selesai mengatakannya, dia jelas dapat merasakan bahwa ekspresi kaisar menjadi lebih lega.

Kaisar memandang Luo Yechen dan bertanya dengan suara yang dalam, "Apa kamu sudah mendengar perkataan putra mahkota?"

Luo Yechen menunduk, "Sudah."

"Tadi kamu masih ribut mengatakan kalau putra mahkota yang sengaja memfitnahmu."

Luo Yechen berlutut, "Aku yang berpikiran sempit. Aku bersedia dihukum."

Tatapan mata kaisar menyapu satu per satu kesepuluh pangeran yang hadir di sana, lalu dia berkata sepatah demi sepatah.

"Aku tahu kalau kalian tidak puas dengan fakta bahwa anak ketiga ditetapkan menjadi putra mahkota, tapi kalian harus ingat, kalian adalah saudara kandung, darah yang sama mengalir di tubuh kalian! Aku tidak akan mengizinkan perselisihan antar saudara terjadi di keluarga kita. Apa kalian mengerti?"

Hati para pangeran bergetar, lalu mereka pun berlutut dengan rapi sambil menundukkan kepala.

"Kami akan mematuhi instruksi ayah!"

Kaisar melunakkan pandangannya dan memberi isyarat bahwa para pangeran boleh pergi. Hanya putra mahkota Luo Qinghan yang tetap tinggal.

Kaisar menatap Luo Qinghan di depannya, setelah ragu-ragu sejenak barulah dia berbicara.

"Putra Mahkota, waktu itu kamu diserang pembunuh saat berburu, kali ini ada yang membubuhkan racun ke dalam anggur. Bagaimana pemikiranmu?"

Luo Qinghan berkata dengan tenang, "Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidiki kedua hal ini, kebenarannya pasti akan segera terungkap."

"Apakah kamu mempunyai orang yang dicurigai?"

"Untuk sementara belum ada."

"Apa kamu pernah mencurigai saudara-saudaramu?"

"Tidak."

Kaisar mengangguk-anggukkan kepalanya, "Baguslah kalau tidak. Walaupun kamu adalah putra mahkota, tapi kamu juga putraku. Aku tidak ingin calon penerus Dinasti Sheng Agung adalah seorang berdarah dingin yang bahkan meragukan saudara-saudaranya."

Luo Qinghan menunduk dan menimpali, "Aku mengerti. Pasti ada orang jahat yang menjebak dan mencoba memprovokasi hubungan persaudaraan kami. Aku tidak akan tertipu, mohon agar ayah tidak khawatir."

"Kalau kamu bisa memahami hal ini, itu berarti kepercayaanku terhadapmu tidak sia-sia."

...

Hari sudah siang ketika Luo Qinghan keluar dari aula konferensi.

Dia berdiri di tangga dan menatap istana yang luas dan megah di depannya.

Ayahanda kaisar berharap agar mereka bersaudara bisa saling menyayangi.

Namun lahir di tengah istana dan menghadapi godaan kekuasaan, ada berapa orang yang benar-benar bisa mempertahankan prinsipnya?

Kakek Chang bertanya kepadanya dengan hati-hati, "Yang Mulia, apakah sekarang kembali ke Istana Timur?"

"Pergi ke Aula Jiaofang."

Aula Jiaofang adalah kediaman permaisuri. Saat itu dia baru saja selesai makan siang dan hendak istirahat siang.

Luo Qinghan maju dan memberi hormat, "Salam kepada ibunda permaisuri."

Permaisuri Qin selalu terlihat dingin dan bermartabat. Walaupun di sini adalah Aula Jiaofang, walaupun yang dihadapinya adalah anak yang dibesarkannya sendiri, namun dia tetap duduk tegak, tidak ada sedikit pun kelemahan yang dapat ditemukan dari dirinya.

"Aku dengar semalam kamu diracuni orang."

"Lapor ibunda permaisuri, aku tidak meminum anggur beracun itu, aku baik-baik saja."

"Yang ingin kutanyakan bukan itu. Aku hanya ingin tahu apa rencanamu untuk menangani masalah ini?"

Next chapter