webnovel

Makan Hot Pot?

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Secara naluriah Xiao Xixi merasa ada celah dalam pertanyaan ini, maka dengan terpaksa dia pun mengganti topik pembicaraan, "Yang Mulia tiba-tiba datang berkunjung, apakah ada instruksi untukku?"

Luo Qinghan tidak menjawabnya tetapi malah balik bertanya, "Apa kamu bermaksud untuk bicara denganku sambil terus berdiri di sini?"

"Haha, aku tidak menyangka Yang Mulia akan datang, aku terlalu bersemangat sampai melupakan etiket. Itu adalah kesalahanku. Silakan masuk, Yang Mulia."

Xiao Xixi menyanjung sambil memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan.

Luo Qinghan mengangkat kakinya dan melangkah melewati ambang pintu.

Begitu masuk ke dalam ruangan, dia pun melihat hot pot pedas yang masih panas itu.

Kedatangan Luo Qinghan terlalu mendadak. Walaupun Xiao Xixi dan Bao Qin telah mencoba yang terbaik untuk membereskannya, tetapi mereka tetap tidak bisa menemukan tempat untuk menyembunyikan hot pot itu dan hanya bisa membiarkannya saja di tengah ruangan.

Hot pot itu telah diberi banyak sekali cabai dan lada, ada selapis tebal minyak merah yang mengapung di permukaannya.

Aroma pedas yang kuat memenuhi seluruh ruangan.

Xiao Xixi mengundang dengan ramah, "Yang Mulia belum makan? Bagaimana kalau duduk dan makan bersama-sama?"

Luo Qinghan menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Dari mana kamu mendapatkan pancinya?"

Xiao Xixi menggaruk-garuk pipinya, sorot matanya terlihat kacau, "Itu… itu adalah baskom tembaga untuk mencuci muka."

Luo Qinghan, "…"

Kakek Chang, "…"

Para dayang dan kasim, "…"

Luo Qinghan tersenyum sinis, "Kamu memakai baskom cuci muka untuk memasak hot pot, tapi masih ingin mengundangku untuk makan bersama?"

Xiao Xixi cepat-cepat berkata, "Baskom cuci muka ini sangat bersih, Yang Mulia bisa makan dengan tenang, pasti tidak akan membuat sakit perut!"

Luo Qinghan tidak ingin makan.

Pandangan matanya memandang ke lauk-pauk di sebelahnya, dia pun mendapati bahwa lauknya ternyata cukup melimpah. Ada telur, ayam, irisan akar teratai, ikan, kubis, pokcoy, dan irisan lobak putih.

"Lauk-pauk ini semua dari mana?"

Xiao Xixi bertanya dengan hati-hati, "Bolehkah kalau aku tidak mengatakannya?"

Luo Qinghan menolak dengan kejam, "Tidak boleh."

Xiao Xixi menghela napas, "Ah, ayam dan ikan adalah peliharaan kami sendiri, kami bisa mendapat beberapa butir telur ayam setiap hari. Akar teratai, kubis, pokcoy, serta lobaknya juga kami tanam sendiri."

"… Kalian memelihara ayam dan menanam sayur di istana timur?"

Raut wajah Luo Qinghan tetap datar, tetapi dari sorot matanya dapat terlihat bahwa saat ini seharusnya dia sedang menaruh curiga.

Xiao Xixi hanya bisa tersenyum canggung, "Haha, biasanya aku menganggur dan bosan, jadi di halaman belakang Aula Qingge aku memelihara ayam, bebek, serta menanam beberapa sayuran."

Luo Qinghan tidak berbicara.

Suasana di dalam ruangan itu tenggelam ke dalam keheningan yang aneh.

Hanya hot pot itu yang masih terus mendidih dan mengeluarkan suara gemericik.

Setelah agak lama, Luo Qinghan pun bicara dengan sedikit menggertakkan giginya karena marah.

"Suruh orang untuk menyingkirkan semua ayam, bebek, dan sayuran di halaman belakang Aula Qingge!"

Istana Timur miliknya tidak boleh diturunkan menjadi peternakan milik orang lain!

Xiao Xixi bagai tersambar petir.

Dia jatuh berlutut di lantai lalu memeluk kaki Luo Qinghan dan mulai memohon sambil menangis.

"Mohon Yang Mulia berbelas kasihan, lepaskanlah ayam, bebek, dan ladang sayuran yang malang itu, mereka hanyalah anak-anak!"

Luo Qinghan, "…"

Dia tidak punya anak seperti itu.

Dia berkata dengan dingin, "Lepaskan."

Xiao Xixi menangis tersedu-sedu, "Semua ayam, bebek dan ladang sayur itu aku sendiri yang membesarkannya sedikit demi sedikit, pada mereka ada hasil kerja kerasku yang tidak terhitung jumlahnya. Kalau mereka semua tidak ada, bagaimana aku akan hidup nanti? Yang Mulia, mohon Anda memandangku yang telah membantu Anda terhindar dari bencana hari ini, lepaskanlah ayam kecil, bebek kecil, ikan kecil, dan sayuran kecil itu!"

Luo Qinghan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu kalau hari ini aku akan mengalami malapetaka?"

"Sebelumnya aku telah mengatakannya, bayangan Anda gelap, sangat jelas kalau akan ada malapetaka berdarah yang menimpa Anda."

"Kamu bisa meramal wajah?"

"Hanya sedikit."

Luo Qinghan mengamatinya, "Aku tidak tahu bahwa putri tertua Jenderal Zhongwu ternyata bisa meramal wajah."

Next chapter