webnovel

Pentas Seni Sekolah

Darma bergidik saat melihat seringai Rangga.

Dia belum pernah melihat Rangga terlihat seperti ini.

Pemuda itu langsung pamit buru-buru kembali ke kelasnya. Sedangkan, Rangga hanya tersenyum dan mengangkat kedua bahunya saat melihat temannya yang berjalan tergesa-gesa.

Di tempat yang berbeda, Ezra meminta Luna untuk menonton latihan anggota yang akan pentas di aula, setelah pelajaran pertama selesai.

Ruangan aula sudah dihiasi dengan bunga, balon, dan pita yang berwarna-warni.

Ezra datang ke sini pada pukul enam pagi tadi untuk menghias ruangan aula dengan tim bagian dekorasi. Setelah selesai, pemuda itu ke kelas Luna dan mengajaknya ke aula.

Ezra memang sengaja tidak mengizinkan Luna membantunya menghias aula, dan hanya meminta untuk menonton gladi bersih anggota yang akan tampil nanti.

Saat mereka sudah berada di aula, beberapa siswa bergosip dengan temannya, "Siapapun yang menjadi pacar Kak Ezra, orang itu pasti akan sangat beruntung karena Kak Ezra akan terus memanjakannya."

Siswa yang lain hanya menganggukkan kepalanya dan setuju saat melihat pangeran sekolah mereka datang dengan Luna.

Sedangkan, Luna merasa orang-orang dalam ruangan itu menatapnya. Ezra yang berada di sebelahnya hanya diam dan mempersilahkan duduk di kursi depan panggung.

Setelah itu, mereka melihat anggota pentas seni berlatih satu-persatu. Selama proses gladi bersih, mereka yang akan tampil bermain dengan baik dan hanya memiliki sedikit kesalahan.

Saat giliran kelompok terakhir, semua orang yang hadir melihat gladi bersih berteriak dan bersorak untuk anggota kelompok yang ada di sana. Terutama para siswi yang terlihat sangat antusias.

Luna terkejut dan memandang Ezra. Pemuda itu menoleh dan tersenyum padanya, "Mungkin kita harus mempercayainya."

Luna menghadap ke panggung lagi.

Di depan sana, gadis itu melihat Rangga yang terlihat mempesona memakai setelan kemeja biru muda yang tampak stylish. Di Belakangnya sudah ada anggota lain juga yang berpakaian tidak kalah keren, namun entah kenapa pesona Rangga jauh lebih kuat dibandingkan anggota kelompok yang lain.

Pemuda itu memakai sedikit riasan di matanya yang agak sipit, yang membuatnya terkesan misterius sekaligus mempesona.

Para siswi di belakangnya berbisik dan berkali-kali memuji Rangga.

Ke enam anggota lain yang berdiri di belakang Rangga sekana tertutupi dengan pesona pemuda itu.

Siapapun yang melihat Rangga, pasti perhatian mereka tidak akan bisa teralihkan darinya.

Lampu di seluruh aula padam, dan orang-orang mulai menjerit dengan antusias. Kemudian, lampu panggung menyorot sosok Rangga dan kawan-kawannya yang lain.

Musik menyala dan mereka segera menyanyi dan menari diiringi lagu dari boyband terkenal negeri sebelah, DTS, dengan hits andalannya, Fake Love.

Semua orang terdiam dan fokus memandang ke depan panggung. Terhipnotis dengan penampilan Rangga.

Luna yang terkejut, hanya bisa memandang pemuda itu dengan kagum, yang menari dengan luwesnya dan menyanyi dengan suaranya yang merdu.

Dari segi penampilan, Rangga jauh lebih baik daripada siapapun di kelompoknya. Bahkan, bagi Luna penampilan Rangga ini jauh lebih bagus dari penyanyi aslinya.

Saat penampilan selesai, seluruh orang yang ada di sana bertepuk tangan dan para siswi dengan antusias meneriaki nama "Rangga".

"Kyaa! Rangga!"

"Saranghae, Oppa!"

"Kak Rangga, ai lop yu pull!"

Jelas itu hanya gladi bersih dengan tidak banyak orang yang hadir, dan gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana meriahnya pentas seni nanti jika dihadiri banyak orang.

Pada saat ini, Luna merasa bahwa dia tidak sedang menonton gladi bersih, namun seperti sedang dalam konser musiknya.

Mungkin, siswi yang berada di sini adalah penggemar setia Rangga.

Hingga, setelah Rangga selesai tampil pun, mereka masih membicarakan bagaimana kerennya Rangga yang menari dan menyanyi tadi.

Luna juga masih sangat terkejut sehingga dia melupakan "pasangan dansa" yang dikatakan Rangga kemarin. Dirinya tidak menyadari jika telah dibohongi pemuda itu.

Di tengah kerumunan tepuk tangan dan teriakan, Rangga memfokuskan pandangannya pada Luna.

Dia turun dari panggung dan berjalan mendekati Luna. Gadis itu yang menyadarinya, entah kenapa menjadi gugup.

Dirinya dapat melihat tiga kancing kemejanya yang dibiarkan terbuka, memperlihatkan tulang selangka yang indah, seksi dan menawan, membuat Luna menelan ludahnya karena gugup.

Saat sudah berada di depannya, Rangga menyeringai.

Luna berdehem pelan dan mengalihkan pandangan darinya.

Semua orang di sana yang memperhatikan ini, melihat Rangga yang mengambil air mineral di meja sebelah Luna, sambil berkata, "Aku sangat haus setelah tampil tadi."

Gadis itu menoleh dan berkata, "Aku sudah meminumnya, lho."

"Bodo amat." Rangga membuka tutup botolnya dan meminumnya.

Setelah selesai, dia menunduk dan berbisik pada Luna, ��Ini bukan pertama kalinya."

"Apa?" Luna tidak mengerti maksud Rangga dan memandangnya bingung.

Ezra yang mendengarnya dan sadar ini memang bukan pertama kalinya.

Terakhir kali, pemuda itu memakan makanan Luna langsung dari sendoknya. Jadi, ini bukan pertama kalinya Rangga makan atau minum dari bekas Luna!

Sedangkan, Rangga tidak menjawab dan malah bertanya pada gadis itu, "Bagaimana, penampilanku tadi, Pelatih?"

Luna mengangguk, dan berkata dengan jujur, "Penampilanmu sempurna."

Rangga yang tadinya percaya diri, saat mendengar pujian dari gadis yang disukainya menjadi malu.

Saat hendak berbicara, Ezra mendahuluinya, "Luna benar. Kau tampil sangat baik hari ini, jadi kau akan tampil pertama kali, agar penonton merasa antusias sejak awal dengan pentas ini."

Rangga hanya diam dan mengangkat kedua alisnya.

________

Waktu pentas seni sekolah sudah tiba.

Aula penuh dan ramai dengan para murid yang ingin menonton pentas seni sekolah mereka.

Setelah pembawa acara membuat beberapa pidato pembukaan, dia membacakan susunan acaranya, kemudian pamit undur diri.

Kelompok Rangga yang pertama tampil dan itu memang membuat suasana disana sangat heboh dan penonton antusias, terutama para siswi yang menjadi penggemar Rangga.

Belum lagi wajahnya yang tampan dan dikenal dengan pangeran sekolah, dia juga merupakan siswa populer di sekolahnya.

Seperti yang Ezra harapkan, penonton sangat antusias dan berteriak tanpa henti memuji Rangga.

"Rangga, saranghae!" teriak seorang gadis sambil memberikan tanda "love" di jarinya.

"Kyaa! Kak Rangga ganteng banget!"

Bahkan Luna dan Ezra yang berada di belakang panggung, dapat mendengar teriakan antusias para penonton di depan.

Hal itu membuatnya keduanya tersenyum, dan kemudian kembali memberikan pengarahan untuk kelompok selanjutnya yang akan tampil.

Kemudian, salah seorang siswi, Rebecca, berbicara pada Luna, "Kak Luna, aku punya permintaan."

Ezra yang memberi pengarahan pada kelompok lain, menoleh dan bertanya, "Permintaan apa?" Rebecca tersenyum dan menjawab, "Uhm. Aku kan menampilkan permainan gitar klasik, menurutku akan lebih terlihat bagus lagi, jika ada seorang penari latar di belakangku "

Namun, senyumannya menjadi seringai saat kembali menatap Luna. Namun, tidak disadari gadis itu.

Ezra mengerutkan keningnya dan berkata dengan kesal, "Kenapa kau tidak mengatakannya dari kemarin? Sekarang ini sudah waktunya tampil. Tidak ada waktu mencarikanmu seorang penari latar."

Kedua mata Rebecca menyipit dan memandang Luna sambil berkata, "Bukankah dia pandai dalam segala hal? Kak Luna bisa menjadi penari latarku, kan?"

Sebelum Luna berbicara, Ezra terlebih dahulu menolak idenya dengan tegas, "Tidak!"

Semua orang menoleh dan agak terkejut dengan Ezra yang marah seperti saat ini. Biasanya, pemuda itu tidak pernah kesal seperti sekarang.

Rebecca cemberut dan membalas penolakannya dengan agak sedikit mengancam, "Pokoknya aku ingin Kak Luna menjadi penari latarku! Jika tidak, aku tidak akan tampil hari ini!"

Rebecca itu menatap Luna dengan marah.

Gadis itu kesal dengan penolakan Ezra. Bagaimana bisa Ezra menolak permintaannya dan malam memilih Luna. Itu tidak adil!

Bahkan dua pangeran sekolah mereka sangat dekat dengan Luna dan memperlakukannya dengan spesial!

Apa cantiknya sih, dia?! batin Rebecca kesal.

Dia tidak ingin semua perhatian tertuju pada Luna, dan akan menunjukkan kepada semua orang jika Luna hanya pantas menjadi latar belakangnya!

Next chapter