webnovel

Paman Tampan

Tanpa menunggu Gisella berbicara, Hilman segera melangkah ke depan dan berkata, "Tuan, ponsel Nona tadi jatuh ke danau, dan Nona berusaha mendapatkan ponsel itu kembali."

Hilman takut pada Galang Mahardika, Tuannya, jadi dia langsung menjelaskan keadaan Nona Mudanya kepada tuannya.

Galang mengangkat tangannya dan meletakkannya kembali ke saku, kemudian berkata, "Pergilah mandi dan ganti pakaian."

Pria itu balik menatap Hilman dan mengatakan, "Segera perbaiki ponselnya. Jika sudah tidak bisa diperbaiki, ganti dengan yang baru."

Sedangkan Gisella mengangguk dengan patuh pada perintahnya. Gadis itu berjalan dengan lemah sambil menundukkan kepalanya dan naik tangga menuju lantai atas.

Gisella bingung dengan kondisinya saat ini dan tidak bisa memikirkan bagaimana nasibnya nanti.

Galang mengangkat alisnya sambil menatap punggung Gisella dengan serius.

Kenapa dia begitu patuh hari ini? batinnya.

Aldo Wangsa yang dari tadi memperhatikan mereka, menyeringai dan berujar, "Keponakanmu tidak sebodoh yang kau katakan, kecuali-ehem-dia terlihat sedikit konyol."

Perkataannya itu langsung membuat Galang menoleh kan pandangannya dan menatap dirinya dengan mata menyipit. Hanya satu pandangan itu membuat Aldo bergidik.

Setelah beberapa kali mengetuk pegangan tangga dengan jarinya, Galang berbalik dan naik ke atas.

Ketika Gisella sudah berada di lantai atas, dia melihat dua kamar tidur bersebelahan tepat di seberang tangga.

Mungkin pemilik aslinya tinggal di salah satunya, batinnya.

Berpegang pada prinsip kiri itu untuk laki-laki dan untuk perempuan adalah sebelah kanan, Gisella bersiap untuk membuka kamar tidur di sebelah kanan terlebih dahulu.

Begitu dia akan membuka pintunya, terdengar suara yang dia tahu adalah paman gadis ini, Galang Mahardika, itu membuatnya menoleh.

"Luna, sedang apa di depan kamarku?" tanya Galang.

Gisella menarik tangannya dari kenop pintu, dan tersenyum dengan canggung. "Ah, m-mungkin karena demam. Aku sedikit pusing, jadi bingung kamarku yang mana. "

"Benarkah?" tanya Galang. Pria itu kemudian berjalan mendekatinya. Setelah sampai di depan Gisella, dia mengulurkan tangan dan menyentuh dahinya.

Dengan jarak sedekat ini, Gisella dapat mencium aroma kayu manis yang menguar dari tubuhnya. Begitu menyegarkan dan menenangkan.

Gisella merasa dia benar-benar pusing sekarang.

Apa dia sedang menggodaku? tanyanya dalam hati.

Gadis itu lalu melangkah mundur karena tidak nyaman dan berkata, "A-aku akan mandi."

Setelah berbicara, dia segera membuka pintu kamar yang lain, dan masuk.

Galang melihat ke pintu yang baru saja ditutup dengan bunyi keras, dan merasa ada yang aneh dengan Luna.

Sedangkan, Gisella menyandarkan tubuhnya di pintu dan menghela napas lega.

Di depannya adalah sebuah kamar yang bernuansa merah muda. Hal ini membuat Gisella tidak bisa berkata-kata melihat perabotan kamarnya yang semuanya serba merah muda.

Dia berpikir jika nuansa kamar ini sangat berbeda dengan selera fashion aneh gadis ini.

Dia kemudian pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.

Saat melihat wajahnya sendiri yang terpantul dalam cermin, Gisella tercengang. Bagaimana bisa riasannya masih bertahan lama walau sudah terkena air danau, walaupun sudah terlihat agak berantakan?

Dia menggunakan setengah bungkus kapas penghapus riasan untuk menghilangkan riasan tebal di wajahnya, dan dia bisa melihat wajah asli pemilik tubuh aslinya secara menyeluruh.

"Hm .. Apa orang-orang yang mengatakan dia jelek itu buta?" Gisella bergumam pada dirinya sendiri mengingat perkataan gadis-gadis itu padanya.

Gadis di cermin itu memiliki wajah yang unik.

Gisella dapat melihat sebuah wajah berbentuk oval yang putih dan bersih, dengan bibir kecil berwarna merah muda, hidung kecil mancungnya yang tampak sempurna, dan sepasang mata hitam bersih, dan bulu matanya yang lentik alami.

Wajah yang indah, seperti wajah miliknya sebelumnya.

Ketika dia masih menjadi Gisella, dia disukai orang-orang karena wajah cantiknya, juga kemampuannya.

Meskipun dirinya cantik dan mempesona saat masih menjadi Gisella, tetapi wajah di depannya itu cantik dalam penampilan seorang gadis yang polos dan lugu.

Gisella memejamkan matanya. Mulai dari sekarang, mau tidak mau dia akan menjadi Luna. Mulai saat ini, dirinya adalah Luna.

Namun, dia harus selalu ingat bahwa dirinya adalah Gisella. Walaupun jiwanya kini masih tetap Gisella, namun tubuh fisiknya adalah Luna.

Setelah mandi, Gisella langsung membuang pakaiannya yang basah tadi ke tempat sampah di kamar mandi, menyelimuti tubuhnya dengan handuk, kemudian keluar untuk mencari baju ganti.

Ketika dia membuka lemari, deretan pakaian yang tergantung di dalamnya membuatnya melotot!

Gisella melihat beberapa celana jeans robek di bagian lutut, tanktop berwarna kuning, celana pendek bermotif leopard, kemeja off-shoulder dengan gambar tengkorak yang sangat pendek, bahkan tidak menutupi perutnya!

Mulutnya menganga dan berpikir jika Luna memang memiliki selera berpakaian yang aneh! Dan bagaimana bisa dia mengenakan ini semua?!

Dengan sedikit harapan, dia membuka pintu lemari lain, dan dia sedikit lega.

Nah, ini baru pakaian seorang gadis sesungguhnya! batinnya senang.

Namun tampaknya pakaian yang ada di dalamnya tidak terlalu banyak. Semua pakaiannya masih ada label dan tag harganya dan semuanya merupakan merek pakaian top internasional.

Gisella mengulurkan tangan dan mengambil gaun putih dalam lemari.

Saat dirinya sedang berganti pakaian, pintu kamar diketuk seseorang.

Suara Galang yang berat terdengar di luar pintu, "Luna, waktunya makan malam."

"Aku tahu, tunggu sebentar." Gisella cepat-cepat berganti pakaian.

Dia tidak ingin terlihat berantakan saat ini. Sehingga dengan cepat dia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer dan mengikat semua rambutnya ke atas, memperlihatkan dahinya yang halus dan leher putih rampingnya.

Dia melihat wajahnya di kaca pada meja rias. Rambutnya sedikit mengembang, namun dirinya masih terlihat cantik. Dia dapat melihat perbedaan wajahnya saat tidak menggunakan riasan tebal dan saat wajahnya polos seperti ini. Benar-benar seperti dua orang yang berbeda.

Setelah selesai, dia langsung turun ke bawah.

Saat mendengar suara langkah kaki seseorang dari tangga, Aldo yang sedang duduk di sofa di ruang tamu lantai satu, mendongak dan matanya berkedip karena terkejut melihat Luna.

Sedangkan Galang sedari tadi sibuk dengan ponselnya dan tengah berbicara dengan seseorang.

"Wah, wah. Lihat siapa yang datang? Siapa namamu, cantik?!" ujar Aldo dengan berlebihan.

Galang yang mendengar ini, berbalik dengan curiga. Dirinya terdiam saat melihat sosok gadis cantik bergaun putih itu.

Aldo yang melihat Galang seperti itu, wajahnya berubah menjadi lebih serius.

"Kenapa kau melihatnya seperti itu? Apa dia orang asing bagimu?" tanya Aldo curiga.

Bagaimana bisa pria itu berkata seperti itu? Jika memang dirinya ini orang asing, dia tidak akan keluar kamar seperti ini, kan? pikir Gisella.

Sedangkan Galang yang sudah tersadar dari lamunannya berkata, "Pergilah cuci tangan dan makan."

"Kau tidak akan memberitahuku siapa gadis itu?" tanya Aldo dengan nada genit. Dia tidak akan melewatkan kesempatan untuk mengenal gadis cantik itu.

Aldo bahkan tidak menghubungkan gadis cantik di depannya dengan Luna yang menurutnya konyol tadi, dan mengira itu adalah gadis lain yang disembunyikan Galang di rumahnya. Simpanan Galang.

Sungguh, Luna dengan riasan tebal tadi sangat berbeda dengan Luna yang sekarang! Bahkan pria tadi tidak mengenalinya! batin Gisella.

Galang memandang Aldo dengan dingin.

"Kau boleh pergi sekarang, Aldo."

Aldo menyilangkan kedua tangannya di dada dan berkata dengan nada merajuk, "Kau benar-benar tidak punya hati. Sia-sia, aku datang kemari untuk memberikanmu informasi secara pribadi. Biarkanlah aku makan malam di sini, ya?! "

Gisella yang mendengarnya hanya tertawa kecil dan berpikir jika pria itu sangat lucu.

Sedangkan, Galang yang melihat tingkah Aldo segera memanggil seseorang, "Pak Hilman!"

"Jangan…" Aldo mengangkat satu tangannya tanda menyerah dan berujar, "Aku akan pergi sendiri."

Aldo berjalan ke pintu dan berbalik, menatap Luna dengan wajah tampannya.

Pria itu berkata pada Luna, "Gadis cantik, Galang adalah orang yang paling rumit. Jika kau sudah tidak tahan dengannya, kau bisa datang padaku!" kemudian segera membuka dan membanting pintunya.

Hilman menyeka keringat dingin di dahinya. Dia awalnya juga kaget dengan perubahan Nona Mudanya, Luna. Namun, dia juga marah dengan Aldo yang menggoda Luna.

Dia dapat melihat ekspresi kaku di wajah Tuan Mudanya, Galang, saat temannya menggoda Luna. Apa pria itu juga tidak melihat wajah kakunya tuannya tadi?

Galang menatap Luna beberapa saat, kemudian pergi ke kamar mandi.

Setelah Galang kembali, mereka makan malam bersama di ruang makan. Gisella menundukkan kepalanya sepanjang mereka makan. Dia takut bertemu pandang dengan tatapan tajam Galang. Keduanya juga dari tadi tidak ada yang berbicara, sibuk dengan makanannya sendiri-sendiri.

Entah sudah berapa lama mereka terdiam, Galang tiba-tiba bertanya, "Makanan hari ini tidak sesuai dengan seleramu?"

Gisella mendongak dan menggeleng pelan. "Tidak."

Next chapter