1 Menyelesaikan Semuanya

"Baby, kamu mau ke mana?" tanya seorang pria yang kini berdiri sambil mengucek-ngucek matanya. Rambut hitam pendeknya terlihat sedikit berantakan.

Wanita yang baru saja mengenakan sepatunya terkejut ketika mendengar suara pria dibelakangnya, padahal dia sudah yakin bahwa rencananya malam ini akan berjalan lancar karena pria itu telah tertidur, dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan tertangkap seperti ini.

"Baby? Kupikir kamu sudah tidur, hehehe," ucap wanita itu dengan sedikit canggung.

Pria tadi yang kini sudah sadar sepenuhnya, berjalan mendekati wanita itu dan memeluknya dari belakang.

"Jadi apa yang sedang direncanakan oleh istriku ini, hm? Berani menyelinap keluar di malam pertama pernikahan kita," ucap pria itu sambil berbisik tepat ditelinga wanita itu.

Wajah wanita tadi memerah ketika mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria itu.

Istri…

"Ya benar, sekarang kami sudah menikah dan aku harus pergi menemui mereka. Aku tidak boleh kabur seperti ini terus."

"Itu…"

"Hm?" bisik pria itu lagi semakin mengeratkan pelukannya dan meletakkan wajahnya tepat di leher wanita itu.

Wanita itu sedikit merinding karena bisa merasakan deru nafas pria yang baru saja menjadi suaminya itu tepat dilehernya.

"Javier, tolong hentikan!" ucap wanita itu kemudian melepaskan pelukan suaminya ketika merasakan bibir suaminya dilehernya.

Jika dia membiarkan suaminya melanjutkan apa yang akan dia lakukan, wanita itu tahu ke arah mana itu akan berlanjut dan rencananya malam ini akan sia-sia.

Dia tidak bisa menunda hal ini lebih lama lagi.

Pria itu sedikit tersentak ketika wanita itu memanggil namanya dan bukan panggilan baby seperti sebelumnya.

Ketika berpacaran mereka memanggil satu sama lain dengan sebutan baby dan panggilan tersebut berlanjut sampai dua tahun.

Jadi mendengar wanita yang kini telah menjadi istrinya memanggil namanya membuat pria itu terkejut.

"Baby? Ada apa? Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Javier dengan khawatir. Namun, dia tetap berdiri di tempatnya dan tidak mendekati wanita itu lagi.

Wanita itu yang tadinya membelakangi Javier, membalikkan badannya dan menatap suaminya. Melihat wajah suaminya yang terluka dan tampak khawatir membuat wanita itu menyadari bahwa dia telah memanggil nama suaminya.

"Baby, maafkan aku," ucap wanita itu kemudian berjalan mendekati pria itu dan menyandarkan kepalanya di dada suaminya.

Javier yang tadinya sedikit terkejut, kembali memeluk istrinya dan mengusap-ngusap rambut hitam panjangnya.

"Ada apa? Kamu tahu sekarang kita sudah suami istri, kan? Kamu bisa lebih terbuka padaku. Bagaimana pun, aku adalah suamimu," ucap Javier dengan lembut.

Wanita itu memejamkan matanya ketika mendengar hal itu.

Apakah dia harus memberitahukan suaminya?

Memberitahukan rahasianya selama ini?

Wanita itu menggelengkan kepalanya dalam hati.

Ini bukan saatnya dia memberitahukan suaminya rahasia miliknya.

Dia akan memberitahukannya ketika dia sudah menyelesaikan semua urusannya.

Setelah menentukan pilihannya, wanita itu mengangkat kepalanya dan menatap suaminya yang kini sedang memandangnya.

"Aku tadi mendapatkan surat dari merpati pos, sepertinya ada sesuatu yang terjadi pada Luca," ucap wanita itu yang memilih untuk berbohong.

"Maafkan aku Javier, ini akan menjadi kebohongan terakhirku," batin wanita itu yang merasa bersalah karena membohongi pria yang kini telah menjadi suaminya..

"Luca? Apa dia baik-baik saja?" tanya Javier dengan khawatir.

Dia memang mengenal Luca, pria itu adalah adik iparnya. Jadi mengetahui bahwa sesuatu terjadi pada adik iparnya itu membuat Javier mau tidak mau khawatir.

"Aku juga kurang yakin, makanya aku ingin pergi menemuinya," ucap wanita itu dengan nada sedih.

"Hmm, melihatmu yang mengkhawatirkannya seperti itu entah kenapa membuatku cemburu," ucap Javier sambil cemberut.

Wanita itu terkekeh pelan melihat wajah suaminya yang terlihat menggemaskan.

"Cemburu apanya? Dia adikku. Apa itu alasan kamu tidak mengizinkan dia untuk tinggal bersama kita?" tanya wanita itu mengingat bagaimana suaminya bersikeras di rumah ini mereka tinggal berdua saja.

"Yah.. ini malam pertama kita, tentu saja aku hanya ingin berdua denganmu," ucap Javier dengan wajah yang sedikit memerah.

"Lagipula Ini malam pertama kita menikah dan kamu sudah pergi menemui pria lain. Luca beneran adik kamu, kan?" tanya Javier yang masih dengan nada cemberut.

Wanita itu sedikit tersentak mendengar pertanyaan suaminya itu sebelum akhirnya kembali mengatur ekspresinya.

"Tentu saja. Apakah kamu pikir aku membohongimu?" tanya wanita itu kembali. Dalam hati dia merasa sedikit bersalah karena lagi-lagi harus membohongi suaminya.

"Hmm… tidak bisakah kamu pergi nanti? Ini masih jam…" Javier berhenti sebentar untuk melihat ke arah jam dinding sebelum akhirnya melanjutkan.

"Setengah tiga, apakah kamu harus pergi sekarang?" lanjut Javier.

"Maafkan aku, tapi aku harus pergi sekarang," ucap wanita itu yang kini melepaskan pelukannya dari suaminya itu.

Javier menatap istrinya, dalam hati dia ingin berkata, "Aku akan menemanimu," tapi melihat bagaimana istrinya bersikeras ingin pergi sekarang, Javier memutuskan untuk tidak mengatakannya.

"Baiklah, hati-hati," ucap Javier akhirnya sambil tersenyum.

Wanita itu mengangguk. Dia berjalan mendekati suaminya, menciumnya di bibir sebentar sebelum akhirnya pergi keluar dari rumahnya.

Melihat istrinya yang akhirnya keluar dari rumah, Javier mendesah.

"Sampai kapan kamu akan membohongiku?"

***

Setelah memastikan suaminya tidak keluar dari rumah, wanita itu berjalan sedikit menjauh dari rumahnya.

"Aman," pikirnya begitu menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melihat dirinya saat ini.

"Luca, kemarilah!" ucap wanita itu dengan pelan.

Tak lama setelah wanita itu memanggil, sebuah lingkaran dengan tulisan rune muncul di depan wanita itu. Tak lama kemudian seorang pria muncul di atas lingkaran tersebut.

Pria itu berkulit putih dengan tubuh yang atletis, wajahnya terlihat muda, rambutnya yang berwarna putih sebahu sedikit berkibar ketika dia muncul dari lingkaran tersebut.

"Anda memanggilku, Nona Katherine?" ucap pria itu sedikit membungkukkan kepalanya dan menyilangkan tangannya di depan dada.

"Barrier yang kamu buat di rumahku, apakah itu benar-benar aman?" tanya wanita itu dengan suara tegas.

"Ya, tidak akan ada yang menemukan kita. Ke…"

Luca tidak meneruskan kata-katanya karena terkejut melihat wanita yang berdiri tepat di depannya.

Mata wanita itu yang sebelumnya berwarna hitam, kini telah berubah menjadi merah gelap. Bibirnya yang kecil sedikit terbuka dan memperlihatkan dua taring giginya yang baru saja muncul.

"Nona Katherine, jangan bilang anda…" ucap Luca yang tidak meneruskan kata-katanya. Dia sangat tahu bahwa nonanya itu tidak begitu menyukai penampilannya yang seperti monster sejak nonanya berhubungan dengan manusia itu.

Alasan bagi nonanya untuk berubah ke wujud aslinya hanya satu. Nonanya pasti akan pergi menemui keluarganya.

"Aku tidak akan melarikan diri lagi Luca, aku harus menyelesaikan semuanya," ucap Katherine yang kini tampak bersemangat.

Namun yang membuat Luca sedikit bingung adalah, kenapa nonanya mau pergi menemui mereka setelah melarikan diri selama tiga tahun?

Apakah ini ada hubungannya dengan nona yang baru saja menikahi manusia itu?

avataravatar
Next chapter