1 Pertemuan Pertama

Tengah malam yang sangat gelap gulita, seorang pemuda yang sedang mabuk terjatuh di sebuah jembatan. Dilihat dari penampilannya yang acak-acakan dan wajah yang begitu lebam, sepertinya pemuda itu mengalami perampokan.

Terdampar begitu saja ditengah jalanan yang sepi membuat si pemuda begitu menyedihkan. Seperti anak kucing yang kehilangan induknya.

Lucu memang melihat pemuda gagah dan berbadan kekar menangis seperti bocah.

"Ah ... tolong! Siapapun tolong!" Rico berteriak meminta tolong.

Lambat laun kesadaran Rico mulai berkurang yang mengakibatkan dia tertidur. Ditengah-tengah kesadarannya, tanpa ia sadari ada seseorang yang menghampirinya.

"Mas! Mas!" Suara itu terdengar sangat lembut namun menakutkan.

Rico yang hampir pingsan tiba-tiba membuka matanya setelah mendengar suara tersebut. Ada rasa takut yang hinggap didirinya.

"Siapa kamu?" tanya Rico dengan nafas yang tak beraturan karena ketakutan.

Orang itu hanya diam saja, namun bibirnya tersenyum begitu manis, terlalu manis sampai Rico semakin merasakan takut.

"Tenanglah Mas, aku tidak akan menyakitimu," suaranya masih terdengar sangat lembut.

"Apa yang ingin kau lakukan kepadaku," tanya Rico kembali.

"Bukankah ini daerahku? Seharusnya aku yang bertanya. Kenapa Mas ini ada di sini?" ucapnya.

"Jangan takut Mas, aku akan menolongmu," ucapnya kembali.

"Tidak! Aku tidak mau!" tolak Rico.

"Baiklah jika tidak mau. Silahkan Mas pergi dari sini, karena ini tempatku. Aku tidak suka jika ada yang mengusik tempat tinggalku," jelasnya.

Susah payah Rico mencoba berdiri, namun hasilnya nihil. Dia tidak mampu menopang tubuhnya karena terlalu lemas.

"Kenapa kau terus menatapku gadis aneh!" bentak Rico.

"Tolong bersikap sopan jika kau sedang ditempatku." jawaban sinis dari gadis tersebut.

Rico hanya terdiam, entah malu atau enggan menjawab pertanyaan gadis tersebut.

Hingga sekarang menunjukan pukul 12:00, tapi Rico tetap tak mau untuk berdiri. Rasanya semua badannya kaku seketika.

Ditengah perjuangan Rico untuk bangun, gadis itu tiba-tiba saja tertawa dengan begitu menakutkan. Rico seketika merinding mendengar ketawanya si gadis.

Hawa dingin bercampur panas tiba-tiba dirasakan oleh Rico. Takut, hanya kata itu yang mampu menggambarkan keadaan Rico sekarang.

"Hihi ..." tertawa dengan sangat nyaring menyerupai suara makhluk tak kasat mata.

Berdebar semakin berdebar jantung Rico mendengarnya. Tapi Ia tidak ingin terlihat takut, segera Rico mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Rico menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan.

Gadis itu mulai memperhatikan Rico, menatap dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Tersenyum dengan begitu menakutkan dimata Rico. Ingin rasanya Rico segera berlari dan segera meninggalkan tempat ini, tapi sayang sepertinya keadaannya masih belum stabil. Hingga gadis itu mulai melangkahkan kakinya ke arah Rico. Perlahan-lahan Rico menggeser tubuhnya karena takut.

Suara burung hantu yang tiba-tiba terdengar sangat jelas diatas kepala Rico, semakin membuatnya merinding.

Tanpa disadari Rico mulai mengeluarkan keringat dingin. Dan si gadis langsung saja mendekat dan menyentuhnya.

"Arghh ... tolong! Pergilah dari sini! Pergi kau gadis hantu!"

"Hantu? Aku hanya ingin menolongmu, hihi ..." ucap gadis tersebut dengan dibarengi suara tawa yang begitu nyaring.

Sikap dan perbuatannya yang aneh dari gadis tersebut, semakin membuat Rico merasa tidak nyaman.

"Mamih!" teriak Rico.

"Rico! Sadar nak, ini Mamih," ucap seorang wanita paruh baya.

"Mamih?" Rico masih tak percaya di mana sekarang dirinya berada.

"Ya, ini Mamih. Ada apa denganmu?"

"Mih, bukannya semalam aku ada disebuah jembatan?"

"Semalam kamu ada diteras rumah dengan tidak sadarkan diri," jelas Mamih.

"Oh ya?" seakan masih tak percaya terhadap ucapan Mamihnya.

"Iya," ucap Mamih.

Rico kembali mengingat kejadian semalam, apakah benar itu hanya sebatas mimpi? Tapi mengapa terasa begitu nyata?

"Mih, semalam Rico ada dijembatan Mih," ucap Rico kembali.

"Memangnya jembatan mana yang kamu maksud?" tanya Mamih penasaran.

"Rico kurang tahu jelasnya Mih, tapi ditengah jembatan itu ada tanda love," terang Rico.

"Apa?" Mamih begitu kaget mendengar penjelasan dari anaknya.

"Kenapa, Mih?"

"Jembatan itu angker, Nak," ucap Mamih.

"Mamih, serius?"

"Iya sayang. Jadi dulu itu ada seorang gadis yang merasa sangat terpuruk, hingga dia tidak ingin hidup lagi dan mencoba untuk bunuh diri dijembatan tersebut. Kamu tahu tidak, Nak? Setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mau datang ke jembatan cinta ditengah malam," ucap Mamih.

Padahal Mamih tidak tahu pasti cerita yang sebenarnya. Dia hanya tahu sebagian dari ceritanya.

"Mih, jangan bercanda!"

"Mamih serius," ucap Mamih dengan begitu yakinnya.

"Apakah wanita yang bunuh diri ditempat itu, berambut panjang dan berkulit putih?"

"Iya, dia juga memiliki tahi lalat diatas bibirnya," ucap Mamih kembali.

Seketika tubuh Rico melemas, dia tidak kuat mendengar cerita dari Mamihnya. Berarti benar yang semalam ia temui adalah seorang gadis hantu yang menjelma menjadi gadis cantik nan manis.

Sudah 2 jam ini Rico masih betah dengan tidurnya, dia seolah tidak ingin membuka matanya. Mamih sudah kelimpungan sendiri menghadapi situasi seperti ini.

Terdengar suara pintu diketuk dengan begitu keras, sepertinya ada seseorang diluar sana. Mamih sudah tahu siapa yang datang, dengan segera ia menuju arah pintu untuk membukakan pintu dan mempersilahkan seseorang itu masuk.

Ketika pintu terbuka ada seorang lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah dan tampan untuk pria seusianya. Mamih hanya menggelengkan kepala melihat lelaki itu, lelaki yang tak lain adalah suaminya sendiri.

"Baru inget pulang, Pih?" sindir Mamih.

"Hehe ... maafkan Papih, Mih," ucap Papih.

"Sudah lah Pih, cepat sekarang Papih masuk! Dari tadi Mamih kebingungan sendirian menghadapi Rico," ucapnya.

"Rico kenapa, Mih?" tanya Papih.

"Ga tau lah Pih, Mamih juga bingung."

"Ya udah Mih, Papih periksa dulu keadaan Ric." Papih berlalu pergi.

Saat sudah berada didalam kamar, Papih merasa miris melihat keadaan Rico. Wajah pucat Rico mampu membuat hati Papih berdesir. Ia mendekat kearah Rico lalu duduk disamping ranjang tempat Rico terbaring.

Tak lama kemudian Mamih menyusul Papih masuk ke dalam kamar Rico. Papih yang menyadari kedatangan Mamih pun langsung menatap Mamih. Mata itu seolah bertanya, apa yang sebenarnya terjadi.

Tanpa membuang waktu lama, Mamih segera menceritakan segalanya. Semua yang dialami Rico, yang membuat keadaan Rico seperti ini.

Papih kembali terdiam, mencoba mencerna dan memahami cerita yang Mamih ungkapkan barusan. Apa benar keadaan seperti itu masih terjadi dizaman sekarang ini? Rasanya mustahil untuk dipercayai, tapi Mamih juga tidak mungkin berbohong. Apalagi berbohong untuk hal yang serius seperti ini, itu bukan sifat Mamih.

Setelah cukup lama termenung, Papih beralih menatap Rico dan mengusap rambutnya dengan penuh kasih sayang. Mata Papih sepertinya sedang menampung cairan bening, sebisa mungkin Ia menahan cairan bening itu agar tak jatuh, namun usahanya sia-sia. Papih tetap menangis. Memang jika sudah menyangkut tentang Rico, pasti Papih terlihat begitu lemah. Maklum saja Rico adalah anak semata wayangnya. Dia tidak ingin hal buruk apapun menimpa Rico.

avataravatar
Next chapter