45 Spokesperson

Marino memandang Daniel dengan tatapan curiga.

Merasakan tatapan yang dingin diarahkan padanya, Daniel mendesah. Dia mengunci senapannya dan meletakkannya. Dia lalu menoleh untuk menatap Marino.

"Kamu tahu kan aku masih menyukai Velina?" Daniel membuka percakapan.

"Sampai saat ini?" Marino meragukannya.

Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya Velina dan Daniel berinteraksi sebelum kepulangan Velina ke Vanesia dua bulan lalu.

Daniel mengangguk.

"Aku rasa aku benar-benar menyukai Velina, dan karena dia sudah kembali, aku ingin menjadi lebih dekat dengannya dan siapa tahu aku bisa mendapatkan hatinya." Dia berbicara jujur pada Marino, karena lelaki itu adalah kakak dari gadis yang disukainya dan juga sahabatnya.

Marino berpikir dalam-dalam. Ia masih ingat dengan jelas ketika Daniel membuat adiknya menangis dan sakit panas selama berhari-hari. Setelah kejadian itu, Velina sama sekali tak mau mendengar ataupun membicarakan sesuatu yang berkaitan dengan Daniel.

Marino sendiri, sebagai seorang kakak, ia juga merahasiakan kejadian itu karena Velina memintanya diam dengan syarat dia tak akan pernah membahas tentang Daniel lagi.

Sejak saat itu pula, Marino tak pernah memperdulikan Daniel yang selalu menanyakan kabar Velina. Bahkan, selama bertahun-tahun ini Marino selalu menolak Daniel jika lelaki itu meminta nomor telepon Velina ataupun menanyakan keberadaan terkini Velina.

Selama ini, Daniel merasa putus asa mencari tahu jejak keberadaan Velina. Bahkan, anak buahnya yang sangat pandai melacak jejak seseorang, tak dapat sekalipun melacak Velina. Pernah, salah satu anak buahnya berhasil melacak keberadaan Velina yang saat itu berada di Paris. Namun, sedetik kemudian, gadis itu sudah hilang dari pandangan. 

Velina juga tak memiliki media sosial. Hal ini membuatnya semakin merasa sulit untuk mencari tahu kabar gadis itu apalagi mencoba untuk berinteraksi dengannya. 

"Bukannya belum lama ini kamu kembali dijodohkan sama orang tuamu, ya?" Tanya Marino, sambil tak berhenti mengganggu Mickey yang asik dengan kentang gorengnya.

"Kamyu pesyan saj cak dili!" ujar Mickey sambil terlihat kesal. 

Kamu pesan saja sendiri. Bahasa Kentang Goreng Mickey.

Ia menutupi sepiring kentang gorengnya dengan kedua tangannya dan merengut pada Marino yang hanya tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil.

"Oh, please! Itu kan karena mamaku yang terlalu mengkhawatirkan aku! Mamaku takut kalau akhirnya aku akan menikahi Mickey atau Aaron!" Daniel terlihat mulai agak jengkel.

Tiba-tiba, Mickey menatapnya dengan tatapan mematikan.

"Dih! Amit-amit! Aku lebih baik menikahi kentang goreng ini daripada menikahimu! Bisa dingin ranjangku nanti!" Mickey mendengus.

Marino tersenyum melihat tingkah Mickey. Ia lalu menatap Daniel.

"Daniel, aku tahu, kamu adalah sahabatku dan kita sudah saling mengenal dari kecil. Tapi untuk urusan ini, maaf, aku tak akan ikut campur antara kamu dan Velina, namun, kalau kamu sampai menyakiti adikku, kamu tahu yang akan kamu hadapi adalah seluruh keluarga Marcello, tak hanya Velina atau pun aku!" Nada suara Marino terlihat tenang, namun penuh dengan ancaman.

"Aku tahu itu. Jangan khawatir, aku akan menjaga Velina baik-baik!" Jawabnya meyakinkan, sambil memegang kedua bahu Marino erat-erat.

"Cieh. Seperti yang sudah yakin saja akan diterima oleh Velina!" Mickey menggoda, sambil menghitung sisa jumlah kentang goreng di piringnya.

Setelah menimbang-nimbang sejenak, akhirnya Marino memberitahu mereka berdua tentang rencana Velina yang ingin menjadi seorang aktris. 

"Belum lama ini, Velina bilang pada keluargaku kalau dia ingin melanjutkan jejak ibuku untuk menjadi seorang aktris. Itu sebabnya dia bolak-balik ke Val Entertainment." Marino akhirnya memberitahu mereka. 

"Uhuk-uhuk!" Mickey tersedak kentang gorengnya.

"Jadi aktris?" Daniel dan Mickey menyahut bersamaan dan saling berpandang-pandangan.

Marino hanya mengangguk tak peduli dengan reaksi mereka. Ia melanjutkan untuk menembak target dengan senapan di tangannya.

"Tentu, dia cantik sekali, dan berbakat. Aku akan sepenuhnya mendukung dan memberinya semua sumber daya yang dia perlukan! Aku akan mengganti semua spokesperson[1] dengan Velina!" ujar Daniel bersungguh-sungguh.

"Kamu pikir Val Capital tak sanggup mensponsorinya?" Marino mengejek.

"Ck.. Ck.. Kalau Val Capital yang mensponsori Velina, itu namanya KKN, kalau aku yang mensponsorinya, itu namanya cinta!" balas Daniel dengan datar.

Ia lalu meraih senapan yang tadi diletakannya dan mengisi ulang lalu menembaki papan target sejauh 25 meter.

"Uhuk-uhuk!" Kali ini, Mickey yang tak tahan dengan sikap roman picisan Daniel, tersedak piring kentang goreng.

Tembakan yang ditembakkan oleh Daniel terkesan asal-asalan dan tak beraturan. Bahkan tak terdengar pengumuman jika dia menembak titik jitu. 

Namun, Daniel tertawa terkekeh dan meniup ujung senapan dan menaikkan sebelah alisnya, seolah-olah dia adalah seorang penembak jitu yang handal.

Marino dan Mickey mau tak mau mengamati papan target milik Daniel, dan mereka berdua otomatis membelalakkan kedua mata mereka.

Marino menatap papan target dengan mata terbelalak dan mulut terbuka lebar. Ia lalu mengalihkan pandangannya pada Daniel yang merasa bangga akan dirinya sendiri dan meletakkan senapan yang tadi di pegangnya ke tempatnya.

Sementara itu, Mickey, yang sedari tadi tak memperdulikan sekitarnya dan asik makan kentang goreng, bereaksi.

"WTF, man! Sudahlah aku tak mau hidup lagi kalau begini caranya!" Ia membanting beberapa potong kentang goreng ke tanah.

Apa yang terlihat pada papan target milik Daniel adalah beberapa buah peluru yang membentuk tanda hati tepat di tengah-tengah papan target miliknya. 

******************

Spokesperson [1] juru bicara (Biasanya seorang artis dijadikan juru bicara sebuah merek untuk mempromosikan merek mereka)

avataravatar
Next chapter