webnovel

KISAH CINTA RATU MAFIA - IDENTITAS BARU

Penerus bisnis peralatan militer canggih ingin menjadi aktris?!  Velina, cucu konglomerat di Kota Jet. Wanita yang telah berkeliling dunia mempelajari bela diri hanya untuk meneruskan perusahaan kakeknya!  Namun suatu hari gadis ini menggemparkan keluarganya.  "Eyang, aku mau menjadi seorang aktris!"  Velina pun menjadi aktris dengan nama samaran 'Nana'.  Tak ada orang yang tahu jati dirinya sebagai orang kaya, namun... Siapakah lelaki yang ingin mensponsorinya ini?  Daniel, seorang lelaki ‘kanebo’ yang mengidap penyakit ‘bucin’ tingkat stadium akhir, teman masa kecil Velina yang kembali mengejar sang gadis yang telah lama menghilang... Dia ingin membuat Velina menjadi icon baru dari perusahaan raksasanya, Garibaldi Conglomerate, hanya agar dapat lebih dekat dengannya! Terdengar menyenangkan, ya? Tidak juga.  Velina terkenal sebagai seorang pewaris yang hanya bisa bersenang-senang dan tak bisa apa-apa! Rumor mengatakan gadis ini pemain hati para lelaki...karena dia dekat dengan banyak pria mapan nan ganteng!  Eh, Velina dituduh mencoba membunuh presiden?? Apa lagi ini??  ------ "Kalau aku yang mensponsorinya, itu namanya cinta!" - Daniel, Bucin Tingkat Akut.   Dapatkah Daniel mengambil hati Velina? Cobaan apa yang akan menerjang karir Velina sebagai aktris?  Mampukah ia bertahan?  Baca hanya di "judulnya apa"

maiddict · Urban
Not enough ratings
581 Chs

Si Botak

Velina memiringkan kepalanya, wajahnya memiliki expresi bingung, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu yang berada jauh di belakang kepalanya. Sementara itu, jantung Daniel berdegup sangat cepat, punggungnya berkeringat dingin. Wajahnya terlihat tanpa expresi. Namun sesungguhnya, di dalam hatinya dia merasa sangat cemas, 'bagaimana kalau dia melupakan aku?' pikirnya dalam hati. 'Aku harus bersikap bagaimana?'. Tanpa terasa, tangannya yang gemetar, membuat wine yang berada di dalam gelasnya berguncang-guncang.

Melihat hal itu, Mickey menepuk jidatnya. 'OMG bro! kamu sungguh memalukan!' Ingin rasanya ia menghilang ke dalam tanah, melihat kelakuan Daniel yang sama sekali tak terlihat keren.

Marino segera menepuk pundak Mickey dan berbisik padanya, "Dia yang nerveous, kenapa aku yang malu melihatnya, ya?" ucapnya pelan.

"Siapa? aku nggak kenal..." Sahut Mickey sambil meminum wine-nya, berlagak cuek, seolah ia tidak mengenal sahabatnya itu.

Velina hampir saja tak tahan untuk tertawa lepas. Ekspresi wajah Daniel sungguh lucu sekali. "Oooh... kamu..." Ucapnya pelan, seakan-akan mencoba berusaha untuk mengingat lelaki di hadapannya itu dengan keras. Ditatap seperti itu, Daniel menjadi semakin grogi.

"Ah! Aku tahu! Kamu... Si Botak, kan?" Tanya Velina dengan senang, seolah-olah dia telah berhasil memecahkan misteri terbesar di bumi ini.

"Praaaaaaang!"

Senyum tiba-tiba mengilang dari wajah Daniel. Kali ini, Wajahnya terlihat pucat, sama sekali tanpa ekspresi. Seakan-akan nyawa telah di cabut dari tubuhnya. Gelas wine yang sedari tadi dipegangnya tanpa sadar terjatuh dari jari jemarinya.

Sementara Mickey, yang tengah meneguk minuman wine-nya, tanpa sadar memuncratkan seluruh isi yang berada di dalam mulutnya, dengan apesnya mengenai baju setelan Marino, yang berdiri tepat di sebelahnya.

Bukannya marah, Marino malah berusaha menutupi mulutnya yang berbentuk 'O'. Suasana seketika hening. Semua orang bertatap-tatapan. Pandangan akhir mereka tertuju pada Daniel, yang seolah membatu.

"Ya, kan? Kamu si Botak? dulu kita pernah satu pondokan!" Velina tersenyum sumringah, pura-pura tidak melihat perubahan suasana diantara mereka semua.

Sementara itu, ketiga pria itu bertatap-tatapan, kedua sahabat Daniel tak berani berbicara sepatah katapun. Seolah-olah mereka sedang menunggu bom atom yang akan segera dihitung mundur.

Dulu, Ketika mereka masih kecil, mereka sering bermain bersama. Mereka acap kali bertemu dalam acara gathering yang sering diadakan oleh para petinggi dan sosialita kota Jet. Keluarga Daniel dan Velina termasuk di dalam tujuh Keluarga paling berpengaruh di kota Jet, otomatis hal ini membuat mereka sering bertemu dalam acara-acara tertentu.

Saat itu, begitu mengetahui Marino dan Velina kecil akan pergi ke Kota Hang Zhou yang berada di negeri Tiongkok, dia merasa kesal dan marah sekali. Dia melempar semua barang-barang yang ada di rumah dan mogok makan selama hampir seminggu, yang membuatnya terkena demam.

Mengalah pada anaknya yang keras kepala, akhirnya kedua orang tua Daniel mengijinkannya untuk menyusul kedua kakak beradik itu, untuk mondok di sebuah padepokan bela diri untuk berlatih silat dengan syarat, dia harus membawa beberapa bodyguard-nya dan seorang kepala pelayan, untuk mengawasi gerak-gerik Daniel di negeri orang. Bagaimanapun, mereka berasal dari keluarga berpengaruh, sementara bahaya mengintai dimana-mana.

Dalam perjalanan kesana, Daniel senang sekali membayangkan dia akan bermain dengan Velina setiap hari, seperti dulu. Namun, begitu dia sampai kesana, hatinya serasa copot. Pondok silat yang berada di depannya terlihat seperti kandang kuda. Setidaknya begitulah pendapatnya. Disana, semua murid diwajibkan untuk bersikap mandiri, mereka harus membersihkan peralatan makan mereka sendiri begitu mereka selesai menggunakannya, mencuci baju sendiri, bahkan, mereka juga diwajibkan untuk tidur bersama di sebuah asrama! Tentu saja, ruang tidur untuk anak laki-laki dan perempuan dipisah.

Hampir setiap malam, Daniel tak bisa tidur, membolak-balikkan badannya diatas tempat tidur yang keras. Akibatnya, setiap pagi dia dapat dipastikan selalu kesiangan, sehingga dia sering dihukum oleh para pendidik disana. Sementara itu, Velina juga sering dihukum karena dia sering ketahuan bolos pelatihan, hanya karena dia ingin berenang di sungai. Karena hal itu, mereka sering dihukum bersama, tentu saja, hal ini malah membuat Daniel merasa sangat senang.

Namun, suatu hari, sebuah malapetaka muncul, yang selamanya mengubah nasib Daniel, si anak bangsawan yang arogan. Di suatu pagi, dia terbangun dengan rasa gatal yang sangat hebat di kepalanya. Dia terus menerus menggaruk-garuk kepalanya yang sangat gatal, sehingga membuat kulit kepalanya lecet-lecet. Dia hampir menangis karenanya, rasa gatal itu tak kunjung hilang, sehingga membuat mood-nya hancur berantakan. Sepanjang hari dia berteriak-teriak, tak mau diganggu oleh siapapun, termasuk Velina.

Akhirnya, mendengar laporan jika Daniel bertingkah, kepala pelayan yang tinggal di luar area pondokan segera datang dan mengetuk pintu gudang dimana Daniel bersembunyi dan mengunci diri. Dia menangis sejadi-jadinya karena rasa gatal yang panas.

Mau tidak mau, kepala pelayan menyuruh para bodyguard untuk mendobrak pintu itu. begitu ia masuk, ia segera mengecek keadaan Daniel. Betapa terkejutnya dia melihat kepala Daniel yang berdarah, sementara Daniel terus menangis dalam kondisi berjongkok di suatu sudut. Ada bekas darah dan beberapa helai rambut di jari jemarinya.

Kepala pelayan sangat terkejut begitu melihat kondisinya dan berkeringat dingin. Ia sangat takut akan dijatuhi hukuman oleh kedua orang tua Daniel jika mereka mengetahui keadaan anak kesayangan mereka seperti ini. Ia segera memeriksa kepala Daniel, untuk mengetahui apa yang terjadi. Begitu ia memeriksa kepala Daniel dan luka-lukanya, ia terperangah luar biasa mengetahui jika kepala Daniel... Penuh dengan kutu!

Setelah itu, mau tidak mau ia menelepon keluarga Daniel, meminta ijin dan bertanya apa yang harus ia lakukan. Dalam keadaan seperti itu, kepala Daniel tidak mungkin disiram dengan obat kutu, karena seluruh kulit kepalanya terluka parah. Dengan berat hati, Ayah Daniel menyuruhnya untuk membotaki kepala Daniel, karena itulah satu-satunya jalan agar tidak menyakiti Daniel. Namun, hal ini membuat ibu Daniel menangis, karena ia tahu betapa anaknya itu sangat bangga akan dirinya sendiri. Satu hal yang tidak diperhatikan oleh ayah Daniel, hal itu menyakiti mental Daniel!.

Daniel meronta-ronta ketika mengetahui jika kepala pelayan berniat untuk mencukur habis semua rambut di kepalanya. Dia tahu, masa depannya sudah hancur.

Ternyata, dugaannya benar. semenjak saat itu, semua orang di pondokan menertawai dan mengolok-olok dirinya, karena hanya dia sendiri yang berkepala botak seperti seorang biksu. Ditambah, dia menjadi botak gara-gara kutu! Sungguh memalukan! Terlebih, Velina juga sering ikut menggodanya dengan berkata, "kamu tambah imut deh kalau botak begini" ucapnya sambil mengelus kepalanya yang botak.

Patah hati, Daniel memutuskan untuk pulang ke rumah meskipun dia baru tinggal selama dua minggu di pondokan tersebut. Dalam hati, dia mengutuk orang yang sudah menularkan si kutu sialan itu padanya. Mulanya, dia tidak menyadari jika dirinya tertular kutu. Dia pikir, hal itu disebabkan karena kasur matrasnya yang sudah tua dan keras, jadi terkadang badannya suka gatal-gatal.

Dalam keadaan sedih dan malu, dia menyuruh kepala pelayannya untuk berkemas dan segera meninggalkan pondokan tersebut tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Dia bahkan tidak berpamitan pada Velina meskipun gadis cilik itu adalah alasan utamanya datang ke kota Hang Zhou.

Dengan berat hati, dia pergi dengan pilu. reputasinya yang selama ini dia bangga-banggakan telah luluh lantak di depan gadis yang sangat disukainya.

Yaaaaay! bab pertama untuk hari ini!

Sejauh ini, bab ke-10 ini adalah bab terpanjang hehehe.

Wah, kasian ya Daniel, malah digoda oleh gadis pujaannya! (>y<)

Hmmmm... kisah ini sebenarnya terinspirasi dari pengalaman author sendiri, yang waktu kecil pernah kutuan gara-gara pernah tidur siang bareng teman-teman.

Adakah para pembaca disini yang waktu kecil pernah kutuan? Hayooooo ngaku!

ヾ(@^▽^@)ノ

maiddictcreators' thoughts