30 Jalan-jalan Bersama Nadine

Pagi ini, Nadine terbangun dengan perasaan bahagia. Semalam, kakaknya memintanya untuk menemaninya ke suatu tempat. Tentu saja, malam itu juga, ia segera menelpon sekretarisnya jika hari ini ia tidak akan pergi ke kantor.

Sambil masih tidur-tiduran, ia menatap langit-langit kamarnya. Sebuah senyuman merekah di bibirnya. Tiba-tiba, ia mendengar suara seseorang melompat ke kolam renang. Ia segera terbangun, dan mendekati jendela kamarnya.

Dari sana, ia bisa melihat dengan jelas Velina, yang mengenakan baju yoga, menceburkan diri ke kolam renang.

Sementara matrass yoga berwarna biru muda terhampar di sebelah kolam renang.

Di kursi santai, ia juga melihat Jun dan Jena tengah sibuk mengerjakan sesuatu di laptop mereka. 

Ia segera melirik jam di dinding. Saat itu baru jam setengah tujuh pagi. Ia segera mencuci muka dan menggosok giginya, ia tidur dengan mengenakan kaos dan celana legging. 

Setelah itu, ia turun ke bawah, segera menuju ke kolam renang. Saat ia tiba, ia melihat seorang pelayan tengah membawakan sarapan mereka ke kolam renang.

"Selamat pagi nona Nadine, apa nona juga mau sarapan disini?" tanyanya dengan ramah. 

"Tentu. Terima kasih." Nadine menjawab sambil tersenyum padanya. 

Ia lalu duduk di salah satu kursi yang kosong, dan segera merebahkan tubuhnya. Ia menghirup udara pagi yang sangat menyenangkan. Ia melirik si kembar tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Jena melirik Nadine, dan menggigit bibirnya. Ia juga merasa canggung berada di dekatnya namun tidak saling menyapa.

"Selamat pagi! Apa tidurmu nyenyak?" Jun menyapanya, sambil tersenyum cerah.

Nadine hanya mengangguk dengan kikuk. 

Setelah mereka menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka lalu segera melompat ke dalam kolam renang mengikuti Velina.

"Hey, Nadine! Ayo, ikut berenang bersama kami!" Velina segera naik ke atas, mendekati Nadine yang hanya memperhatikan mereka.

"Aku tak memakai baju renang!" Ia menggelengkan kepala, menolaknya.

Velina lalu melirik ke arah si kembar. Jun dan Jena juga segera naik ke atas, setelah mendapatkan isyarat dari Velina, mereka bertiga tiba-tiba mengangkat dan membopong tubuh Nadine yang terkejut karena tak mengira mereka akan melakukan hal tersebut.

"1… 2… 3…!"

"Aaaah! Jangan! Lepaskan aku! Aaaaaah!" 

"Byuuuuur!" Suaranya hanyut ditelan air.

Mereka bertiga tertawa melihat Nadine yang masih terkaget-kaget meskipun sudah berada di dalam kolam. Mereka bertiga lalu ikut menyusul Nadine, menceburkan diri ke dalam kolam dan bermain air, saling menciprat-cipratkan air dengan gembira.

Setelah itu, mereka segera sarapan bersama di tepi kolam renang, menikmati segarnya udara di pagi hari.

Ditambah, suasana di kebun belakang memang rindang, banyak pepohonan apalagi pohon buah-buahan yang ditanam oleh kakek mereka, membuat suasana menjadi semakin nyaman dengan aroma buah-buahan yang mulai matang.

Jam sembilan pagi, mereka kembali ke kamar masing-masing. Nadine segera mandi dan mempercantik diri. Ia menuju ke ruang pakaiannya yang luas. Ia berdiri disana, bingung memilih-milih akan mengenakan apa hari itu.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mengenakan kemeja berwarna putih polos yang bagian tangannya dilipat sampai ke siku, celana cino berwarna krem, dan sepatu kulit datar berwarna hitam. Ia juga membawa tas Chanel 19 berwarna hitam di bahunya. 

Tak lama, ia turun ke lantai satu dan melihat Velina sudah menunggunya di ruang tengah sambil memainkan ponselnya. 

Melihat sesuatu yang bergerak, Velina segera menolehkan kepalanya dan tersenyum pada Nadine. "Kau sudah siap?" tanyanya sambil bangkit berdiri.

Nadine mengangguk dengan kikuk. Tiba-tiba, ia merasa seolah-olah ada kupu-kupu di dalam perutnya. Ia merasa senang akan pergi bersama dengan Velina.

Velina berjalan di depannya. Dia lalu menuju ke sebuah mobil yang sudah disiapkan oleh Jun. Pemuda itu menunggu mereka sambil bersandar di mobil, sementara Jena berdiri di sebelahnya, mereka terlihat sedang berbincang ketika mereka melihat kedatangan mereka berdua. 

Jun lalu berdiri tegap dan membukakan pintu belakang mobil untuk mereka.

Melihat Jun dan Jena, langkah Nadine sempat terhenti. Ia mengira, ia hanya akan pergi berdua dengan Velina.

"Bodohnya aku!" Wajah Nadine terlihat seperti menahan kesal, namun ia berusaha untuk tidak menampakkannya. 

Sementara itu, Jena yang memperhatikan perubahan ekspresi Nadine, tersenyum kecil dan menatap Jun, yang juga pura-pura tidak melihat raut wajah Nadine.

Mereka berempat segera menaiki mobil dan mobil yang disopiri oleh Jun pun segera meluncur, meninggalkan rumah keluarga Marcello. 

"Kita mau kemana sih kak?" Tanya Nadine, yang melihat Velina terlihat cuek, seakan mengabaikannya, tetap asik memainkan ponselnya.

"Kita mau ke tempat temanku!" Jawab Velina tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

Nadine cemberut. Ia merasa menyesal telah ikut menemani Velina.

Suasana di dalam mobil menjadi canggung. Sepanjang perjalanan, Nadine terdiam, ia hanya melihat pemandangan di luar jendela. 

Sementara, Jun dan Jena hanya saling melirik namun tak mengatakan apapun.

Di jalan, ternyata cukup padat. Macet adalah hal yang sangat biasa di kota Jet. Perjalanan yang mestinya dapat ditempuh selama setengah jam menjadi satu setengah jam bahkan dua jam.

Tak berapa lama, mereka sampai di tempat tujuan mereka.

Galerie La Fayette.

Galerie La Fayette adalah sebuah mall yang sangat eksklusif, yang merupakan salah satu mall terbesar dan ter-elit di kota Jet, Val Capital memiliki saham kedua terbesar disana.

Jun segera menurunkan mereka berdua di lobi, sementara ia dan Jena mencari tempat parkir dan akan segera menyusul mereka. 

Nadine mengerutkan keningnya, ia menatap Velina yang tetap terdiam, mengikutinya dari belakang.

avataravatar
Next chapter