20 Hi! I'm Nana!

Keesokan paginya, Velina bersenandung sambil mengoleskan nutella banyak-banyak ke atas roti panggangnya. Sejak pagi tadi dia tersenyum lebar-lebar pada semua orang yang ditemuinya dan menanyakan kabar mereka.

Semua anggota keluarga Marcello yang tengah duduk di ruang makan memperhatikan kelakuannya sambil berpandang-pandangan. Tiba-tiba, Velina menoleh ke arah kakeknya, "Eyang, aku mau jadi seorang aktris!" Serunya, lalu senyumnya menjadin semakin lebar.

Lalu, dia mengetuk-ngetuk meja di hadapannya, berusaha menarik perhatian Nadine yang tengah sibuk memperhatikan aplikasi bursa saham di tabletnya.

"Hei, Nadine, aku mau jadi artis, loh! Kamu mau jadi artis juga, nggak?" Tanyanya.

Nadine hanya melenggos, memutar kedua bola matanya, dan meneguk kopi toraja pahit dari mug-nya.

"Marino, aku..."

"Ya ya ya! kamu mau jadi artis, kan?" Marino segera menutup kedua kupingnya dengan kedua tangannya.

"Eh? Aku cuma mau nebeng aja kok ke kantor..." Lanjut Velina, sambil memanyunkan bibirnya.

"Kamu kan sudah punya manager dan asisten, jadi jangan ganggu-ganggu aku, ya! Lagian, aku juga nggak pernah bilang mau menaungimu di bawah manajemenku, kok!" Marino menggoda adiknya.

"Eyang! Lihat kan, Marino jahat sekali padaku!" Velina pura-pura merenggut.

"Perusahaanku itu nomor satu di Vanesia! Kalau kamu bergabung dan aktingmu jelek, rusak sudah citraku di mata dunia!" Marino beralasan.

Velina memikirkannya sejenak, sambil meletakkan telunjuknya di dagunya.

"Baiklah! Kita pura-pura tidak kenal saja selama di kantor! Pokoknya, kamu nggak boleh ngaku ke orang-orang kalau kamu itu kakakku, oke? Aku nggak mau orang-orang tahu kalau kakakku itu seorang playboy!"

Marino tak tahu harus menangis atau tertawa melihat tingkah Velina. Ia merasa lebih baik menderita berjam-jam menghadiri rapat bersama para direksinya daripada mendengarkan celotehan Velina yang ngawur ini. Kemudian, ia memikirkannya sejenak.

"Baiklah! sepertinya itu ide yang bagus! Jangan menyesal ya nanti, menjadi artis itu bukan cuma modal tampang doang!" Jawabnya, sambil mengunyah roti panggangnya.

Velina tersenyum penuh arti pada kakaknya. Dia lalu memikirkan rencana selanjutnya di dalam kepalanya.

"Mulai detik ini, kalian semua harus memanggilku Nana jika kita berada di luar! kakak, kamu harus membuat profilku bersih, ya! Tanpa latar belakang, biar orang-orang penasaran!" sahutnya, juga sambil mengunyah rotinya.

"Setelah aku resmi debut, aku akan pindah dari sini dan tinggal di apartemen. Jena akan menemaniku disana!" Lanjutnya lagi, seolah-olah semua rencananya sudah matang.

Jena yang sedang menyeruput jus jeruknya menoleh ke arah Velina perlahan-lahan.

"Ya, kan, Jena?" Velina tersenyum lebar.

Jena, "....." duh! kapan aku pernah bilang mau! T_T

Nico memijit-mijit kepalanya yang mulai pusing. Ia mulai menyesali keputusannya menyetujui rencana Velina.

Velina melirik ke arah Nico. "Eyang, jangan coba-coba, ya! Eyang sudah setuju denganku semalam!" Dia menunjuk-nunjuk ke arah Nico dengan rotinya.

Nico hanya tersenyum tak berdaya, sambil mengangkat kedua tanganya, menyerah.

Setelah sarapan, Velina dan Jena menumpang mobil Marino menuju Val Entertainment. Di sepanjang perjalanan, Velina tak henti-hentinya berdendang. Sementara Marino hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan fokus menyetir.

Sesampainya di Val Entertainment, mereka bertiga menjadi pusat perhatian. Velina yang memakai kaos converse berwarna putih, celana jeans biru tua dan sepatu converse putih membuat orang-orang meliriknya. Biasanya, para talenta dan artis yang sudah debut lebih suka memakai rok mini dan sepatu hak tinggi. Mereka penasaran dengan Velina.

Tak mempedulikan orang-orang, mereka segera memasuki lift khusus dan Marino meminta asistennya untuk segera menyuruh tim HRD mengirimkan kontrak kerja ke ruangannya. Asisten Marino yang melihat Velina tampak agak terkejut namun ia tak mengatakan apa-apa. Ia segera pergi melakukan perintah Marino.

Beberapa saat kemudian, setelah mengetuk pintu ruang kerja Marino, asistennya memasuki ruangan dan menyerahkan dokumen kontrak kerja padanya.

"Hai, namaku Nana! Mulai hari ini aku resmi jadi artis disini!" Ujarnya, bahkan sebelum menandatangani kontrak kerjanya.

"Pokoknya mulai hari ini, kita jadi rekan kerja, ya! Kamu tidak boleh bilang pada siapapun kalau Marino itu kakakku, dan kamu tidak boleh membocorkan latar belakangku!" Velina tersenyum, dengan nada mengancam.

"Eh?" Mendengar perkataan Velina, Eva, asisten Marino, agak terkejut. 'Si Nona Besar mau jadi artis? Apa aku tidak salah dengar? Aduh! Ini sebuah berita besar!' pikirnya. Namun sayangnya, ia tidak diperbolehkan untuk menyebarkan kabar ini. Kalau tidak, berita ini pasti sudah menghebohkan Val Entertainment dari lantai 1 sampai lantai 7. Terlebih, Velina yang sangat jarang sekali tampil di depan umum, sekarang, dia malah memutuskan untuk tampil di depan media!.

Setelah itu, Eva ditugaskan untuk mengantar Velina berkeliling, dan menjelaskan seluruh ruangan dari lantai 1 sampai lantai 7. Orang-orang berbisik-bisik penasaran saat mereka melihat Eva membawa Velina berkeliling 7 lantai. Biasanya, seorang staff biasa yang akan mengantarkan seorang talenta baru ntuk berkeliling, dan itupun hanya sampai lantai 3 atau 4.

Berita inipun akhirnya menyebar ke ruang latihan, yang kebetulan saat itu sedang di pakai oleh para model yang akan menghadiri sebuah peragaan busana di Milan, Italia. Mereka, termasuk Meryl dan Mandy, menjadi penasaran akan identitas Velina, yang secara personal dibawa oleh Marino.

Mereka lalu segera menghentikan latihan sejenak, mengintip ke luar. Alangkah terkejutnya Meryl saat melihat Velina dan Eva, diikuti oleh Jena dari belakang, yang sedang berjalan ke arah mereka. Matanya terbelalak lebar, tak mempercayai penglihatannya.

"Dia kan?!!!"

avataravatar
Next chapter