webnovel

King Saidon Adventures

Kisah petualangan Saidon dalam memperebutkan kembali tahtanya sampai dia terjebak ke dunia lain dan bertemu peri pelindung yang cantik jelita. Menjadi Reinkarnasi dari Kaisar Azura, dia harus menyelesaikan tugas untuk melawan penguasa kegelapan. Dalam misinya mulai terselip perasaan padahal antara Kaisar dan peri pelindung dilarang untuk saling jatuh cinta. Sampai suatu ketika dia terkena racun dari monster naga, untuk menghilangkannya terpaksa Saidon dan Alula melakukan hubungan terlarang. Begitu terbangun Saidon sudah sembuh dan berada di dunia asalnya. Setelah Saidon berhasil merebut tahta dan menjadi seorang raja, dia dijodohkan dengan seorang Puteri yang memiliki paras seperti Alula? Apakah itu hanya kebetulan atau memang calon permaisurinya merupakan reinkarnasi dari peri pelindung?

LinaLutfiana_13 · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Peri Cantik Di Dunia Lain

Saidon merasakan sakit di sekujur tubuhnya, dia ingat jika tadi terjun ke jurang terus tubuhnya sempat terhempas pohon dan akhirnya dia terjatuh di tanah.

Namun, seingat dia tadi dari atas tampak begitu gelap gulita, tapi kini begitu berada di bawah langit terlihat cerah meskipun banyak pepohonan.

"Kaisar Asoka, akhirnya kamu sadar," sapa seorang wanita yang sangat cantik tersenyum manis.

Saidon untuk sekejap terpana, sebab selama dia lahir baru kali ini melihat gadis secantik ini. Bahkan para model papan atas yang terkenal di seluruh dunia saja tidak sebanding. Hanya saja Saidon merasa heran, sebab wanita yang kini duduk di sampingnya hanya memakai pakaian dari dedaunan dan bunga yang hanya menutupi bagian atas paha sampai dada. Jadi kemolekan dan kemulusan wanita itu tampak terlihat jelas.

Saidon belum mampu untuk bergerak, tubuhnya seakan kaku. Untuk berbicara saja dia masih merasa kesulitan.

"Kamu siapa?" tanya Saidon lemah.

"Astaga, Kaisar Asoka tertidur selama ratusan tahun jadi lupa ingatan ya?" goda wanita cantik tersebut tertawa ringan.

"Kaisar Asoka? Siapa pula dia? Kenapa wanita ini mengira aku adalah dia?" batin Saidon.

"Kaisar tenang saja, aku sudah menyuruh Poca untuk mengambil air kehidupan. Nanti jika Kaisar meminum itu tubuh Kaisar akan kembali seperti semula," ucap Wanita tersebut ramah.

"Aku bukan Kaisar Asoka. Namaku Saidon," jelas Saidon.

"Tidak mungkin, nyatanya kamu sampai di sini dengan selamat. Jika manusia biasa pasti akan langsung hancur lebur hanya dengan menginjakkan kaki di negeri ini," jawab wanita cantik itu selalu tersenyum ceria.

Bagi Saidon ini tidak masuk akal, karena dia memang hanya manusia biasa.

Tak lama kemudian datang rusa berwarna putih yang memiliki tanduk yang keduanya bercabang tujuh. Dan anehnya lagi jika hewan mungil itu bisa berbicara seperti manusia.

"Peri Alula, aku sudah membawanya," ucap rusa itu dengan suara cempreng.

"Kenapa Kaisar? Pasti merindukan suara cempreng Puca kan?" goda Wanita cantik itu tertawa.

"Sebenarnya kalian ini siapa? Aku tidak mengenal kalian dan aku juga tidak mengenal Kaisar Azura. Pasti kalian salah orang," sergah Saidon.

"Baiklah, mungkin kamu lupa ingatan. Kalau begitu kita berkenalan lagi, namaku Alula. Aku adalah peri pelindungmu, sedangkan rusa mungil yang suaranya cempreng ini adalah Puca. Dia hewan kesayangan Kaisar Asoka," jawab Alula.

"Aku Saidon, tadi aku terjebak musuh dan terjatuh ke dalam jurang yang gelap ini. Apakah ada jalan untuk bisa naik ke atas?" tanya Saidon.

Peri Alula dan Puca hanya saling menatap kebingungan.

"Kami tidak tahu, bagaimana kalau kamu minum air kehidupan ini biar pulih dulu. Setelah itu kita cari jalan bersama-sama," saran Alula menyerahkan beberapa tetes air di dalam bunga berbentuk terompet dan berwarna ungu.

Saidon baru pertama kali ini melihat bunga itu , dia merasa ragu jika itu beracun.

"Ayo minumlah, biar tubuhmu bisa segera pulih," sela Alula.

Saidon pun langsung meminumnya, seperti sihir dalam beberapa detik tubuhnya merasa segar bugar. Bahkan dia bisa bergerak lincah lagi.

"Kaisar Asoka, maksud aku Saidon. Ayo mandi di sungai dan ganti pakaian terlebih dahulu," saran Alula lagi sambil menyerahkan jubah kaisar.

Saidon menatap dirinya, bajunya terkoyak dan juga tubuhnya kotor. Akan tetapi jika dia di suruh memakai pakaian tersebut merasa malas dan pasti ribet untuk bergerak.

"Oke, apa kamu melihat ranselku? Aku ada pakaian sendiri," tolak Saidon secara halus.

"Ransel apa?" ucap Alula balik bertanya.

"Apa yang di maksud adalah barang ini?" Sela Puca sambil berlari ke ransel Saidon yang tergeletak di semak-semak belukar.

"Yah benar itu," jawab Saidon senang.

Dia segera mengambil Ransel tersebut dan berjalan ke arah sungai yang tidak jauh.

Saidon sangat takjub, seolah dirinya sedang di dalam negeri dongeng. Pegunungan hijau, bunga indah yang bermekaran warna-warni, berbagai macam buah juga tumbuh subur seolah seperti perkebunan yang terawat. Air di sungai sangat jernih sampai ikan pun terlihat jelas dengan mata sedang berenang ke sana kemari.

"Wah, ikannya besar. Kalau dipanggang pasti rasanya enak," gumam Saidon.

Saidon langsung menceburkan diri dan menangkap satu ikan, tapi betapa terkejutnya jika ikan tersebut bisa berbicara.

"Turunkan aku! Aku tidak bisa bernapas," teriak ikan tersebut.

Saidon langsung melepaskan ikan tersebut dan buru-buru mandi. Setelah selesai dia memakai kaos dan dan celana panjang.

Begitu kembali Alula dan Ranting juga tampak terpana.

"Wajah dan tubuh mirip Kaisar Azura, tapi pakaiannya aneh," ujar Ranting.

Alula terdiam tapi juga berpikiran hal yang sama.

"Kenapa ikan di sungai bisa berbicara? Apakah ini dunia siluman?" tanya Saidon penasaran.

"Di sini semua hewan bisa berbicara, ada apa?" tanya Alula.

"Aku lapar, aku ingin panggang ikan," jawab Saidon.

"Jangan!" pekik Alula dan Puca bersamaan.

"Mereka saudara kita, kalau mau makan aku akan mengambilkan beberapa makanan," sela Alula.

Alula segera pergi, tak berapa lama kemudian dia datang membawa buah-buahan.

"Yah lumayan juga," jawab Saidon yang memang sudah kelaparan.

Saat Saidon makan, Alula dan Puca menatapnya tanpa berkedip.

"Kalian kenapa menatapku terus?" tanya Saidon.

"Wajah dan tatto naga di punggungmu sama persis dengan Kaisar Azura, tapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya?" tanya Alula yang masih tidak percaya.

"Kalau begitu ceritakanlah mengenai Kaisar Azura!" pinta Saidon.

Alula langsung duduk di hadapan Saidon, akan tetapi Saidon langsung merona merah sebab melihat belahan dada Alula yang sangat padat.

"Astaga, wanita ini tidak sadar apa jika hal itu berbahaya," batin Saidon kesal.

Selama ini Saidon memang tidak pernah memperhatikan wanita, dalam hidupnya hanya ada bertarung dan bertarung untuk menjaga kelompok Mafia beserta melindungi adik angkatnya.

Namun, entah kenapa kali ini hatinya berdesir saat melihat tubuh Alula yang seksi dan tinggi semampai. Apalagi kulitnya begitu putih mulus seperti salju.

Saat Alula mau membuka mulut Saidon langsung membuka ransel dan memberikan kaos beserta celana pendek.

"Kamu pakailah ini dulu! Sebagai seorang wanita jangan mengumbar tubuhmu sembarangan!" perintah Saidon kesal.

"Oke," jawab Alula patuh.

Tanpa pikir panjang lagi di depan Saidon wanita tersebut melepas pakaian dari bunga tanpa sensor. Saidon langsung menutup matanya dengan kedua tangannya.

"Hey, kenapa kamu ini tidak punya etika? Berani sekali bertelanjang di depanku!" teriak Saidon.

"Ini, aku sudah selesai," jawab Alula tanpa perasaan bersalah ataupun malu.

Saidon kini merasa lega, penampilan Alula sekarang sudah seperti wanita biasa dan tidak membuat dirinya tegang.

"Apa wanita di sini memang seperti ini? Biasa telanjang di depan umum?" tanya Saidon penasaran.

"Kaisar Azura, eh, Saidon. Peri Alula itu hanya bisa dilihat oleh aku dan kamu saja. Jadi dia biasa seperti itu, dan Kaisar Azura tidak keberatan," sela Puca menjelaskan.

"Apa? Jadi orang lain tidak bisa melihat atau mendengar suara Alula?" pekik Saidon.

"Iya, karena Peri Alula adalah peri pelindung Kaisar Azura. Lagi pula ada peraturan yang sudah tertulis dihukum alam jika peri pelindung dan Kaisar tidak boleh saling jatuh cinta. Jika terjadi maka keduanya akan hancur," jelas Puca.

"Tapi aku Saidon, bukan Kaisar Azura. Jadi mulai sekarang perhatikan tingkahmu!" jawab Saidon tegas.

Alula hanya menunduk saja, rambut pirang sebahunya mulai berkibar tersapu angin. Saidon langsung memalingkan wajahnya sebab kecantikan Alula begitu sempurna seperti bidadari surga.