webnovel

King Saidon Adventures

Kisah petualangan Saidon dalam memperebutkan kembali tahtanya sampai dia terjebak ke dunia lain dan bertemu peri pelindung yang cantik jelita. Menjadi Reinkarnasi dari Kaisar Azura, dia harus menyelesaikan tugas untuk melawan penguasa kegelapan. Dalam misinya mulai terselip perasaan padahal antara Kaisar dan peri pelindung dilarang untuk saling jatuh cinta. Sampai suatu ketika dia terkena racun dari monster naga, untuk menghilangkannya terpaksa Saidon dan Alula melakukan hubungan terlarang. Begitu terbangun Saidon sudah sembuh dan berada di dunia asalnya. Setelah Saidon berhasil merebut tahta dan menjadi seorang raja, dia dijodohkan dengan seorang Puteri yang memiliki paras seperti Alula? Apakah itu hanya kebetulan atau memang calon permaisurinya merupakan reinkarnasi dari peri pelindung?

LinaLutfiana_13 · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Gelembung Ajaib

Bunga dari Negeri Muria memang berbeda, wanginya membuat tubuh Saidon terasa sejuk dan bugar. Pantas saja Alula memiliki aroma yang begitu harum dan memikat, ternyata berasal dari bunga yang tidak pernah ditemukan di dunianya sendiri.

"Kita mau berjalan ke arah mana?" tanya Saidon.

"Lurus saja, kita hanya perlu mengikut arah angin ini," balas Alula dengan senyuman yang manis.

Tiba-tiba saja datang burung besar yang menghampiri mereka, dengan sekejap saja sudah menjatuhkan daun lebar mirip daun talas. Hanya saja warnanya keperakan.

"Bukannya yang barusan itu burung milik peramal Agung?" tanya Saidon.

"Iya, ini adalah pesan," jawab Alula.

"Pesan apa? Aku tidak menemukan apapun?" tanya Saidon membolak balikkan daun perak tersebut.

"Bukan begitu caranya, Puca sebaiknya kamu tunjukkan padanya!" sela Alula.

Puca langsung mengusap daun tersebut dengan lidahnya, tak berapa lama kemudian muncul cahaya yang bertuliskan huruf. Saidon sama sekali tidak tahu, sebab memang baru kali ini melihat huruf yang aneh seperti itu.

"Oh, ini adalah pemberitahuan dari Peramal Agung. Katanya kita lurus saja, nanti di depan ada dua jalan, kota pilih yang hawanya paling dingin. Setelah itu kita melewati lautan dan pegunungan. Nah, di balik gunung itu kita akan sampai," ucap Alula.

Saidon hanya manggut-manggut saja, walaupun hatinya tidak sepenuhnya percaya dengan Peramal Agung tapi apa salahnya mencoba.

Mereka melanjutkan perjalanan lagi, semakin siang teriknya panas matahari sangat menyengat. Seolah matahari hanya beberapa inci di atas kepala.

Puca sudah sangat lemas, membuat Saidon khawatir.

"Puca, jadikan tubuhmu yang paling kecil!" perintah Saidon.

Puca langsung merubah dirinya sendiri seperti anak kucing.

Saidon segera mengangkat tubuh Puca dan menyelipkan ke ranselnya.

"Ah... Nyaman sekali. Ternyata begini naik ke tubuh seseorang," gumam Puca.

"Berbahagialah kamu, Puca," balas Alula.

"Saidon, apa kamu tidak kelelahan?" tanya Alula heran.

"Lelah, tapi jika kita berhenti juga maka kita tidak akan cepat sampai," jawab Saidon tegas.

Alula mengamati wajah Saidon dari samping, sangat tampan dan juga memiliki tubuh kekar. Padahal sekilas mirip dengan Kaisar Azura, tapi entah kenapa perasaannya berbeda. Semacam ada magnet yang menarik hatinya peri pelindung tersebut.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya mereka bertiga sampai di persimpangan jalan. Saidon terpana, sebab dunia ini aneh sekali. Bisa - bisanya ada dua jalan yang satunya berkabut kebiruan sedangkan yang satunya kemerahan. Sudah jelas jika yang warna merah itu seperti di panggang dalam oven. Dalam jarak sepuluh meter saja hawa dingin sudah menyeruak masuk ke tukang mereka.

"Ya ampun, ini sama saja masuk ke kulkas," keluh Saidon.

"Apa itu kulkas?" tanya Alula penasaran.

Saidon menghembuskan napas berat, percuma saja dijelaskan panjang lebar sebab peri pelindung yang cantik jelita tersebut tidak akan mudeng juga.

"Yakin kita mau masuk?" tanya Saidon ragu.

"Kenapa? Takut?" tantang Alula.

"Tentu saja, aku manusia biasa tidak sama sepertimu," sergah Saidon kesal.

"Kamu ini pemarah sekali, sekarang aku percaya jika kamu memang bukan Kaisar Azura," balas Alula.

"Memangnya sejak awal yang mengaku jadi dia itu siapa?" sindir Saidon.

"Huft," keluh Alula merasa sebal.

"Kalian jangan berantem! Aku pernah dengar katanya jika masuk ke sana tanpa bernapas kita akan merasa biasa saja tidak kedinginan," sela Puca.

"Mati dong kalau tidak bernapas," sergah Saidon.

"Aku punya ide, Puca kamu kan bisa buat gelembung. Setelah itu kita masukkan kepala kita ke dalam gelembung itu nanti biarpun kita bernapas tapi tidak akan keluar," Alula Puca.

"Oke," jawab Puca riang.

Puca mengeluarkan sesuatu seperti orang yang sedang membuat balon gelembung. Saidon langsung mendelikkan kedua matanya sebab gelembung tersebut terbuat dari air liur.

"Tidak, aku tidak mau. Jorok sekali!" umpat Saidon.

"Tidak bau kok, Lagian Puca juga makan buah - buahan ajaib dari tempatku," sela Alula.

"Tetap saja ini menjijikkan, kalian saja deh yang pakai itu. Aku yakin pasti mampu," Segah Saidon kekeh.

Akhirnya Puca dan Alula memasukkan kepala mereka ke gelembung tersebut dan bisa bernapas dengan biasa. Sedangkan Saidon mengikuti dari belakang sambi bergidik merinding.

Baru saja dua langkah, Saidon langsung merasa sekujur tubuhnya nyilu seperti membeku. Rasa dingin yang menyerah menusuk ke tulang membuat Saidon terkapar kembali ke tempat semula.

Alula dan Puca yang melihat Saidon seperti itu langsung ikut kembali.

"Astaga, dinginnya sungguh tidak tertahankan. Aku tidak sanggup, tubuhku sampai kram semua," keluh Saidon meringkuk kedinginan.

"Bagaimana ini?" tanya Puca cemas.

"Saidon tubuhnya menggigil semua, sebaiknya kita buat tenda di sini dan tunggu dia sembuh," jawab Alula.

Alula sedikit paham bagaimana cara membuat tenda, di bantu Puca tenda segera selesai.

Saidon dipapah ke dalam dan diselimuti, tapi tetap saja merasa kedinginan.

Alula sebagai peri pelindung memiliki kekuatan alami dari tubuhnya sebagai penyembuh, diapun segera memeluk Saidon erat sekali seperti seorang ibu yang hendak ngeloni bayinya tidur.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" tanya Saidon lemas.

"Diam, tubuhku ini memiliki semacam obat penyembuh," jawab Alula.

"Apa kamu sering begini saya mengobati Kaisar Azura?" tanya Saidon penasaran.

"Tidak, dalam seumur hidup aku malah belum pernah menyembuhkan dia, karena Kaisar Azura cerdas dan penurut. Tidak seperti kamu yang rewel," balas Alula.

Saidon terdiam, memang salahnya sendiri tadi tidak menurut. Namun, jika dia harus memasukkan kepalanya ke gelembung rasanya sangat menjijikkan.

Malam ini Saidon tertidur dihimpit oleh Alula dan Puca, sehingga rasa dingin yang menikam itu mulai hilang. Namun, Saidon baru tersadar ketika kepalanya bersandar di buah dada Alula yang sangat kenyal. Terasa lembut dan nyaman. Akan tetapi Saidon juga tidak bisa menggerakkan tubuhnya ke belakang, sebab Puca tidak merubah bentuk tubuhnya menjadi yang terkecil.

Dalam dekapan Alula dan menyandarkan kepalanya ke dada peri pelindung tersebut membuat tubuh Saidon terasa hangat, saking hangatnya bagian tubuhnya yang paling sensitif ikut tegang.

"Sial, bagaimana mungkin aku bernafsu pada wanita bodoh ini. Biarpun cantik tapi payah," batin Saidon.

Walaupun terus mengumpat tubuhnya juga tidak menolak merasa sensasi seperti itu.

Pagi harinya tubuh Saidon sudah pulih total, wajahnya memerah sebab mengingat peristiwa semalam. Sedangkan Alula bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa - apa. Hal itulah yang membuat Saidon kesal setengah mati.

"Kamu sudah baikan. Apa aku bilang, tubuhku ini memiliki obat penyembuh," ucap Alula bangga.

Saidon ingin tertawa, sebab jika di dunianya cara pengobatan seperti ini pasti kebanyakan pasien yang datang adalah para lelaki hidung belang.

"Saidon, sebaiknya di coba dulu!" saran Puca memberikan gelembung lagi.

Saidon mau tak mau memasukkan kepalanya ke dalam gelembung tersebut, dan anehnya tidak bau atau apapun. Justru seperti tidak merasa apa - apa.

Akhirnya mereka bertiga mulai memasuki jalanan yang dinginnya setengah mati.