webnovel

King of Silk

Xie Yuen, sang kaisar muda kerajaan Silk. parasnya yang tampan serta tubuhnya yang gagah dengan kulit putih bersih tampak mengukuhkan betapa kuat dan megahnya kerajaan Silk. kerajaan Silk terletak di kaki gunung Mongsan, Xie Yuen adalah kaisar ketiga keturunan kaisar Cuong Zu, sepupunya Li Chung menjabat sebagai menteri pertahanan dari sekte Chung. tahun ke lima masa kepemimpinan kaisar Xie Yuen adalah masa cemerlang kerajaan Silk, di bawah kepemimpinan kaisar Xie Yuen Silk semakin meluaskan wilayah kekuasaannya, meski begitu Xie Yuen belum memiliki wanita pendamping sebagai sang Ratu, meski beberapa sekte besar lainnya sudah memperkenalkan beberapa wanita muda yang cantik jelita nan pandai. siapa sangka hati sang kaisar justru berlabuh pada pemuda manis dari sekte wang yang terkenal tampan, pintar dan ahli ilmu pedang. hubungan tabu sang kaisar dengan pemuda dari sekte wang akankah berbuah manis?

Ami_Hara58 · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

King of Silk bab dua

kaisar Xie Yuen baru saja menyelesaikan tugasnya, ia melangkah keluar ruangan kerjanya dan mendapati sesosok gadis muda yang di perkirakan lima tahun lebih muda darinya tengah berdiri seraya menatapnya dengan berbinar.

yi san buru-buru menghampiri sang kaisar yang menuntut jawaban.

" yang mulia, dia nona youhua puteri dari pemimpin sekte Wu." Kasim muda itu tampak khawatir dengan reaksi sang kaisar sedetik kemudian, dalam hati ia merutuki kelancangan Li Chung yang berani mengundang nona youhua tanpa seizin kaisar.

bukan kaisar namanya jika tak pandai menyembunyikan semua emosinya. kaisar Xie Yuen memasang senyum tipisnya yang ternyata membuat nona youhua yang masih setia memandangnya kini kegirangan.

" mari ikut denganku nona youhua.." ujar sang kaisar mengajak nona youhua pergi ke taman di belakang ruangan kerjanya.

nona youhua dengan segera melangkah menyamai sang kaisar, ia akan memberikan hadiah pada menteri Li Chung selepas ia kembali ke kediamannya nanti.

rombongan kaisar Xie Yuen segera berjalan mengikuti kaisar mereka, tidak ada yang berani bersuara atau kaisar akan merasa terusik.

selepas sepeminuman teh nona youhua telah pulang diantar beberapa pengawal kerajaan serta Kasim yi san sesuai perintah sang kaisar.

kaisar membenarkan helaian jubah kebesarannya yang terlihat sedikit berantakan, ia kemudian bergegas berjalan menuju paviliun menteri Li Chung.

sesampainya kaisar di paviliun Li Chung ia nampak terkejut karena mendapati sang menteri sekaligus sepupunya tampak berjalan mondar mandir dengan bibir komat kamit menggumamkan beberapa kalimat yang tidak kaisar mengerti.

" Li Chung.."

suara sang kaisar menginterupsi sang menteri pertahanan yang terlihat tidak wajar, sedetik kemudian Li Chung menoleh kearah snag kaisar yang kini menatapnya dengan tatapan tajam yang jarang di perlihatkan.

dengan ragu ragu Li Chung menghampiri sang kaisar yang kini berdiri di depan pintu utama paviliun peristirahatannya.

" yang mulia..." cicit Li Chung takut-takut.

kaisar Xie Yuen menoleh kepada para rombongan Kasim dan dayangnya, sekejap mata rombongan Kasim dan dayang segera undur diri dari tempat tersebut.

kaisar berjalan memasuki taman paviliun ia melihat-lihat keadaan taman tersebut yang nampak asri dan di penuhi aneka bunga-bunga.

" yang mulia maafkan aku, sungguh aku tidak bermaksud membuatmu marah karena nona youhua." ucap Li Chung yang merasa bersalah. ia tak memiliki niat jahat apapun terhadap kaisar, ia hanya ingin mengenalkan gadis manis seperti nona youhua pada sepupunya yang hingga kini masih setia hidup sendiri.

kaisar terdiam, jemarinya memetik setangkai bunga Peony yang tumbuh subur di taman itu.

" apa kau berniat menjodohkanku dengan nona youhua?" tanya sang kaisar langsung tanpa basa basi.

Li Chung menggigit bibir bawahnya karena khawatir, niatnya sebenarnya baik.

" sudah berapa lama yang mulia menjadi kaisar, apakah yang mulia tidak ingin memiliki ratu sebagai pendamping?" Li Chung tidak tahan lagi.

Li Chung tidak ingin sepupunya, keluarganya satu-satunya hidup sendiri selamanya.

kaisar muda itu tidak langsung menjawab, ia justru menyodorkan setangkai Peony yang baru saja di petiknya.

Li Chung mengerjap bingung, apa yang sedang di pikirkan oleh kaisar di hadapannya. ya Tuhan! pekiknya putus asa dalam hati.

" aku akan menikahi seseorang jika aku sudah ingin, untuk sekarang aku lebih suka seperti ini." jawab sang kaisar apa adanya.

kaisar Xie Yuen masih belum memiliki keinginan untuk mencari pendamping sebagai ratunya, ia merasa cukup dengan hidupnya saat ini, ia senang karena bisa memiliki teman seperti Wang Xian chao dan bahagia karena memiliki sepupu seperti Li Chung yang sangat peduli padanya.

" apa kau tidak memiliki seorang kekasih saat ini?" Li Chung penasaran, tidak ada salahnya ia bertanya hal pribadi seperti itu pada kaisar saat ini.

" tidak." tandas kaisar dengan tegas.

Li Chung berjalan menghampiri kaisar yang masih setia berdiri menikmati semerbak wangi bunga-bunga yang baru saja bermekaran.

jemari lentik Li Chung menyentuh bahu sang kaisar dengan pelan.

kaisar Xie Yuen menoleh, manik kelamnya beradu pandang dengan sepasang manik bulat besar sepupunya.

" apakah kutukan grand master xiao ren jadi kenyataan." gumam Li Chung mengingat kembali sepenggal kisah tragedi kelam di masa lalu pada masa kekaisaran pertama kerajaan Silk, ia dan sepupunya tentu belumlah lahir di masa itu namun paman Ming Zu lah yang menceritakan sebuah tragedi besar di istana Silk di masa lalu.

kaisar Xie Yuen terdiam mendengarnya, ia juga mengetahui perihal tragedi tersebut. dimana guru dari kakeknya mengutuk sang murid kesayangannya tanpa alasan yang tidak ia ketahui.

" apa kau berpikir aku akan meninggal karena kutukan jahat dari sekte wang yang juga memiliki ilmu sihir hitam sesuai cerita paman Ming Zu?"

Li Chung menggeleng takut, ia tidak akan pernah rela kehilangan satu-satunya keluarganya yang tersisa. semua keluarganya telah lama meninggal karena sebuah perang saudara karena memperebutkan batu permata Wuzia Yin yang konon senjata utama dewi Wu Lian Qing Dewi dari segala Dewi yang ada di muka bumi.

telah lama batu permata Wuzia Yin menghilang, tidak satupun dari mereka melihat batu permata tersebut, mungkinkah batu permata Wuzia Yin akan kembali hadir setelah sekian lama menghilang.

" apa kau ingin kutukan grand master jadi kenyataan?" Li Chung bertanya dengan raut wajahnya yang kebingungan.

" jika benar aku akan menikahi seorang pria dari salah satu sekte besar memangnya kenapa?" kaisar Xie Yuen berujar dengan penuh kegamangan.

Li Chung mendongak, bola matanya berpijar tidak nyaman. " demi seluruh Dewi yang ada di muka bumi ini, apa kau gila berencana menikahi seorang pria yang mulia?" kalimat pertanyaan itu begitu saja meluncur dari sepasang bibirnya.

" aku masih sehat dan waras dengan tidak menikahi siapapun." jawab sang kaisar dengan tegas.

" maksudku apa kau ingin kutukan grand master jadi kenyataan, kerajaan Silk bisa hancur jika kutukan grand master jadi kenyataan yang mulia." jelas Li Chung dengan cepat.

kaisar terkekeh pelan melihat sepupunya yang begitu khawatir tentang dirinya.

Li Chung menatap sang kaisar penuh tanda tanya.

" semua kutukan tidak akan terjadi jika kita hidup sesuai dengan jalan yang benar." timpal kaisar dengan senyuman tipisnya.

Li Chung terdiam mendengarkannya, ia sangat faham dengan tabiat sepupunya.

" ngomong-ngomong kau belum melaksanakan tugasku untuk mengunjungi bagian selatan kerajaan, aku dengar di daerah sansan banyak kejadian mengerikan yang tiba-tiba terjadi selama seminggu ini." dengan mudahnya sang kaisar membelokkan topik pembicaraan.

Li Chung menepuk pelan dahinya, ia benar-benar lupa dengan tugas yang telah kaisar berikan padanya hampir seminggu ini.

" maafkan hamba yang mulia, akan segera hamba laksanakan." ujar sang menteri pertahanan dengan sopan.

kaisar merebut tangkai bunga Peony yang sejak tadi di pegang oleh Li Chung, ia lantas bergegas pergi meninggalkan paviliun peristirahatan menteri pertahanan untuk melanjutkan kembali tugasnya.

Li Chung mengerjap beberapa kali selepas kepergian kaisar, segera saja ia melangkah cepat menuju kamarnya untuk mempersiapkan segala keperluannya selama ke sansan.

***** sekte wang *****

Wang Fei Li berlarian sambil memeluk bakul anyaman bambu yang berisikan beberapa sayur mayur yang baru saja ia petik dari kebun di belakang permukiman kediaman keluarga sekte wang.

raut wajah Fei Li begitu panik dan ketakutan.

" kakak!"

teriak Wang Fei Li seraya berlarian masuk ke halaman rumahnya yang tampak sepi pagi itu.

" kakak!!"

Fei Li kembali memanggil sang kakak yang sejak semalam tidak keluar dari dalam kamarnya karena tengah bermeditasi.

" kakak chao!!"

Fei Li meletakan bakul sayurannya dengan asal keatas lantai, ia berlarian memasuki kamar Wang Xian chao.

" kakak chao keluarlah!"

Wang Xian chao menghentikan meditasinya, ia bergegas keluar kamar karena mendengar suara kegaduhan adiknya.

" Fei Li, apa yang terjadi?"

sang ketua sekte wang bertanya dengan tenangnya.

Fei Li menubruk lengan kakaknya, deru nafasnya terdengar kencang dan wajahnya memerah.

" di sumur mata air xiu ada mayat anak laki-laki." lapor Fei Li dengan raut ketakutan.

tanpa menunggu lama Wang Xian chao bergegas pergi menuju sumur mata air xiu yang terletak beberapa ratus meter dari kediamannya, ia akan melihat apa yang sebenarnya terjadi.

sumur mata air xiu biasa di gunakan warga dari sekte wang untuk kebutuhan minum dan memasak, sumur mata air xiu bersumber dari air terjun dari gunung Mongsan, sedangkan untuk kebutuhan mencuci dan mandi warga biasa menggunakan air sungai yang mengalir di sekitar tepian pemukiman sekte wang yang berbatasan langsung dengan hutan belantara.

setibanya Wang Xian chao di sumur mata air xiu beberapa warga dari sekte wang sudah menunggu kedatangannya.

" ketua Wang.." seru jin wang salah satu teman sekaligus orang kepercayaan Wang Xian chao.

Wang Xian chao memperhatikan keadaan sekitar, manik kelamnya tertuju pada sebujur mayat anak laki-laki yang sudah kaku dan membiru, di leher anak tersebut terdapat sebuah tanda hitam yang ia ketahui sebagai tanda sesuatu.

" siapa yang pertama kali menemukan mayat anak laki-laki ini?" Wang Xian chao bertanya pada beberapa warga yang berkumpul bersamanya.

" nona Wang Fei Li ketua, dia tidak sengaja menginjak gundukan tanah di pinggir sumur ini." jawab salah seorang warga yang menyaksikan kejadian tersebut.

dahi Wang Xian chao mengernyit. " siapa semalam yang berjaga di sekitar pintu utama sekte wang?"

" aku dan yiu wang ketua." jawab jin wang.

" apa kau tidak menemukan hal mencurigakan semalam?" sang pemimpin sekte wang kembali bertanya pada jin wang.

jin wang dan yiu wang sama sama menggeleng tanda tidak tahu.

Wang Xian chao beralih menatap warga. " tolong angkat dan bawa jenazah anak laki-laki itu ke rumahku, aku dan paman Qin akan memeriksa penyebab kematian anak laki-laki itu." titahnya dengan aura penuh kharismanya pada beberapa warga yang hadir.

" baik ketua." jawab para warga dengan kompak.

***** kediaman ketua Wang *****

dengan seksama Wang Xian chao mengamati keadaan mayat anak laki-laki itu, ia seolah pernah bertemu dengan anak laki-laki tersebut namun entah dimana dan kapan Xian chao pun tidak mengingatnya.

ia berpikir sejenak, mengingat kembali kapan ia pernah bertemu dengan anak laki-laki itu.

~~ ( flashback ) ~~

dua tahun lalu....

" guru! guru!"

seorang anak laki-laki berusia delapan tahun dengan perawakan khas anak-anak seusianya tampak berlarian mengejar seorang laki-laki dewasa yang berjalan santai mendahului bocah berkulit putih bersih tersebut.

suara bocah itu melengking di tengah-tengah hutan siang itu, terik matahari mulai terasa menyengat dan lihatlah betapa dahi anak laki-laki itu di penuhi buliran peluh yang hampir menetes jatuh.

" guru tunggu aku!"

pekik bocah itu kembali karena masih tidak bisa menyamai langkah kaki pria dewasa yang ia panggil sebagai guru.

" kenapa jalanmu lambat sekali Li wei. " keluh sang pria dewasa tersebut setelah menghentikan langkah kakinya sejenak, memandang bocah delapan tahun yang baru saja ia panggil Li Wei, ia merasa kasihan melihat muridnya kesulitan mengatur nafas karena berjalan cepat menyusulnya.

bibir Li Wei mengerucut kesal. " guru yang jalannya cepat sekali." oceh sang bocah dengan mengelap peluh yang membanjiri dahi dan pelipisnya menggunakan lengan baju yang di pakainya.

pria dewasa yang di panggil guru oleh bocah itu tertawa senang mendengar keluhan dari muridnya.

" baiklah, kita istirahat dulu di bawah pohon itu." ujar sang guru menunjuk sebuah pohon besar yang berdaun lebat nan rindang di tepian sungai.

bocah itu mengangguk semangat, akhirnya ia bisa beristirahat sejenak.

guru dan murid itu lantas duduk berteduh di bawah pohon besar tersebut.

" Li Wei.."

sang guru memanggil bocah itu yang ternyata tengah mengambil air minum untuknya.

alis tebal guru itu terangkat naik saat mendapati orang asing yang berjalan menghampiri muridnya, segera pria dewasa itu menghampiri bocah polos yang sudah menjadi muridnya selama setahun belakangan itu secara diam-diam.

" Li Wei.." ulang sang guru pada muridnya yang baru saja selesai berbincang sejenak dengan orang asing yang baru di temuinya.

" apakah anda yang mulia kaisar Xie Yuen?" tanya orang asing itu dengan penuh kesopanan.

pria dewasa yang menjadi guru Li Wei tersenyum tipis, sangat tipis hingga jika penglihatan pria asing itu tidak jeli ia tidak akan tahu kalau pria yang ia tebak sebagai kaisar kerajaan Silk itu tersenyum padanya.

" tidak aku sangka ada rakyatku yang sangat mengenalku hingga saat aku menyamar menjadi orang biasa seperti ini masih bisa untuk kau kenali tuan." celoteh sang guru dari Li Wei yang ternyata adalah seorang kaisar dari Silk.

pria asing di hadapan kaisar dan Li Wei merasa tersanjung mendengar tutur kata sang kaisar yang begitu ramah.

" hamba Wang Xian chao dari sekte wang, hormat pada yang mulia kaisar Xie Yuen.." pria asing yang ternyata Wang Xian chao itu segera memberikan penghormatan pada kaisar di hadapannya.

" kau kerabat dari tuan Qin?" kaisar bertanya dengan nada penasaran. sudah sangat lama ia tidak bertemu dengan Qin Lang penatua dari sekte wang.

" benar yang mulia, hamba keponakan dari paman Qin." jawab Wang Xian chao sopan.

***** at present *****

genggaman tangannya pada pedang kesayangannya mengerat, Xian chao ingat kalau mayat bocah laki-laki di depannya saat ini ialah murid dari kaisar Xie Yuen.

apa yang terjadi pada anak ini hingga meninggal dengan cara misterius seperti itu. batin Xian chao kebingungan.

paman Qin mengamati raut wajah keponakannya yang meredup. " apa kau mengenal bocah ini, dia bukan dari sekte wang." tanya sang paman kebingungan.

manik kelam Xian chao bergerak resah. " dia adalah murid dari yang mulia kaisar.." bisiknya pelan yang masih dapat di dengar dengan baik oleh paman Qin.

" APA??"

***** istana Silk *****

yi san setengah berlari menyusuri lorong istana menuju ruangan sang kaisar, tamu tak di undang yang datang di aula istana saat ini membuat jantungnya hampir meloncat keluar dari tempatnya.

pintu ruang kerja kaisar terbuka kasar tanpa di ketuk terlebih dahulu, sang kaisar menatap tajam sang pelaku yang tak lain adalah Kasim yi san.

" maafkan hamba yang mulia tt-ttapi ada pemimpin Wang yang datang berkunjung menemui yang mulia sekarang." ucap sang Kasim terbata.

sang kaisar langsung terbangun dari posisi duduknya, dadanya berdebar kencang karena mendengar kedatangan Wang Xian chao saat ini, apa gerangan yang membuat pemimpin Wang datang menemuinya secara terbuka di istana tanpa kabar terlebih dulu.

kaisar berjalan cepat meninggalkan ruang kerjanya di ikuti para Kasim dan dayang di belakangnya.

Wang Xian chao berdiri di tengah aula pertemuan istana menunggu kedatangan kaisar.

" pemimpin Wang..." panggil sang kaisar setelah tiba di pintu aula pertemuan.

Wang Xian chao menoleh, membalikan tubuhnya untuk berhadapan dengan sang kaisar yang semakin menawan dari sejak pertemuan terakhir keduanya hampir sebulan yang lalu.

Wang Xian chao membungkuk hormat pada sang kaisar.

" maaf atas kelancangan hamba tiba-tiba datang meminta bertemu dengan yang mulia." ujar Xian chao dengan penuh kesopanan.

sang kaisar mengernyit heran, apa gerangan yang terjadi hingga Xian chao berani menemuinya seperti ini.

" apa yang terjadi pemimpin Wang?" tanya sang raja dengan raut penasaran.

Wang Xian chao berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari kaisar.

" Li Wei... dia sudah meninggal yang mulia." jawab Xian chao hati-hati.

sang kaisar terbelalak karena terkejut, telinganya berdengung mendengar nama murid satu-satunya di sebutkan, apa yang terjadi hingga Li Wei meninggal secara tiba-tiba seperti itu.

" apa yang terjadi padanya?" kaisar tanpa sadar bertanya dengan raut wajahnya yang pucat, Wang Xian chao khawatir dengan kondisi kaisar saat ini.

Wang Xian chao tidak menjawab, ia menggeleng pelan tanda tidak tahu.

****** to be continued ******