2 Chapter 2

Selama 7 tahun Nattarin berusaha keras untuk tamat dari sekolah dan memperoleh beasiswa untuk bisa masuk ke universitas idaman nya, walau harus dibully dengan mengatakan kalo Nattarin adalah anak seorang koruptor. Seakan sudah biasa dia mendengar kata-kata itu yang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Sambil kuliah, Nattarin berusaha mencari pekerjaan. Apa saja mau dilakukan Kana asalkan itu halal. Akhirnya Nattarin mendapatkan pekerjaan sebagai seorang barista merangkap pelayan di sebuah cafe dengan nama Coffee Prince. Walaupun pekerjaan tersebut sangat melelahkan, tapi dia rela mengerjakannya karena ingin membahagiakan ibunya, yang sudah tanpa sepengetahuan nya meminjam uang pada seorang rentenir yang merupakan mafia terkejam di kotanya.

"Nak, ada yang mau mama bicarakan denganmu." ujar Jade saat anaknya tengah menikmati makan malamnya.

"Iya ma. Ada apa?" tanya Nattarin memutar badannya menghadap sang ibu.

"Nak ... sebelumnya mama meminta maaf sama Nat kalo mama telah melakukan kesalahan yang mungkin sangat besar. Mama ... mama ...."

"Ada apa ma? Mama bicara saja. Jangan membuatku takut." tanya Nattarin pada Jade yang tertunduk.

"Begini ... mama berhutang besar sekali dengan seorang rentenir. Mama pernah berjanji kalo mama akan melunasinya setelah Nat menerima gaji. Tapi mama tidak membayarnya dan kembali berhutang lagi dengan rentenir itu. Total hutang mama sekarang mencapai 100 juta." tangis jade.

"A-apa?! 100 juta? I-itu ba-banyak sekali ma. Nat kerja sampai beberapa tahun juga gak bakalan dapat angka segitu." kesal Nattarin sambil tertunduk.

"Mama tahu nak. Maka dari itu mama benar-benar meminta maaf sama Nat" sesal Jade.

"Gini saja ma. Nat akan menyicil hutang mama sampai lunas dan Nat akan mencari uang tambahan lain." ujar Nattarin.

"Tidak nak. Rentenir itu bilang Nat gak perlu menyicil hutang mama lagi, karena..."

"Karena apa ma?" Tanya Nattarin penasaran.

"Karena rentenir itu jatuh cinta pada Nat. Nama rentenir itu Bryan." jawab Jade.

"Bryan? Bryan McEden? Mafia yang terkenal dingin, cuek dan kejam itu?" kaget Nattarin.

"Iya nak. Besok dia akan datang membawamu pergi" ujar Jade

Mendengar itu Nattarin pun berjalan gontai ke menuju kamarnya. Dia pun terduduk lemas di lantai kamarnya dan menangis keras. Nattarin menganggap kalo dia sudah dijual ibunya pada seorang rentenir yang dia sendiri pun tidak pernah melihat wajahnya. Tapi demi kebahagiaan sang ibu, Nattarin pun rela walau harus menikahi rentenir itu.

"Jade, dimana anakmu? Aku ingin bertemu" ujar Bryan dengan suara baritone nya pada Jade.

"Tu-tuan ... pagi sekali tuan kesini. Se-sebentar akan aku bangunkan anakku dulu" jawab Jade yang hendak keatas tapi ditarik Bryan.

"Tidak usah. Biar aku saja. Kamu hanya cukup tunjukkan dimana kamarnya" ujar Bryan.

"Ba-baiklah. Tuan naik keatas, kemudian belok kiri. Ruang ketiga itu kamar tidur Nat" jawab Jade yang memberi arahan pada Bryan dimana kamar tidur Nattarin.

Bryan pun naik keatas, sementara anak buahnya yang lain berjaga-jaga dibawah. Seperti arah yang ditunjukkan Jade, akhirnya Bryan menemukan kamar Nattarin dan saat masuk Bryan melihat kalo Nattarin tengah tertidur di lantai dengan posisi tengkurap. Bryan pun mengangkat tubuh Nattarin dan kaget saat mendapati tubuh nya sangat panas. Bryan pun langsung membawa tubuh Nattarrin menuju rumah sakit.

"Tuan, ada apa dengan anakku?" Tanya Jade saat melihat Bryan membawa tubuh Nattarin keluar dari rumahnya.

"Ibu macam apa kamu ini!! Anak demam masa kamu tidak perduli?" maki Bryan pada Jade yang membuatnya kaget.

Bryan pun membawa tubuh Nattarin masuk ke mobil menuju rumah sakit. Dalam perjalanan Bryan menelepon Krist yang merupakan dokter sekaligus sahabatnya untuk menyiapkan ruang UGD bagi orang yang akan dia bawa tersebut. Sampai di rumah sakit, Krist telah menyiapkan semuanya dan membawa Nattarin masuk ke ruang UGD. Setelah hampir 40 menit, Krist keluar mengabarkan kalo Nattarin hanya stress sehingga menjadi demam. Bryan pun lega.

Tak berapa lama Nattarin sadar dan terlonjak kaget melihat orang yang tak dikenalnya berada di samping tempat tidurnya. Bryan pun ikut kaget, tapi setelah itu dia pun bisa meredamnya.

"Si-siapa kamu?" tanya Gulf yang melonjak kaget.

"Aku Bryan McEden. Sekarang kamu sudah menjadi milikku. Kamu tahu kalo kamu lagi sakit. Jadi sekarang istirahatlah. Setelah kamu sembuh, aku akan membawamu kerja dirumahku." ucap Bryan sambil memotong buah untuk Kana.

"Bryan ... Bryan McEden?" Kaget Nattarin.

"Tidak usah kaget seperti itu. Aku ini bukan seperti yang dikatakan orang-orang kalo aku ini orang yang kejam." ujar Bryan.

"Aku berada di rumah sakit....."

"Karena kamu sedang sakit. Kamu stress sampai jadi sakit. Katakan padaku apa kamu sakit karena kamu dijual mama mu padaku?" Tanya Bryan.

"Ya ... begitulah" jawab Nattarin.

"Kamu dijual padaku juga tidak gratis. Kamu harus kerja dirumahku mengurus adikku yang sedang cacat." ucap Bryan.

"Adikmu cacat kenapa?" Tanya Nattarin sembari mengambil buah yang ditawarkan Bryan.

"Kecelakaan dan sekarang lumpuh" jawab Bryan.

"Jadi tugasku hanya....."

"Hanya memberinya makan dan mengurus segala kebutuhannya. Kalo bisa bantu dia untuk berjalan." ujar Bryan.

"Hanya itu?" Tanya Nattarin.

"Hanya itu. Memangnya kenapa?" Tanya Bryan kembali.

"Kamu tahu kalo aku juga mempunyai pekerjaan sebagai barista dan kasir di coffee prince dan aku..."

"Lanjutkan pekerjaanmu disana. Aku tidak akan mengganggunya" jawab Bryan.

"Aku mengambil shift siang sampai malam jam 10. Bagaimana dengan adikmu?" Tanya Nattarin.

"Kamu hanya perlu mengurusnya di akhir pekan. Setelah itu kamu masih bisa melanjutkan pekerjaanmu di cafe itu kan." ujar Bryan.

"Deal" ujar Nattarin.

Jujur saja saat itu Bryan yang baru melihat Nattarin langsung jatuh cinta dengan kemanisan seorang Nattarin dan menginginkan dia sepenuhnya menjadi miliknya.

1 minggu setelah itu, Nattarin pun keluar dari rumah sakit setelah keadaannya membaik. Tapi Nattarin sangat sedih karena tidak mendapat kunjungan dari sang ibu.

"Kana terlihat sedih. Ada apa?" Tanya Bryan.

"Tidak tuan" jawab Nattarin seadanya.

"Jangan panggil tuan. Kalo kita lagi berdua panggil Eden saja" ucap Bryan.

"Tapi kan Nat dijual mama ku pada tuan dan sudah seharusnya kalo Nat manggil dengan sebutan tuan" jawab Nattarin.

"Aahhh ... baiklah manis. Apa katamu saja" jawab Bryan yang membuat hati Nattarin berdetak tak karuan.

Sesampainya di mansion, Bryan menyuruh Joe membawakan koper Nattarin ke kamarnya yang akan dia tempati tepatnya di sebelah kamar Bryan yang berseberangan dengan kamar adiknya, Perth. Mew pun mengetuk kamar Perth kemudian masuk.

"Perth, ada yang ingin kakak kenalkan padamu" ujar Bryan sambil duduk di samping kursi roda Perth.

"Siapa lagi yang mau kak Bryan kenalkan?" tanya Perth menatap tajam pada kakaknya.

"Dia sangat polos dan baik hati. Juga sangat friendly. Kalian pasti cocok" jawab Bryan.

"Apa dia bisa membantuku untuk berjalan? Jika dia bisa melakukan itu, aku janji akan melakukan apa saja untuk dia dan kakak." janji Perth.

"Benarkah? Kamu akan melakukan apapun termasuk membantu kakak di perusahaan?" tanya Bryan.

"Iya. Apapun itu, kecuali membunuh." jawab Perth.

"Ya tentu saja tidak mungkin kakak menyuruh kamu untuk membunuh. Kakak juga tidak mau kalo kamu masuk penjara nantinya" ujar Bryan.

"Siapa dia?" tanya Perth.

"Namanya Nattarin. Dia dijual ibunya padaku karena berhutang ratusan juta" jawab Bryan.

"Kasihan sekali. Boleh aku bertemu dengannya?" tanya Perth.

"Tentu saja. Nanti makan malam turunlah. Oh ya, dia akan mengurusmu Sabtu dan Minggu saja karena dia juga bekerja sebagai barista di cafemu" ujar Bryan.

"Oh ya? Nanti akan kutanya pada pekerja yang lain. Dia mengambil shift pagi ato shift siang?" tanya Perth mulai penasaran.

"Sepertinya shift siang. Soalnya dia selalu pulang jam 10 malam" jawab Bryan.

"Baiklah. Nanti malam aku mau bertemu dengan Nattarin" ucap Perth dengan wajah sumringah yang sedikit membuat Bryan kaget. Pasalnya Perth tidak pernah tersenyum jika kakaknya membicarakan seseorang.

"Kenapa tidak sekarang saja? Dia sedang berada di kamarnya yang berseberangan dengan kamarmu." tanya Bryan.

"Boleh juga" jawab Perth yang kemudian dibantu Bryan untuk mendorong kursi rodanya dan membuka pintu kamarnya.

Tok ... tok ... tok

"Tuan Bryan ... ini..."

"Ini adikku, Perth yang akan kamu urus nanti Sabtu dan Minggu" jawab Bryan.

"Perth? Barista terkenal yang selalu digilai para wanita dimana saja? Terus .. terus Perth yang katanya juga pernah membuka cafe itu kan? Nama cafenya ...."

"Coffee Prince" jawab Mew.

1

2

3

4

5

"Bentar .. bentar. Tadi tuan mengatakan apa? Coffee Prince?" Tanya Nattarin tak percaya.

"Iya. Coffee Prince" jawab Bryan.

"Ja-jadi adik tuan Perth pe-pemilik ca-cafe tem-tempat Nat bekerja?" Tanya Nattarin tergagap.

"Iya. Perth pemilik cafe Coffee Prince , tempatmu bekerja" jawab Bryan yang membuat mulut Nattarin menganga saking kagetnya.

avataravatar
Next chapter