17 KING BULLYING - FLASH BACK (GALENA)

"Galena Zaviera Moore."

Merasa namanya di panggil,  Galena segera berdiri dari tempat duduknya dan segera naik ke atas panggung di susul dengan suara tepukan tangan yang begitu meriah.

Hanya seulas senyuman tipis saja yang Galena tunjukkan ketika sudah berada di atas panggung untuk serah—terima penghargaan prestasi Galena dalam bidang akademik dan menyandang status sebagai murid teladan diantara satu angkatannya.

Hari ini adalah hari kelulusan Galena dari masa putih birunya. Galena dengan sifat kaku, dingin dan cerdas di atas rata-rata membuat tak banyak orang yang mau berteman dengan Galena. Orang-orang cenderung menyebut Galena egois. Padahal, orang seperti Galena hanya membutuhkan rangkulan, bukan cemoohan.

Masa SMP Galena tak seindah yang di bayangkan. Mengikuti kelas akselerasi alias hanya sekolah SMP selama dua tahun, Galena telah menyumbangkan beberapa prestasi untuk sekolah.

Diantaranya Galena pernah juara kedua seprovinsi dalam rangka lomba matematika. Menjuari lomba bahasa Inggris tingkat nasional dan juara pertama O2SN tingkat nasional dalam mata pelajaran IPA.

Apa yang sudah Galena kehendaki, Ia tak akan setengah-setengah untuk apa yang di inginkannya. Apapun resikonya, Galena tak akan pernah takut berjuang untuk menggapai mimpi.Saking tertutupnya seorang Galena, teman kelasnya tak pernah mendengar sedikitpun gosip bahwa Galena menyukai laki-laki. 

Walaupun mereka tahu tak sedikit laki-laki yang menyukai gadis berhati dingin tersebut.Tak sedikit juga teman-teman Galena menyebut Galena sebagai mannequin berjalan. Galena hanya berbicara ketika merasa bahwa Ia harus berbicara. Tak sekalipun Galena terlibat menggosipi seseorang bersama segerombolan anak perempuan. Sudah terbayang bukan sekaku dan sedingin apa Galena pada masanya?

Walaupun begitu, Galena tetaplah perempuan normal. Apa lagi di masa-masa remaja seperti ini, hampir semua orang mengalami yang namanya jatuh cinta. Termasuk Galena.

"Galena," Tubuh Galena membeku di tempat mendengar suara bariton yang sangat ia kenal memanggilnya. 

NamunGalena segera mengontrol dirinya dan mengumpulkan keberanian untuk menghadapi dia.Galena tersenyum kaku, tak bisa di pungkiri jika Galena semakin gugup ketika cowok itu mengulurkan tangannya kepada Galena, mengajak bersalaman.

"Congratulations Glen," ujarnya.

Galenamembalas uluran tangan, begitu kaku, seperti robot yang sedang bersalaman sesuai perintah.

"Oh, thank's,"  mendadak Galena kehilangan kata-kata.

Cowokitu mengulum senyuman, menahan diri agar tidak menertawai Galena yang saat ini terlihat begitu menggemaskan.Gadis kaku itu, sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya.

"Lo lanjut kemana?" Untuk pertama kalinya juga, Galena berani membuka pembicaraan terlebih dahulu.Suatu kemajuan besar dalam hubungan asmara.

"Bokap gue pindah kerja ke Singapura, kayaknya gue lanjut disana." Jelasnya.

Bingung hendak menjawab apa, akhirnya Galena hanya bisa mengangguk pelan.

"Oh, gitu," gumam Galena.

"Lo sendiri kemana? Dengan nilai dan prestasi lo, gue yakin bisa masuk sekolah mana pun yang lo mau,"

Galena berdecih sinis dan tersenyum kecil. Ia tak sehebat yang orang-orang katakan.Hanya kedikan bahu yang bisa Galena balas. "Gue gak sepintar itu. Lagian juga gue masih gak tau mau lanjut kemana,"

Cowokitu mengencangkan senyumannya. "Good luck, dari manapun jalannya, gue yakin lo bisa jadi orang hebat," Galena mengangguk, dalam hati Ia mengamini perkataannya.

Sebelum cowok itu pergi, Galena menarik ujung jas cowok itu, menahan agar tidak langsung pergi. "Roland. Nice to meet you." 

Cowok itu, Roland, tersenyum manis, menatap Galena penuh damba. "Asal lo tau, gue masih sayang sama lo." 

Hanyaseulas senyuman tipis yang Galena tunjukkan, membiarkan Roland pergi dari hadapannya dengan sejuta perasaan. 

Cinta pertama Galena. Walau tak pernah bersama, tak bisa bersatu, setidaknya, akhir dari kisah mereka tidak bertepuk sebelah tangan.

***

Galena jalan terburu-buru keluar gerbang sekolah. Setelah acara wisuda SMP selesai, orang suruhan ayahnya, sudah menunggu Galena sejak tadi di depan sekolah. 

Namun sayang, langkah kakinya harus terhenti ketika seorang cowok dari arah berlawanan sedang jalan terburu-buru dan menabrak bahunya. Menyebabkan buket bunga yang di bawa cowok itu jatuh ke tanah.

"Sial," umpat cowok itu.

"Vano!" Cowok yang menabrak Galena menoleh ke arah sumber suara. 

Sadarapa yang sedang terjadi, cowok itu menatap Galena dengan tatapan menyalang. "Eh, lo, tanggung jawab, buket bunga gue jatuh," omel cowok itu.

"Gak usah manja, ambil sendiri. Punya tangan kan." Ketus Galena lalu meninggalkan cowok itu begitu saja.

Cowok itu, Vano, berkacak pinggang menatap Galena yang semakin menjauh. "

Awas aja kalo tuh cewek ketemu gue, habis lo sama gue."

Siapasangka, pertemuan mereka mengukir sebuah garis takdir yang membawa mereka ke lorong perjuangan.

avataravatar
Next chapter