1 Dikejar Madesh

"Jangan lari, Azura! Kau tidak akan bisa pergi ke manapun! Kau harus mati sekarang, Azura! Sudah saatnya nyawamu kau serahkan padaku!" ujar seseorang yang terus mengejar Azura dari belakang.

"Tidak! Jangan mendekat! Pergi! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau ikut denganmu! Cepat tinggalkan aku! Tolong ada orang jahat! Tolong aku!" teriak Azura meminta pertolongan sambil terus berlari secepat mungkin.

Namun sayangnya orang itu terus mengejar Azura tanpa henti. Seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam dengan jubah hitam dan membawa sebuah tongkat yang memiliki mata pisau yang tajam.

Namun wajahnya tak terlihat dengan jelas hanya saja jika dilihat dari penampilannya dia seperti dewa kematian alias Dewa Madesh si pencabut nyawa.

Azura terus berlari dengan sekuat tenaga supaya bisa terhindar daei kejaran Madesh. Namun karena pada dasarnya Azura hanyalah manusia biasa ia mulai merasa kakinya lelah dan pegal.

Tenaganya makin lama makin terkuras karena ia sudah berlari begitu jauh. Bahkan tenggorokannya mulai mengering dan ia menjadi kehausan.

"Tidak bisa seperti ini! Aku benar-benar akan mati jika terus-terusan berlari! Aku harus menemukan tempat untuk bersembunyi supaya aku bisa beristirahat dan tidak tertangkap olehnya!" gumam Azura yang terus berlari sambil melihat-lihat tempat yang bisa ia gunakan untuk tempat persembunyian.

Akhirnya Azura menemukan sebuah jalan di antara tembok besar yang menjulang tinggi. Karena sudah tidak kuat berlari lagi dan Azura merasa jika Madesh masih jauh di belakangnya maka Azura memutuskan untuk bersembunyi di tempat itu.

Azura pun bersembunyi di balik tembok besar berwarna kecoklatan itu sambil mengatur nafasnya yang tersengal. Sesekali Azura mengintip untuk mengecek jika Madesh tidak bisa menemukan keberdaannya.

"Semoga saja dia tidak berhasil menemukan aku! Mama, Papa, Azura takut," gumam Azura pelan yang kini menyenderkan tubuhnya di tembok besar itu.

Tak lama Azura mendengar suara Madesh yang rupanya sudah berada di dekat sana. Suara yang begitu ia takuti dan sosok yang ingin ia hindari.

"Azura… di mana kamu? Ke manapun kamu sembunyi kamu tidak akan bisa lari dariku! Azura… oh Azura…," teriak Madesh memanggil-manggil namanya.

Azura langsung menutup mulutnya dengan begitu erat supaya ia tak bersuara. Tubuhnya gemetaran dan keringatnya bercucuran karena saking takutnya tertangkap oleh Madesh.

"Azura… oh Azura… di mana kamu? Jangan sampai aku menemukanmu… Azura… oh Azura… Apa kamu pergi ke arah sana? Ayo jawab Azura," teriak Madesh lagi yang memanggil Azura.

Namun Azura tetap tak bersuara karena ia enggan tertangkap oleh Madesh. Dan suara Madesh semakin lama semakin menjauh dan menghilang.

Azura merasa jika Madesh sudah pergi dari sana dan ia memberanikan diri untuk mengecek Apakah Madesh masih di sana atau tidak. Dan rupanya setelah Azura cek Madesh benar-benar tidak ada di sana.

Azura langsung menghela nafas karena saking leganya bisa lolos dari kejaran Madesh. Azura sampai terduduk lemas karena kakinya sudah digunakan untuk berlari sangat lama dan jauh.

"Syukurlah aku masih bisa selamat! Aku benar-benar takut ditangkap olehnya," gumam Azura yang masih merasa ketakutan.

Saat Azura sudah merasa lega dan aman tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh suara yang begitu familiar di telinganya. Suara yang berasal dari samping kanannya dan tepat di telinganya.

"Kamu takut ditangkap oleh siapa?" tanya seseorang yang berada di samping Azura.

Deg!

Azura langsung terpaku mendengar suara itu. Ia baru ingat jika yang ia dengar barusan begitu mirip dengan suara seseorang yang mengejar-ngejar dirinya tadi.

'K-kenapa suaranya mirip dengan suara tadi? Jangan-jangan dia...,' batin Azura yang tubuhnya kembali gemetar karena ketakutan.

Azura pun perlahan menengok ke kanan untuk melihat siapa yang berbicara. Dan saat Azura sudah melihat sosok yang di sampingnya itu ternyata benar jika dia adalah orang yang mengejar-ngejar dirinya tadi alias Madesh.

"Hai," sapa Madesh lalu tersenyum.

"Aaaaargh!" teriak Azura dengan sangat kencang sampai-sampai ia terbangun dari tidurnya.

Nafas Azura tersengal tubuhnya berkeringat setelah ia bangun dari tidurnya. Azura melihat ke sekelilingnya untuk memastikan apakah yang ia alami barusan adalah kejadian nyata atau bukan. Dan rupanya kejadian tadi hanyalah mimpi.

"Syukurlah rupanya semua itu hanya mimpi," gumam Azura yang merasa lega dan kembali mengatur nafasnya.

Karena teriakan Azura yang begitu keras mamanya sampai masuk ke dalam kamar Azura untuk melihat keadaannya. Mama Azura bergegas menghampiri Azura yang tengah terduduk di atas ranjangnya.

"Azura, kamu kenapa?" tanya mama Azura yang kini sudah berada di dalam Azura dan duduk di sampingnya.

"Mama, Azura memimpikan orang itu lagi!" jawab Azura dengan jujur.

"Apakah maksudmu orang yang menginginkan nyawamu?" tanya mama Azura memastikan.

Dua hari sebelumnya Azura memang sudah mengalami mimpi yang sama seperti ini. Hanya saja kali ini Azura merasa jika mimpinya tadi seperti sungguhan. Timbul lagi rasa ketakutan dalam mimpi Azura.

Azura langsung memeluk mamanya dengan begitu erat. Azura takut jika hal itu benar-benar akan terjadi nanti.

"Mama, Azura belum siap pergi, Azura tidak mau meninggalkan Mama dan Papa!" ujar Azura yang sampai menitikkan air mata.

Mama Azura tidak menyangka jika mimpi sang putri sampai membuat putrinya ketakutan seperti ini. Namun menurut mama Azura mimpi hanyalah mimpi dan tak ada kaitannya dengan dunia nyata.

Mama Azura pun melepaskan pelukan mereka dan menggenggam kedua tangan Azura dengan erat. Ditatapnya mata Azura dalam-dalam lalu beliau memberitahu Azura apa yang dipikirkannya.

"Sayangku, dengarkan Mama! Mama tahu kamu pasti sangat ketakutan dengan mimpimu tetapi kamu harus berpikir realistis! Mimpi itu hanya bunga tidur Sayang jadi kamu tidak perlu sampai setakut ini," ujar mama Azura memberi nasehat.

"Tetapi kali ini rasanya seperti nyata, Ma! Azura takut jika waktu Azura memang sudah tidak lama lagi! Azura juga takut sendirian di dunia sana tanpa Mama dan Papa! Azura tidak mau, Ma!" rengek Azura layaknya anak kecil.

Mama Azura mencoba memikirkan solusi yang terbaik. Namun karena hari ini Azura harus berangkat bekerja jadi mama Azura meminta Azura untuk berangkat bekerja terlebih dahulu.

"Kita lanjutkan nanti sekarang sudah waktunya kamu kerja! Nanti sepulang kerja barulah kita rundingan cara yang tepat untuk mengatasi mimpi burukmu, oke?" bujuk mama Azura.

Azura hanya mengangguk tanda menuruti perintah mamanya. Akhirnya usai mengatakan hal itu mamanya Azura keluar dari kamar Azura agar Azura bisa bersiap-siap ke kantor.

"Sebenarnya ada apa denganku? Kenapa aku memimpikan dirinya sampai 3 kali? Apakah ini hal yang wajar?" gumam Azura yang bingung.

Akhirnya Azura bergegas untuk membersihkan diri dan berdandan dengan rapi menuju ke kantor.

TBC...

avataravatar
Next chapter