25 suasana hati

Suasana yang biasa terasa hangat kini seolah mencekam, dingin dan penuh dengan aura asing menurut Raja. Entah mengapa dia merasa segan di rumahnya sendiri, belum lagi mimik wajah Khaira yang seolah enggan di ajak berbincang santai. Mungkin semua karena kehadiran satu sosok yang sedari habis subuh tadi sudah berkutat di dapur. Biasa nya Khaira yang menguasai wilayah itu, namun kini untuk memutar leher guna mengintip ke arah itu pun Khaira enggan.

Menu sarapan mereka sudah terhidang oleh Fara, namun Khaira sama sekali tidak menyentuhnya. Ia lebih memilih roti berselai coklat dari pada seporsi nasi goreng telor buatan Fara. Entahlah rasanya apapun yang berhubungan dengan mama nya Khaira tidak ingin terlihat di dalamnya.

"Hari ini jadwal kita periksa baby kan?" Suara Raja yang menginterupsi membuat Khaira mengangkat kepalanya. Dia mengangguk sebentar sebelum menjawab, "Iya, sama kamu kan? Aku juga mau sekalian ke rumah Foni."

"Iya aku pulang sekitar jam sepuluh," lalu Raja bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah fatah yang berada di seberang meja. Setelah sampai dia menurunkan badannya tepat di perut Khaira yang sudah menunjukkan sedikit tonjolan. "Papa pergi dulu ya nak, jangan nakal kasihan mama kalau capek." Ucapnya yang ditutup dengan satu bubuh kecupan disana. "Aku berangkat dulu ya, Kamu jangan rewel nanti jam sepuluh aku jemput," pesan Raja kemudian menyium singkat kening Khaira.

Dia beralih ke dapur, tempat di mana ibu mertuanya sedari tadi berada sambil memperhatikan mereka, jangan kira Raja tidak tau. Dia tau dan sangat sadar bahwa sedari tadi Fara memperhatikan mereka. Bukannya tidak ingin mengajak Fara untuk bergabung, tapi Raja ingin melihat sampai mana batas nyaman istrinya. Dia tidak ingin jika istrinya nanti merasa risih di rumah mereka sendiri, untuk itu kali ini Raja memberi kan ruang untuk Khaira agar wanita itu merasa aman dan nyaman saat melakukan aktivitasnya.

Sedangkan Khaira sendiri, dia hanya membiarkan Raja tanpa berniat mencegah saat kaki jenjang suaminya melangkah ke dapur. Dia butuh waktu untuk menerima kehadiran Fara yang tiba-tiba, bagaimana pun dia harus membuat suasana hatinya baik agar anaknya pun tidak bertingkah di dalam perutnya.

"Ma, aku pamit ya. Titip Khaira, biasanya jam lapanan nanti dia nyari cemilan. Tolong beri yang ada di atas lemari ya ma, tapi kalau dia gak mau nerima, tolong jangan di paksa ya ma." sayup-sayup Khaira mendengar suara Raja, namun tidak mendengar balasan dari mama nya. Seolah berlagak tidak peduli, Khaira kembali melanjutkan sarapannya.

Setelah suara kendaraan milik Raja menghilang, Khaira hendak bangkit untuk kembali ke kamar namun urung saat tiba-tiba semangkuk salad buah terhidang dihadapannya. Pelakunya siapa lagi kalau bukan mamanya, Fara. Khaira segera membuang muka tanda bahwa dia menolak yang tak luput dari penglihatan Fara, ada nyeri di hatinya melihat hal itu namun mau bagaimana lagi memang ini lah konsekuensi nya. Dia harus lebih bersabar untuk menghadapi Khaira jika ingin anaknya kembali seperti dulu.

"Mama buatin salad, ibu hamil bagus loh makan buah biar air ketubannya tetap bersih dan bayi kamu sehat di dalam sana."

"Aku udah kenyang, juga  lagi gak mood makan buah," sahut Khaira ketus.

"Tapi mama pengen lihat kamu makan ini Ra, mama udah bela-belain buat salad ini untuk kamu.  Gak bisa kamu nyicip sedikit?" Melihat raut memelas dari sang mama membuat Khaira tak tega, bagaimanapun dia masih punya hati dan sebagian hatinya masih sangat menyayangi Fara.

Dengan berat hati dia mengambil garpu yang sudah ada di piring, lalu menusuk satu potong pepaya untuk dimakan.

"Udah kan, aku mau balik ke kamar."

Fear langsung menahan lengan Khaira. "Ra mama mau ngomong bentar. Jangan pergi dulu."

"Gak ada yang perlu di omongin lagi, semua penjelasan mama udah telat dan aku juga udah gak butuh. Sekarang kita jalanin hidup masing-masing aja, karena penjelasan apapun yang akan mama katakan gak akan berpengaruh untuk aku. Udah cukup lama aku nunggu mama dan ketika waktu aku habis maka hati aku udah gak butuh semuanya lagi."

"Tapi mama mau ngomong sebentar sama kamu, mama tau kamu masih marah Ra, mama juga sadar mama yang salah disini karena ninggalin kamu. Untuk itu mama mau minta maaf, meskipun saat ini kamu sedang tidak ingin mendengar omongan mama."

"Kalau mama cuma mau minta maaf, aku udah lama maafin mama, karena gimana pun mama tetap mama nya aku gak ada yang bisa mengubah fakta itu. Yaudah lah, mama pulang aja aku yakin suami mama lebih butuh mama."

"Kok kamu gitu ngomongnya, dia papa kamu juga Ra bukan cuma suami mama," ujar Fara cepat.

"Aku gak pernah mau punya papa ataupun mama baru. Bagiku orang tua ku cuma dua, udah lah aku capek. Aku mau istirahat,"

Lalu Khaira bangkit dan  kembali ke kamar, menyisakan Fara yang menatap sendu tempat dimana putrinya hilang demi apapun dia sungguh menyesal telah menyia-nyiakan anaknya seperti itu.

Di dalam kamar Khaira langsung merebahkan tubuhnya di kasur, dia butuh tidur untuk  melupakan sejenak masalahnya, lagi pula semalam tidurnya terasa kurang. Matanya begitu berat minta di tutup sesegera mungkin, saat badannya sudah merasakan kenyamanan empuk dari kasur saat itulah matanya benar-benar tak bisa lagi diajak kompromi. Bahkan suara dering ponsel yang berada tepat di sebelah telinganya meronta minta diangkat pun tak membangunkannya sama sekali.

***

"Maaf pak, ada pelanggan yang komplain di luar," Raja yang tengah serius memeriksa laporan masuk menghentikan aktivitasnya. Dia dengan cepat bangkit guna melihat apa yang terjadi. Dari lantai atas dia melihat seorang wanita yang baju nya separuh basah tengah nenunjuk-nunjuk salah satu karyawannya. Melihat itu, dengan segera Raja turun untuk melihat apa yang terjadi.

"Maaf mbak, ini ada ya?"

"Ini mas, gak becus kerjanya. Saya pesen americano bukan capucino! Terus dia gak terima dan nyiram saya pake minum yang dia bawa!" Jelas wanita itu murka jika yang dikatakannya adalah benar, namun Raja tidak mudah untu percaya. Dia butuh mendengar penjelasan dari sisi karyawannya agar tau titik permasalahan mereka.

"Bener Yan?"

"Gak gitu pak, saya memang tadi bawa capucino untuk mbak ini tapi saya berniat untuk mengganti pesanannya terus ada kaki yang menghalangi jalan saya makanya saya jatuh terus gak sengaja minumnya tumpah ke baju mbak ini."

Raja mengangguk, dia menatap sekeliling melihat siapa kiranya yang menghalangi jalan Yandi pegawainya. Dia menarik nafas pelan sebelum berbicara dengan pelanggannya itu, " Saya minta maaf atas kejadian ini yang membuat mbak gak nyaman, untuk baju mbak akan saya ganti. Sekali lagi kami mohon maaf," ujar Raja membuat wanita tersebut mendengus

"Untung aja ada bos lo ya! Makanya kalau gak bisa kerja gak usah kerja," balas wanita itu sewot sambil mengibas tangannya. Lalu berlalu dari sana.

Raja berbalik untuk melihat karyawannya tadi, lalu menepuk pelan pundaknya pemuda itu. "Udah gak papa, lain kali hati-hati ya. Oke semuanya balik kerja lagi, semangat!" Raja mengusir pelan anak buahnya sambil mengepalkan kedua tangan lalu ia pun kembali ke pantai atas.

Raja melirik jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat segera dia kembali ke ruangannya untuk mengambil kunci mobil, Khaira yang moodnya gampang berubah bisa saja marah karena keterlambatan nya ini. Diraihnya kunci mobil serta dompet di atas meja lalu kembali turun Ke lantai dasar dengan cepat.

Dengan lihai Raja memutar kemudi agar bisa bergabung dengan pengguna jalan lain. Tak lama mobil yang dikendarainya sampai di halaman rumah dibunyikannya klakson dua kali tak lama barulah dia turun.

"Assalamualaikum." Pertama kali yang dilihatnya saat membuka pintu adalah Fara yang tengah duduk santai di depan tv sambil menyantap semangkuk buah potong. " Ma, Khaira mana?" Tanya nya sambil melirik kesana kemari mencari keberadaan istrinya.

"Waalaikumsalam, udah datang kamu. Khaira dikamar dari tadi belum keluar-keluar, ketiduran kayanya. Mama panggil juga dari tadi gak nyaut-nyaut," Fara bangkit dari duduknya lalu berjalan ke arah kulkas mengambil satu botol jus semangka.

"Yaudah aku keatas dulu ya ma."

Raja mengetuk pelan daun pintu tapi tak ada tanda-tanda akan di buka, lalu dengan perlahan dia membuka pintu tersebut. Benar, di tengah ranjang mereka ada satu sosok yang mengagumkan tengah tertidur pulas disana. Dengan cepat dia melepas dasi serta kaus kakinya lalu berjalan ke kamar mandi, tak lama Raja kembali dan ikut bergabung bersama Khaira memeluk wanita kesayangannya itu dengan erat dan lembut. Mendaratkan satu kecupan di pipinya lalu ikut menutup mata.

***

Matahari telah meninggalkan peraduan di ganti oleh bulan yang cahayanya masuk ke kamar dimana ada dua insan tengah tertidur pulas dihanyutkan oleh mimpi serta kehangatan dari masing-masing mereka. Seakan tak bisa di pisah dan tak ada jarak, dengan damai dan nyaman mereka tertidur dari tadi siang entah memang tidur adalah yang paling penting, bahkan rasa lapar tak menganggu dua insan itu sedikit pun.

Tangan yang dulunya lentik kini terlihat gemuk seiring dengan bertambahnya berat badan itu meraba sesuatu yang terasa berat tengah membelit tubuhnya, di usapnya pelan lalu seakan tersadar dengan cepat sang empunya tangan membuka mata memastikan bahwa apa yang bernanung di pikirannya adalah salah. Mengerjap pelan untuk menyesuaikan bias cahaya yang masuk keretina dan mengusap wajahnya agar tak terhalang oleh rambut, Khaira dengan cepat melihat ke samping lalu setelah tau dia menghembuskan nafas lega. Di lihatnya lamat-lamat wajah Raja, jari-jarinya bermain di wajah itu ibu jarinya mengusap pelan dahi Raja lalu berganti kepipi dan bermain disana, saat akan turun ke bibir sepasang mata lebih dulu terbuka membuat Khaira refleks menarik tangannya.

"Udah bangun?" Guman Raja pelan sambil merubah posisi tidurnya menghadap Khaira.

"Hmm, kamu gak bangunin aku ya. Kita gak jadi periksa babyny dong," Khaira menyusup kedalam dada Raja mencari kenyamanan disana.

"Besok aja, udah malam ini ternyata."

"Terserah kamu, aku masih ngantuk."

Raja tak membalas, dia hanya mengusap pelan sudah istrinya mana tau Khaira masih akan tertidur. Lama keheningan tercipta di Antara mereka  hingga Khaira kembali membuka suara. "Aku lapar tau, pengen lele goreng yang di depan," ujar Khaira seraya mendongak untuk memastikan bahwa Raja mendengarnya.

"Raja ih, kamu denger gak sih?"

"Iya aku denger, sabar ini mau bangun kok."

Raja duduk lalu bangkit berlalu ke kamar mandi, tak lama dia keluar dengan keadaan lebih segar. "Mau ikut?"

Khaira menggeleng, dia kembali bergelimang dengan memeluk guling dengan nyaman. Melihat hal itu Raja hanya menggeleng lalu keluar dari kamar. Saat turun kebawah ternyata lampu ruang tengah dan tamu belum dinyalakan. Mungkin Fara juga sedang berada di kamar. Di rautnya sakelar lampu dan seketika ruangan itu terang benderang barulah Raja keluar lalu mengunci pintu dengan rapat.

****

Batam, 8 Desember 20.

avataravatar
Next chapter