22 Kunjungan

Pagi ini Raja sudah lengkap dengan setelah kemeja serta celana bahan yang membalut tubuh indahnya dengan rapi. Ya walaupun tidak ada kotak-kotak di perutnya tetap saja dada bidang dan pundak tegap Raja tidak bisa di remehkan. Belum lagi tingginya yang selalu membuat Khaira mendongak saat ingin berbicara dengannya.

Khaira tengah sibuk mondar-mandir di dapur rumah mereka, Raja yang subuh tadi tiba-tiba mendapat telpon dari manajernya nya bahwa akan ada yang menyewa restoran miliknya untuk acara pertunangan  membuat Raja harus segera datang kesana untuk melihat dan memantau karyawannya. Raja memang memiliki restoran yang dia bangun sejak dia pindah ke Kota ini dan syukurnya usaha yang dia rintis di awal kedatangannya itu berkembang dengan pesat. Kalau boleh mengingat, saat Khaira lari dari Jakarta dan bersembunyi di Lombok Raja tidak setuju entah apa alasannya yang pasti dia bertekad ketika mereka sudah menikah Raja akan membawa Khaira pergi dari Kota itu. Dan terbukti di sinilah mereka sekarang di kota Bogor, tidak ada alasan khusus Raja memilih kota ini. Hanya satu yaitu kota ini dekat dengan kampung halamannya dan setiap dia rindu dia bisa langsung pulang tanpa berpikir lagi.

Khaira meletakkan dua piring nasi goreng sosis di meja, langsung menghiraukannya di depan Raja yang sudah menanti. "Buruan di makan, nanti gak keburu," titah Khaira yang sudah heboh sendiri. Padahal tanpa buru-buru pun Raja pasti akan sampai.

"Iya tapi kamu pelan-pelan aja nyiapinnya, gak usah cepat-cepat nanti kepeleset. Aku juga gak buru-buru banget ini," peringatan Raja kesal. Bagaimana tidak, setelah mendengar bahwa akan ada tamu di restorannya Khaira langsung sibuk sendiri. Seolah jika Raja tak cepat sampai dunia akan kiamat.

"Iya ih, langsung di makan dong. Ini udah jam tujuh nanti kamu kena macet."

Setelah menghidangkan satu cangkir teh hangat untuk Raja dan satu gelas susu hamil untuk dirinya barulah Khaira duduk bergabung dengan Raja di meja makan. Hanya terdengar gesekan sendok yang beradu dengan piring yang terdengar di sana. Khaira sangat menikmati sarapannya sedangkan Raja sesekali mengecek hpnya takut ketinggalan info yang di kirim karyawannya.

"Ra, aku berangkat dulu ya. Kamu kalau capek nggak usah nyuci piring biar aku aja nanti yang nyuci. Aku pulangnya cepet kok," pesan Raja panjang lebar yang hanya di balas angguka oleh Khaira.

"Nggak ada yang ketinggalan kan? Udah sana buru ntar kamu kena macet."

Raja tersenyum, dia mengelus rambut Khaira sayang lalu mengecup keningnya cukup lama yang di balas oleh Khaira dengan mencium tangan nya. "Kamu hati-hati di rumah, telpon aku kalau ada apa-apa, dan jangan capek-capek."

"Iya," balas Khaira.

Setelah memastikan mobil sang suami pergi dengan aman Khaira langsung masuk ke dalam tak lupa mengunci pintu. Bukannya tak mau beramah-tamah dengan para tetangga, hanya saja Khaira malas berbasa-basi dengan mereka yang memiliki tingkat ke kepoan yang tinggi dan Raja pun tak suka jika dia ikut bergosip yang sama sekali tidak berfaedah.

Di lihat nya meja makan yang berserak dengan piring mereka dan tools kerupuk yang sudah kosong, beralih ke dapur disana lebih jorok lagi. Wajan belas ia menggoreng telur dan nasi tadi tergeletak tak menentu di sana. Belum lagi sampah bawang yang membuatnya setres melihat itu semua. Jika menuruti titah Raja yang menyuruhnya beristirahat dan menunggu Raja saja nanti yang membereskan Khaira tak bisa. Karena dia bukan tipe orang yang suka melihat tempat kotor.

Menggulung lengan baji sebatas siku dan mengumpulkan rambutnya menjadi satu lalu mengikatnya, Khaira mulai membersihkan meja makan dahulu. Lalu mencuci semua peralatan yang kotor, setelah selesai dia beralih ke ruang keluarga yang berserak. Banyak sampah tissu dan snak yang belum sempat terbuang karena semalam setelah mereka menonton drama kesukaan Khaira, Raja langsung mengangkatnya ke kamar tanpa membersihkan ruangan itu lebih dulu.

Saat sedang serius mengelap meja tv, suara bel rumahnya berbunyi. Khaira mengernyitkan dahinya bingung, siapa kiranya yang bertamu. Kalau tetangga kemungkinan besar tidak sebab mereka tidak memiliki kepentingan, atau mungkin Raja? Lebih tidak mungkin lagi sebab Raja memiliki kunci sendiri. Dengan penasaran yang tinggi Khaira berjalan menuju pintu depan. Sebelum memutarkan kunci, dia mengintip sedikit di jendela. Memastikan kalau yang datang bukanlah orang jahat. Namun saat mengintip, dia melihat punggung ringkih milik seorang wanita yang membelakangi pintu. Karena rasa pemasarannya yang semakin tinggi Khaira membuka pintu tersebut membuat wanita tadi berbalik, saat itulah Khaira menyesal telah membukakan pintu rumahnya. Khaira memantung disana, diam tidak tau apa yang harus di katakan. Begitupun dengan wanita dihadapannya. Rasa sesal dan sakit muncul kepermukaan membuat dada Khaira sakit dan tanpa sadar air matanya mengalir dengan cepat, seolah mengerti, perutnya pun ikut sakit membuatnya tanpa sadar merintih.

Wanita itu dengan tanggap menangkap tubuh berisi milik Khaira. "Rara Kamu kenapa? Ra, mana yang sakit. Khaira," ujar wanita itu sambil membantu Khaira bangkit. Namun, mungkin benar pernyataan bahwa wanita itu lemah karena wanita itu tidak sanggup menopang berat badan mereka mengakibatkan mereka jatuh ke lantai yang untungnya tidak menghantam bokong Khaira.

Wanita itu semakin panik saat kesadaran Khaira perlahan menghilang. Dengan pelan namun cukup kuat dia menepuk pundak Khaira, tapi tetap saja tidak ada respon membuat wanita itu semakin panik, dengan cepat dia mencari ponselnya dan menelpon seseorang di seberang sana guna meminta bantuan.

**

Raja membawa mobil dengan kalut, ingin rasanya dia berlari secepat mungkin agar cepat sampai kerumah dan melihat keadaan Khaira. Tadi saat dia sedang membantu chef di restoran satu telpon masuk ke telpon kantornya yang memberi tahu bahwa Khaira istrinya tiba-tiba pingsan di depan rumah. Sontak saja hal itu membuat Raja langsung meraih kunci mobil tanpa berpikir dua kali. Perawatan dengan klien, istr8nya lebih penting dari apapun.

Saat sampai di teras, dia memarkir asal mobilnya dan langsung masuk kedalam rumah dengan tergesa bahkan hampir berlari. Raja masuk kedalam kamarnya yang sudah ada dokter disana, dengan cepat dia menanyakan keadaan istrinya.

"Bagaimana dok?"

"Ibu Khaira hanya terkejut namun, reaksi yang di keluarkan tubuhnya sangat berlebihan. Karena itulah perutnya jiga bereaksi yang mengakibatkan ibu Khaira pingsan. Tapi tidak apa-apa, ibu Khaira baik-baik saja hanya butuh istirahat dan menghindari hal-hal yang dapat membuatnya setres," jelas dokter itu panjang lebar.

Raja mengucap syukur, bukan karena istrinya pingsan tapi karena tau bahwa Khaira tetap baik-baik saja dan tetap kuat. Setelah di beri resep oleh dokter untuk ditembus di apotek, Raja mengantar dokter itu ke pintu. Barulah dia naik kembali ke kamarnya. Saat itulah dia tersadar bahwa ada makhluk lain di kamarnya selain ia dan Khaira, namun saat menyadari sosok itu Raja sama terkejutnya dengan Khaira hanya bedanya dia tidak sampai pingsan.

***

kaya nya baru pertama kali deh update sampai dua part sekaligus. wew hampir 2000 lebih kata dan aku berharap kalian suka.

Batam, 14 Oktober 20.

avataravatar
Next chapter