1 Definisi Bahagia Dari Sebuah Hati

Di suatu senja yang menguning, sepasang mata memandang manusia dengan segala retorikanya. Mereka melihat sangat dalam dan menangis. Mata terpejam, dan menimbulkan badai hebat di area faring. Kau tau, saat kau berusaha menahan tangis lalu seperti ada yang tertahan di tenggorokanmu? Berarti badai tengah terjadi di sana, entah itu tornado atau simoom. Lalu hati membentak mata," Hai mata, hentikan kebodohanmu itu!"

Mata diam tak mengerti. Hati mengumpat. Sementara mata semakin merintih. Ia mencari dan terus mencari sambil melihat segala ketidakadilan yang terjadi menghempas badan tuannya. Ia melirik penyesalan, mengintip kekesalan, dan menatap segala kepedihan dihadapannya.

Hati tak kuasa menanggapi kebodohan si mata. Ketika mata melihat segala kepedihan, hati terkena dampak kehancurannya. Semakin lama mata menyaksikan pedih, ukuran hati semakin mengecil dan mengecil hingga terbentuklah segala parasit seperti iri, dengki, sampai ingin mati. Mata masih mencari-cari yang ia cari, sehingga hati yang sedang terdesak pedih lagi-lagi berteriak pada mata,

"Hentikan saja, bodoh! Hentikan! Apa yang sedang kau cari?! Tidakkah kau tau aku tersiksa disini?!"

Lalu mata menjawab," Aku mencari kebahagiaan."

Hati meminta mata untuk mengganti sudut pandangnya. Mata mengikuti kata hati. Ia melihat senyum sepasang tubuh paruh baya, pesona seorang pria, dan tawa dua orang anak. Ia juga melihat esok hari dengan cerahnya matahari terbit, dan memandangi tubuh tuannya yang masih lengkap dengan fungsi sempurna. Mata masih tidak mengerti apa yang dimaksud hati.

Hati berkata," Mengapa kau mencari bahagia dengan sangat jauh? Dia tepat disekelilngmu. "

Mata menyadari sesuatu. Ia melewatkan banyak hal. Ternyata bahagia sangatlah dekat, sedekat jarak proxima centauri dengan bumi, bahkan jauh lebih dekat lagi. Mungkin lebih tepatnya sedekat bulu mata dengan mata itu sendiri. Kemudian mata memperjelas pandangannya. Bahagia itu ada bersama senyum kedua orangtua tubuh tuannya, pesona suami yang dicintainya, dan tawa kedua anaknya. Juga ada disaat melihat matahari esok hari, bersama orang-orang tercinta, dan bahagia ikut serta saat melihat tubuh si tuan mata dalam keadaan sehat.

Lalu mengapa selama ini mata susah payah mencari kebahagian yang berada tepat disekelilingnya dan dengan mudah melihat kepedihan diseberang? Karena dia melupakan hal yang sangat penting yaitu fondasi untuk membangun sebuah kebahagiaan itu sendiri, rasa syukur. Ini bukan hal fiktif dan sudah jelas terbukti. Semakin mudah manusia mensyukuri suatu nikmat yang Tuhan berikan, semakin mudah dia melihat bahagia disekelilingnya.

avataravatar
Next chapter