57 Maaf Aku Tidak Bisa

Sesaat kemudian Lion tersenyum dan turun dari sofa dan berlutut di depan Nana yang sedang terduduk di sofa. Setelah itu dia meraih kedua tangan Nana dan mencium punggung tangannya kemudian menatap Nana dengan lembut.

"Nana Khalila aku minta maaf telah banyak menyakiti hatimu, dan sekarang aku Kim Lion ingin menjadikanmu istriku, apakah kamu mau?" tanya Lion.

Nana terkejut bukan main, matanya melotot dan jantungnya berdetak lebih kencang, dia menghembuskan nafas berat.

"Nana kenapa kamu diam?" lanjut Lion tidak sabaran. Nana melepas tangannya dari tangan Lion.

"Maaf aku tidak bisa"

Ekspresi Lion langsung jatuh. "Weee? "

Nana menunduk sambil menahan tangisnya.

"Karena aku tidak mencintaimu" Mendengar jawaban Nana, Lion kembali duduk di sampingnya

Lion menghelai nafas panjang, setelah itu dia mengangkat wajah Nana yang menunduk agar memandangnya.

"Apakah benar kamu tidak mencintaiku?"

Pertanyaan Lion sukses membuat Nana tidak bisa menahan tangisnya, butiran bening itu mengalir begitu saja membasahi pipi Nana.

"Jangan menagis, kamu tidak perlu menjawabnya dan aku tidak akan memaksamu, tapi aku tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan hatimu" ucap Lion.

"Berhenti melakukan hal sia-sia karena aku tidak akan pernah bisa mencintai lagi dan juga aku belum memaafkanmu" ucap Nana dengan lembut ketus.

Mendengar perkataan Nana, ekspresi Lion menjadi rumit dia mendadak kehilangan kata-kata, perasaan Lion campur aduk dan itu membuatnya berfikir kalau Nana benar-benar tidak pernah mencintainya, karena tidak tega melihat Nana menangis, Lion menarik Nana ke pelukannya, "Tenanglah, lupakan apa yang aku katakan tadi dan fokuslah pada kesehatanmu agar kita cepat pulang, aku mengerti kalau semua memang butuh proses"

Dalam pelukan Lion, Nana mengangguk sambil menyeka air matanya, 'Ya tuhan kenapa hatiku rasanya sakit sekali, ini lebih sakit dari penghianatan yang pernah aku alami, tuhan pembolak balik hati tolong hilangkan perasaan kami ini jika kami tidak mungkin bersatu' batin Nana.

Setelah selesai ngobrol, Lion dan Nana langsung ke rumah sakit, kebetulan Lion memiliki teman seorang dokter yang jenius dalam menangani penyakit.

"Hello Doktor Lion senang bisa bertemu lagi" Dokter Audric memeluk Lion selayaknya seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

Lion menepuk punggung Audric "Senang juga bisa bertemu lagi dengan Dokter Audric si Jenius"

Mendengar Audric memanggil Lion Doktor, Nana tercengang meski dia tidak paham apa yang di katakan Audric tapi dia masih bisa mendengar dengan jelas kata panggilan Doktor itu, dia langsung berbisik ke Lion "Bagaimana kamu bisa mengenal Dokter ini, dan kalau gak salah tadi dia memanggilmu Doktor? "

Lion melirik Nana "Dia teman waktu aku menyelesaikan kuliah S3 ku di sini, kami satu Universitas tapi beda jurusan, dia ngambil Dokter specialis saraf dan aku mengambil jurusan ekonomi bisnis"

Nana mengangguk dan merasa kagum dengan Lion, dia berfikir masih banyak yang tidak dia ketahui tentang Lion dan pengetahuan barunya ini membuatnya semakin merasakan perbedaan yang lebih besar lagi secara dia hanya lulusan S1 dari Universitas yang tidak terlalu terkenal di Indonesia, selain itu dia tidak kaya dan tidak cantik pula, di banding Lion yang sudah tampan, jenius dan seorang pengusaha sukses jadi bagaimana mungkin dia berani bermimpi terlalu tinggi untuk bisa bersanding dengan Lion.

Lion kembali menatap Audric seraya memperkenalkan Nana, dan sengaja dia menggunakan bahasa Jerman agar Nana tidak paham.

"Audric kenalkan ini calon istriku namanya Nana Khalila, dia dari Indonesia dan sekarang dia adalah pasienmu yang harus kamu sembuhkan! "

Audric menjepit alisnya, dia memperhatikan Nana dari ujung rambut sampai ujung kaki.

'Apakah Lion bercanda?, aku kira seleranya Lion tinggi tapi di lihat dari penampilanya yang sederhana dan wajahnya yang polos tanpa make up, dia tidak cocok menjadi calon istri Lion sepertinya bukan' batin Audric

Lion yang menyadari Audric memperhatikan Nana mengejutkannya "Hei apa yang kamu lihat?, jangan mikir macam-macam sekali lagi aku tegaskan kalau gadis ini adalah calon istriku"

"Haa. ha.. kamu memang tetap sama, selalu pintar menebak fikiranku, oky kalau begitu mari kita masuk ke ruanganku! " Kata Audric

"Ny Lion kenalkan namaku Audric Alvero" Audric menjulurkan tangan kanannya.

Nana merasa bingung karena dari tadi dia tidak mengerti apa yang mereka obrolin, meski begitu dia tetap menjulurkan tangan kanannya sambil tersenyum dan mengartikan kalau itu tanda Audric ingin memperkenalkan diri padanya.

Setelah berbincang-bincang sedikit akhirnya mereka bertiga masuk ke ruangan Audric, di ruang rawat Lion sukses membuat Audric baper dan tidak percaya melihat betapa lembutnya dia ketika membantu Nana selama proses pengobatan.

'Apa keistimewaan gadis ini sehingga seorang Lion tampak bertekuk lutut padanya' batin Audric sambil menatap dua orang di depannya.

Dua hari berturut-turut Nana menjalani pengobatan bersama Audric dan kebetulan hari ke dua Lion tidak bisa menemani Nana di dalam ruangan karena Nana memintanya untuk membelikannya makanan.

"Apakah anda bisa berbahasa Inggris atau Indonesia?" Tanya Nana setelah Audric melakukan pemeriksaan padanya.

Audric tersenyum. "Tentu aku bisa bahasa Inggris tapi tidak dengan bahasa Indonesia karena aku belum pernah ke sana, apa kamu ingin bertanya sesuatu?"

Nana merasa senang mendengar Audric bisa bahasa inggris, memang seharusnya bisa jika dia memang dokter jenius, meski bahasa Inggrisnya tidak terlalu bagus tapi dia bisa sedikit bicara dan mengerti.

"Apa anda sudah lama mengenal Lion? " tanya Nana.

Audric mengangguk, "Empat tahun cukup lama kan? "

Nana tersenyum dan mengangguk "Iya, bagaimana Lion menurutmu? "

avataravatar
Next chapter