49 Bukan Makan Malam Biasa

Lion masuk bersama Nana ke dalam mobil, mereka duduk bersebelahan, namun Nana masih terlihat kesal dan memilih diam tidak mau bicara atau melirik Lion, rambutnya yang sebahu di kuncir ke samping nampak sedikit berantakan, langsung saja dia perbaiki.

»Hotel«

Beberapa saat kemudian, mobil Lion berhenti di depan sebuah hotel berbintang di pusat kota Seoul.

Nana turun dari mobil dan mulai merasa bingung "Bukankah kita mau makan malam, kenapa kita malah ke hotel? "

"Kita akan makan malam di sini, dan ingat pesanku ini baik-baik, di dalam nanti apapun yang aku katakan kamu harus setuju, kalau tidak kontrak kita batalkan" kata Lion sambil berjalan menuju pintu hotel.

Nana merasa semakin bingung. "Tunggu, sebenarnya ini acara apa ? tolong jelaskan padaku ! "

Lion berhenti mendadak membuat Nana kejedot di punggung Lion. "Au, kalau mau berhenti bilang-bilang dong"

Lion berbalik dan menatap Nana. "Sebenarnya ini bukan makan malam biasa, apa sekarang kamu paham? "

Mendengar penjelasan Lion, Nana kaget bukan main, ini kesempatan untuk mendapat berita penting untuk majalah bintang, tapi sayang dia lupa bawa kameranya, Nana menatap Lion lagi dengan kesal.

"Kenapa kamu tidak bilang dari tadi, aku kan bisa siap-siap sesuai tema"

"Jangan banyak bicara lagi, ayo masuk!" Lion menarik tangan Nana dan membawanya masuk ke dalam hotel, Nana hanya menarik nafas dengan kelakuan semena-mena Lion dan berjalan di samping Lion dengan patuh

Sesaat kemudian Lion dan Nana akhirnya sampai di ruangan megah yang di gunakan untuk lokasi acara.

"Hallo tuan Kim, senang bertemu denganmu lagi, tuan muda dari keluarga Kim yang terkenal di dunia bisnis?" Baru saja dia melewati pintu masuk, Lion langsung di sambut oleh salah satu rekan bisnisnya.

Lion tersenyum licik dan menjawab sapaan rekan bisnisnya sedang Nana hanya diam melihat pertemuan antara dua pembisnis yang satu muda dan yang satunya lagi paruh baya.

"Hallo tuan Park senang juga bisa bertemu dengan pembisnis hebat seperti tuan !" ucap Lion dengan hormat.

Di samping Lion, Nana berdiri seperti orang idiot , kakinya pun mulai terasa sakit karena lama berdiri.

Nana benar-benar merasa tidak nyaman, jadi tanpa sepengetahuan Lion, Nana pergi mencari makanan karena sejujurnya dia sangat lapar.

Nana melirik kesemua orang yang hadir, dari penampilan mereka, Nana sudah bisa menebak kalau acara ini di hadiri oleh kalangan atas semua, lalu kenapa Lion membawanya ke acara yang tidak cocok dengannya?.

'Ya Allah, kenapa aku merasa tidak pantas ya berada di acara ini ? tapi masa bodoh lah. Toh juga gak akan ada yang mengenalku, lebih baik aku makan dulu setelah itu mengajak Lion pulang'. Batin Nana sambil melanjutkan langkahnya menuju meja yang di atasnya sudah tersaji berbagai kue dan makanan.

Melihat hidangan di atas meja, Nana mulai khawatir, secara dia harus hati-hati memilih makanan biar jelas mana yang di bolehkan dan yang tidak.

Nana mengambil piring kecil dan mulai memilih dan mencicipinya , "Mmm ini enak banget ,tapi apakah ini bisa aku makan? "

"Bukankah kamu Nana?" ketika Nana sibuk memilih makanan, tiba-tiba dia mendengar suara laki-laki dari belakangnya. Nana langsung menoleh ke sumber suara, dan sedikit terkejut, melihat lelaki di depannya.

"Mmmm kamu Albert kan?, senang bisa bertemu denganmu," ucap Nana dengan riang.

Albert tersenyum dan merasa lucu dengan cara dan sikap Nana, dia benar-benar senang bertemu Nana lagi. "Aku senang bisa bertemu denganmu, oh iya bagaimana kakimu? "

Nana langsung melirik kakinya. "Iya sudah baikan"

"Syukur kalau begitu, bagaimana kamu bisa ada di acara ini? " Albert sedikit heran karena setaunya kalau acara ini hanya di peruntukkan untuk para pembisnis saja.

"Aku.. " belum sempat Nana menyelesaikan perkataanya, tiba-tiba seorang gadis yang begitu akrab menghampirinya.

"Nana Khalila apakah ini kamu? " gadis itu tampak sombong dan angkuh di depan Nana.

Mendengar nama lengkapnya di panggil, Nana langsung melirik ke sumber suara, seketika itu dia tercengang melihat orang yang suka membulinya ada di depannya, tapi dia berusaha untuk bersikap tenang. "Maurin Stefani " sahut Nana.

Albert mulai penasaran dengan hubungan keduanya, meskipun dia tau kalau keduanya sama-sama dari Indonesia. Albert melirik Maurin seraya berkata, " Apa kamu kenal Nana? "

"Tentu saja, dia itu teman SMA ku yang terkenal udik dan kuno. Lihat saja penampilan dan pakaiannya yang sangat kuno dan murahan. Aku pernah tuh ingin menyumbangkan beberapa pakaian brenditku ke dia, tapi sayang dia gengsi dan menolaknya begitu saja" jelas Maurin sambil menatap Nana dengan jijik.

Nana yang sudah biasa dengan cara bicara Maurin tidak memperdulikan perkataannya. Dia malah sibuk mengunyah makanannya, sedangkan Albert merasa kesal dengan perkataan Maurin.

"Mmm kamu cantik kok Nana, penampilanmu sederhana tapi elegan," Albert mencoba menghibur Nana. Nana tersenyum dan mengangguk.

"Terimakasih atas pujiannya, kamu terlalu baik he"

"Nana jangan senang dulu, karena Albert hanya menghiburmu" lanjut Maurin.

"Rin sudah dong, jangan rusak acara ini dengan memulai keributan." ucap Albert.

Maurin langsung melirik Albert dengan kesal.

"Aku tidak mungkin mengacaukan acara ini, apalagi di sini ada calon suamiku tuan Kim Lion. Aku hanya ingin memberikan Nana nasehat saja biar dia tau diri, dan juga dia tidak pantas ada di acara penting seperti ini"

avataravatar
Next chapter