54 Bertarung

"Jangan ladeni dia karena dia bukan manusia aku tidak ingin kamu terluka !" ucap Nana sambil meremas tangan Jeha.

"Maaf tuan Lion saya tidak punya waktu meladeni anda"Jeha mengangguk setuju dengan Nana yang mencoba mencegahnya, setelah itu Jeha melanjutkan langkahnya kembali.

Tapi Lion ternyata tidak mau menyerah, dia berlari menarik Nana dari rangkulan Jeha dan membawanya kepelukannya. "Dia miliku" ucap Lion.

Jeha terkejut dan mendadak tatapannya menjadi buas, sedang Nana merasa kehilangan tenaga dan sakit di sekujur tubuhnya akibat pelukan erat Lion.

'Ya Allah aku ke korea bukan untuk ini, aku ingin mencari ketenangan dan melupakan luka yang begitu menyayat hati. Tapi kenapa sekarang aku harus berada dalam situasi gila ini ? Lion aku ingin berteriak padamu kalau kamu sudah memenangkan hatiku tapi melihatmu seperti ini membuatku ragu pada perasaanku. Jeha ku mohon jangan ladeni dia, aku tidak ingin kalian terluka.' Batin Nana.

"Lion lepaskan aku!" Nana mencoba melepaskan diri dari pelukan Lion menggunakan tenaganya yang tersisa.

"Diamlah ! kamu itu calon istriku jadi kamu harus pulang bersamaku," Lion menatap Nana dengan penuh arti.

Mendengar perkataan Lion, Nana menghelai nafas panjang. Tubuhnya terasa menggigil meskipun dia mendapat kehangatan dari pelukan Lion.

Untuk sesaat Nana merasa bingung kenapa hanya di dekat Lion dia merasa nyaman bahkan dia merasakan sesuatu yang belum pernah dia rasakan sewaktu bersama Raka, ada rasa senang ketika mendengar Lion memanggilnya calon istri.

"Lion lepasin Nana, kamu membuatnya kesakitan!" Jeha masih berusaha menyelesaikan masalah dengan tidak menggunakan otot.

Lion tidak perduli dengan apa yang dikatakan Jeha, dia menyingkirkan Nana ke belakangnya setelah itu dia menatap Jeha.

"Ayo kita selesaikan ini ! siapapun yang kalah maka dia tidak boleh mendekati Nana"

Jeha tertarik dengan tawaran Lion, dan di tengah malam di pinggir jalan kota Seoul. Jeha mengepalkan tinjunya dan menyerang Lion lebih dulu, Lion tersenyum pahit melihat Jeha. Gerakannya masih sama. Batin Lion.

"Yaaa... kkk" Jeha berusaha memberikan pukulan di wajah Lion tapi Lion berhasil menghindar dan menepis tangan Jeha dengan satu tangannya.

"Ternyata kemampuanmu masih sama seperti dulu" Lion menyeringai kearah Jeha. Jeha tersenyum.

" Kamu terlalu sombong wahai Raja es yang kejam"

Raja es yang kejam adalah julukan Iion sewaktu SMA, sedang Jeha terkenal dengan Raja Matahari, mendengar Jeha mengatakan itu Lion merasa semakin kesal, kini giliran Lion menyerang Jeha, dia terus memberi pukulan sampai Jeha kewalahan hingga akhirnya Lion berhasil memberi pukulan di pipi Jeha.

"Ahh.. "Jeha terjatuh dan dengan cepat dia kembali berdiri dan menyeka darah di sudut mulutnya.

"Aaaa... Jeha.. aa" Nana histeris melihat Jeha jatuh, Lion melirik kesal kearah Nana yang tampak begitu perhatian sama Jeha.

Tanpa memberi Jeha waktu bernafas, Lion dengan cepat menyerang Jeha kembali dan kini lebih buas dari sebelumnya tapi Jeha selalu berhasil menangkis serangan Lion.

Dengan tendangan memutar Jeha berhasil memukul perut Lion, seketika itu Lion mundur dan berusaha menopang tubuhnya agar tidak terjatuh.

Dan tanpa ampun juga Jeha menyerang Lion dengan cepat selagi Lion terlihat kurang fokus hingga akhirnya Jeha berhasil memukul wajah Lion dan mereka kini impas.

Nana semakin geram melihat dua orang yang berantem di depannya, dengan kekuatan yang tersisa Nana mendekat kearah dua lelaki yang sedang saling pukul memukul itu.

"Hentikan tolong !" Nana berusaha menghentikan mereka sambil memegang kepalanya yang terasa pusing.

Lion dan Jeha semakin buas tanpa memperdulikan Nana, mereka sudah hilang kendali karena sama-sama terluka.

"Jeha, Lion tolong hentikan...! "Nana menggunakan sisa kekuatannya untuk berteriak.

Karena merasa di cuwekin Nana semakin maju dan mencoba berdiri di tengah-tengah mereka berdua.

"Yaakkk... "Ketika Lion dengan gerakan cepat mengarahkan pukulannya ke Jeha tiba-tiba dia terkejut karena Nana berdiri di depannya.

Akan tetapi terlambat bagi Lion untuk mengontol pukulannya akhirnya pukulan itu mendarat di pipi imut Nana. Seketika itu darah keluar dari sudut mulut Nana, dia merasa tatapannya mulai gelap dan kepalanya pusing sesaat kemudian tubuhnya hendak roboh ke trotoar.

"Nana aaaa... "Jeha berlari mencoba menopang tubuh Nana, tapi dia terlambat karena Lion segera menangkap tubuh Nana.

"Berikan Nana padaku brengsek..!"Jeha mencoba menarik tubuh Nana dari dekapan Lion.

Lion tidak perduli dengan apa yang di katakan Jeha, dengan segera dia mengangkat tubuh Nana dan memasukkannya ke dalam mobilnya yang penyok seketika itu mobilnya langsung melesat menuju rumah sakit Seoul, dan Jeha langsung menyusul dari belakang.

»Rumah Sakit Seoul«

Sesaat kemudian Lion sampai di salah satu rumah sakit milik rekan bisnisnya, dengan segera Lion membawa Nana masuk ke UGD.

"Tolong segera priksa dia cepat. !" ucap Lion dengan panik.

Para perawat merasa ketakutan dengan ekspresi gelap Lion, dengan cepat mereka membawa Nana masuk UGD. Lion menunggu di luar dengan cemas, tiba-tiba suara handphonya berbunyi.

"Ada apa Oumma?"

"Sayang, apakah Nana sedang bersamamu? soalnya dia tidak biasanya belum pulang jam segini, Yuri bilang dia sudah pulang duluan tapi handphonnya tidak bisa di hubungi"

"Dia ada bersamaku Oumma, sekarang istirahatlah karena dia akan menginap di rumahku"

"Apa Nana bilang begitu? "

"Iya "

"Baiklah kalau begitu, Oumma sekarang bisa tenang"

Setelah bicara dengan ibunya, Lion di kagetkan oleh dokter yang memeriksa Nana, Lion langsung menoleh ke arah dokter.

"Bagaimana keadaan calon istri saya dokter?" tanya Lion dengan ekspresi sedih.

avataravatar
Next chapter