1 Prolog

26 Juni 2018

Saat itu seorang lelaki telah menggemparkan satu sekolah hanya karena beritanya telah menyebar luas. Lelaki itu bernama Arega, biasa dipanggil Rega. Seorang lelaki yang mendapatkan julukan bad boy disekolahnya karena tingkah lakunya.

Dan pagi ini, Rega telah membuat kesalahan lagi, lagi dan lagi. Mungkin sebelumnya kesalahan yang ia buat tidak terlalu parah, namun kali bahkan sangat amat parah. Sampai menggemparkan satu sekolah.

"Rega udah Ga! Stop gue bilang!" teriak Aini didepan Rega yang masih setia memukuli seorang lelaki dibawahnya yang mungkin sudah terbaring lemah akibat pukulan Rega yang tak henti-henti.

"REGA STOP! LU BISA MASUK BK KALO GINI GA!" Aini masih mencoba mencegah Rega yang tidak henti-hentinya memukuli seseorang tak berdaya itu.

"Jangankan masuk BK, masuk penjara gue jabanin asalkan nih orang mati!" ucapkan Aini tidak Rega hiraukan. Ia masih tetap memukuli orang itu sampai benar-benar babak belur.

"Rega gue mohon Ga! Please stop, gue gak mau lu kenapa-napa. Please, Ga.." Aini akhirnya terisak.

Semua orang hanya menonton tidak sekalipun berniat untuk melerai Rega dengan lelaki itu. Mereka semua tahu, jika Rega sudah bertindak maka tidak ada seorang pun yang bisa mencegah, walau terkadang Aini bisa melakukanya.

"Lu semua kenapa diem aja?! Bantuin gue! gue gak mau Rio mati karena Rega. Bantu gue jangan diem aja!" teriak Aini.

Tetap tidak ada yang membantu. Mereka masih diam tak bergeming. Bahkan untuk melaporkan ke guru mereka takut. Takut jika nantinya Rega justru berbalik marah kepada mereka.

"Lu semua ANJ*NG! Dimana otak lu semua hah."

Aini akhirnya menyerah. Ia tak peduli jika ia akhirnya akan terluka. Dia berlari ke arah depan Rega. Mencoba membuat Rega berhenti dengan menghalanginya.

"Ini pukulan buat otak bejat lu yang cuma mikirin selangkangan!" Rega menahan kepala Rio dengan kencang agar tidak salah sasaran. Lalu dengan cepat Rega melayangkan pukulan itu, namun tanpa ia duga justru Aini menghalanginya. Dan berakhir perempuan itu yang mengenai pukulan.

Rega yang masih belum sadar hanya kaget sambil diam. Lalu sedetik kemudian ia menghampiri Aini yang sudah tergeletak dibawah lantai. Semua mata siswa siswi melotot melihat Rega dengan teganya memukul Aini sekencang itu. Tanpa memperdulikan mereka akhirnya Rega membawa Aini dengan menggendongnya dan membawanya ke ruang kesehatan.

*****

26 Juni 2018

Nama : Arega Dwitama

Dinyatakan Telah Resmi Keluar Dari SMA BANGSA.

Rega membaca kertas itu tanpa sedikit penyesalan sedikitpun. Ia lakukan ini jelas semata-mata ingin menjaga Aini. Tragedi perkelahian antara dirinya dan Rio waktu itu ternyata membuatnya harus keluar dari sekolah itu. Walau ia diberi waktu sampai kenaikan kelas baru ia dikeluarkan dari sekolah lamanya itu.

Kini adalah terakhir kalinya Rega berada disekolah lamanya. Sebelum akhirnya ia benar-benar tidak bisa datang dan masuk kembali ke sekolah ini.

"Ga, gue-" Aini terisak. Jelas merasa bersalah.

"Stt, gak usah ngerasa bersalah. Bagi gue gak masalah pindah sekolah, asalkan orang yang nyakitin lu dapet balasan." jawab Rega lantang.

"Makanya Ga, waktu gue bilang stop harusnya lu denger. Supaya gak gini kejadiannya."

"Kalo waktu itu gue stop, si Rio bakal baik-baik aja. Kalo pun gue berhenti, gak menutup kemungkinan buat di DO juga." jelas Rega.

"Ga!"

Rega tertawa renyah "Udah yuk, temenin gue pindahan."

Akhirnya Aini mengikuti saja kemauan Rega. Setidaknya ia ingin membalas kebaikan Rega yang telah menolongnya ketika kejadian Rio yang mencoba melecehkan dirinya saat itu. Dan kejadian itu masih membekas sampai saat ini.

Rumah Rega sebenarnya tidak terlalu dari sekolah barunya. Namun entah mengapa kedua orang tua Rega meminta pindah rumah juga, alasan pastinya Rega sendiri tak tahu. Tinggal dirumah lama sebenernya juga tak masalah.

"Loh kok lu pindah rumah juga?" tanya Aini bingung.

"Tanya aja sono sama camer," jawab Rega mengejek.

Aini mencubit lengan Rega pelan sambil terkekeh geli melihat tingkah Rega yang sangat aneh itu.

"Hai Aini," sapa seorang perempuan tiba-tiba dari belakang. Yang Aini yakini dia adalah mama dari Rega.

"Hai Tante, gimana kabarnya Tan?"

"Baik kok, nih kamu lihat Tante mah sehat bugar."

Aini terkekeh. "Kok Tante pindah rumah juga sih? kan sekolah baru Rega gak terlalu jauh."

"Papah nya Rega yang minta, gak tau deh kenapa. Katanya biar suasana baru aja, gitu sih."

"Om kok jahat sih? masa misahin aku sama Rega?" ucap Aini terlihat sedikit kesal.

"Yang misahin siapa? Kamu mah bebas main kerumah setiap hari gak apa kok." jawab Papa nya Rega.

"Iya tau sih, tapi tetep aja kejauhan mainnya. Kalo disini kan cuma lima langkah nyampe," jawab Aini sambil terkekeh.

"Kalian berdua emang bener-bener deh, jauh dikit aja kaya gak bisa ketemuan selamanya. Padahal dulunya Tante sering banget dapet panggilan sekolah cuma karena kalian berdua bertengkar." ujar Mama Rega lalu tertawa, ia justru tak menyangka anaknya akan sedekat ini dengan perempuan, walau tanpa status. Tapi tetap saja sahabat itu status bukan?

"Siapa yang sangka mah dari sering berantem jadi sahabat, dari sahabat bisa jadi pacar, dari pacar bisa jadi menan-"

"Apa menantu-menantu?! Ngarep banget lu!" omel Aini bercanda.

"Ya, semoga aja ya." kata Mama Rega.

"Tuhkan mama gue aja udah ngerestuin, udah yuk Ai, gas aja yuk." ucap Rega ngawur dan dapat pukulan dari Aini.

"Ngomong sekali lagi sini!" ujar Aini sambil mengepalkan tangannya ke arah Rega membuat Rega tertawa karenanya.

"Udah dong kalian berantem terus deh, ini kapan mau berangkat nya coba. Rega kamu udah rapihin barang-barang kamu belum?" tanya Mama Rega memastikan. Rega ini tipikal lelaki yang males membereskan, jadi ia ingin memastikan.

"Udah dong, Calon mantu mama yang beresin," jawab Rega cengengesan.

Aini tidak habis pikir mengapa dari tadi Rega selalu bilang bahwa ia calon mantunya, dan bilang bahwa orang tuanya adalah calon mertuanya. Aini bukannya tidak suka, hanya saja ia takut berharap lebih pada seorang Rega.

"Rega, stop panggil gue kaya gitu." omel Aini.

"Udah udah, kalo kalian berantem terus kita gak bakal selesai ini. Yaudah kita langsung ke rumah baru aja yuk." saran Mama Rega dan langsung dipatuhi oleh semuanya, terkecuali Aini karena perempuan itu tidak bisa menemani Rega kerumah barunya karena pagi ini ia harus berangkat sekolah seperti biasanya. Namun bedanya kali ini tanpa Rega. Walau ada beberapa teman lainnya, baginya rasanya berbeda jika tak ada Rega.

avataravatar
Next chapter