19 Part 19 Capek Disalahkan Terus

Seperti biasa kalau Panji sedang istirahat, Alena selalu datang membawakan makanan yang katanya buatannya sendiri. Panji merasa beruntung sekali selama dia berpacaran dengan Alena, waktu istirahatnya kini tidak harus pergi ke kantin lagi untuk makan siang disana karena sekarang sudah ada orang yang membawakan makanan khgusus untuknya. Dialah Alena perempuan yang baru dipacarinya setelah putus dari Raisa.

Jujur perasaanya pada Raisa belum hilang seratus persen. Berkat kehadiran dan perhatian yang dicurahkan ALena kepadanya kini dia merasa lebih baik lagi dari sebelumnya dan bisa melupakan masa lalunya bersama Raisa. Dia bersyukur dengan adanya Alena sekarang. Dengan begitu dia tidak akan merasa sedih lagi walaupun Alena sendiri mempunyai karakter manja dan mudah cemburu.

"Sayang."Alena membuka pintu kantor Panji.

"Sayang ini aku bawain nasi goreng kesukaan kamu. Khusus hari ini aku buatnya special karena pakai bumbu special yang belum aku gunakan sama sekali sebelumnya."

"Bukannya sama aja ya kalau nasi goreng itu."Panji melihat Alena hendak duduk di kursi depannya itu. Alena meletakkan beberapa kotak makanan di atas meja lalu duduk di kursi.

"Kamu seharusnya nggak seperti itu kemarin. Langsung pergi aja nggak minta maaf sama dia."Panji mengungkit kejadian malam kemarin dimana Alena tidak meminta maaf atas luka yang diderita Arini. Setelah tahu kalau cincinnya tidak diambil Arini kenapa Alena tetap tidak meminta maaf kepada Arini. Jujur Panji menyesalkan atas sikap Alena itu.

Walaupun Panji memang dikenal dingin dan cuek kepada orang lain tapi disisi lain ada sikap yang perlu diacungi jempol darinya yaitu tanggung jawabnya. Berkat didikan orangtuanya sejak kecil kini Panji bisa tumbuh dan berkembang menjadi laki-laki yang selalu tanggung jawab. Dia sadar kalau pacarnya telah melukai Arini dan tidak mau mengobatinya jadi dia sendiri lah selaku pacar Alena yang harus mengobati. Disamping itu dia juga tidak tega membiarkan ada perempuan yang terluka seperti itu. Setelah ada kejadian kemarin, dia benar-benar menyesalkan sikap Alena kemarin.

Alena yang niatnya baik hanya menghantarkan makanan dan bertemu dengan Panji malahan dibuat kesal sendiri. Karena sedari tadi dirinya terus disalahkan Panji karena kejadian kemarin yang tidak mau meminta maaf kepada Arini. Memang dia juga sadar kalau dialah yang salah. Tapi menurutnya dia juga tidak perlu meminta maaf karena dia sendiri juga tidak sengaja dan lagian Arini hanyalah pembantu di rumah pacarnya itu.

"Udah deh aku nggak mau bahas-bahas itu lagi. Aku kesini kan mau ketemu sama kamu. Dan lihatlah disini sudah ada makanan yang susah-susah aku buatin tadi. Tuh cepetan dimakan keburu dingin malah."Alena sedikit kesal karena Panji terus mengomelinya. Panji niatnya hanya ingin pacarnya itu bisa menghargai orang lain.

"Ya udah aku makan deh."Panji merasa lapar sekali setelah tadi banyak pekerjaan yang sudah diselesaikannya. Tanpa butuh waktu lama,Panji segera mengeksekusi makanan yang sudah disiapkan Alena itu. Bahkan mereka terlihat makan bersama.

Alena memang sengaja kalau membawa makanan ke kantor Panji dalam porsi yang banyak. Agar dia bisa ikut makan dengan Panji. Biar hubungan mereka tambah mesra. Waktu ketemu mereka memanglah tidak banyak. Panji yang berlatar belakang sebagai pengusaha muda di usianya yang baru menginjak 23 tahun menuntutnya harus bekerja ekstra bersama klien-klien bisnisnya. Sedangkan Alena sendiri mempunyia usaha spa dan butik mengharuskannya untuk tidak bisa lama-lama pergi dari tempat kerjanya. Jadi waktu seperti ini sangatlah berharga buatnya. Jadi kalau waktu seperti ini digunakan Panji untuk menceramahinya jelas membuatnya kesal.

Mereka berdua makan dengan lahapnya sambil sesekali bercanda saat makan. Setelah makanannya habis, Panji langsung melanjutkan pekerjaannya lagi. Dan Alena langsung pulang lagi. Kali ini Panji tidak bisa menghantarkan Alena pulang kaena bentar lagi ada meeting dengan kliennya. Dan Alena sendiri tidak keberatan akan hal itu.

"Hati-hati ya."pesan Panji kepada Alena yang hendak pulang. Alena hanya tersenyum saja.

"Oh ya nanti kalau kamu pulang dari kerja jangan lupa jemput aku di butik ku ya. Nanti kalau udah sampai butik kabari."Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba ponsel Panji berbunyi. Setelah dibuka ternyata ada pesan masuk dari Alena. Panji tidak bisa menjawabnya karena meetingnya akan dimulai.Jadi nanti saja membalasnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.00, akhirnya meetingnya selesai juga. Panji langsung bernafas lega. Kini dia kembali ke meja kantornya dan duduk sebentar di kursi kesayangannya itu. Saking lelahnya setelah meeting berjam-jam kini dia ingin istirahat di kursinya sambil memejamkan mata. Sebelum pulang dia menyempatkan untuk istirahat dulu di kantornya.

Dret dret

Panji membuka ponselnya karena berdering. Saat dibuka ternyata ada pesan masuk dari mamahnya. Ternyata pesan itu berisi perintah kepada Panji untuk menjemput mamahnya yang sedang berbelanja di supermarket. Dan kebetulan mobil yang ditumpangi mamahnya itu sedang bocor bannya.

Tanpa butuh waktu lama Panji langsung bangkit dari kursinya dan mengambil jasnya yang sudah di taruh di kursi. Setibanya di dalam mobil Panji langsung menancap gas mobilnya kearah lokasi yang telah diberitahukan mamahnya.

"Mamah…gimana mobilnya sekarang?"Panji turun dari mobilnya dan langsung menghampiri mamahnya.

"Mobilnya sudah dibawa ke bengkel dan langsung diperbaiki montirnya katanya."jawab Nyonya Diana dengan lega setelah melihat Panji sudah datang. Nyonya Diana kalau pergi pasti menyopir sendiri. Sengaja dia tidak menggunakan jasa sopir .

"Mamah beli apa? Kok nggak ada apa-apa disini?"Panji cinglak cingluk ketika melihat disekeliling mamahnya tidak ada barang belanjaan. Bukannya kalau ada di supermarket pasti beli sesuatu. Nah ini malah tidak ada .

"Itu masih ada di dalam. Baru dibayar Arini. Kebetulan harus antre dulu."Nyonya Diana menoleh kedalam melihat Arini yang sedang membayar di kasir.

"Oh ternyata mamah belanjanya ditemani dia."Panji ikut melihat ke dalam supermarket lewat kaca. Sepasang mata Panji melihat Arini sedang membayar di kasir.

Panji dan mamahnya menunggu sampai Arini selesai membayar belanjaan mamahnya. Setelah orang yang ditunggu muncul, mereka bertiga langsung masuk ke dalam mobil. Arini duduk di kursi bagian belakang sedangkan Panji yang menyetir dan Nyonya Diana duduk disamping Panji. Selama perjalanan Arini hanya diam saja sambil mendengarkan obrolan majikannya itu.

Arini hanya bisa memandangi pemandangan pinggir jalan dari kaca mobil Panji. Dia tidak mau mengganggu obrolan hangat majikanya itu. Saat dia tengah menikmati suasana pinggir jalan tiba-tiba ada suara lagu diputar. Ternyata Panji sengaja memutar lagu di dalam mobil agar suasana bisa lebih syahdu.

Mereka bertiga tenggelam dalam alunan melodi lagu itu. Tidak terkecuali Nyonya Diana yang walaupun usianya sudah tidak muda lagi tapi perasaannya ikut terbawa suasana dengan lirik lagu itu. Mereka bertiga sama-sama menuikmati alunan lagu itu..

"Anak itu lucu sekali."Panji tanpa sengaja melirik kaca mobil dan nampak Arini yang tengah duduk diam sendiri di kursi belakang. Arini terlihat diam saja sambil mendengarkan lagu.

"Ekhmmm."Arini tiba-tiba mual. Panji tidak sengaja melihatnya saat mual itu.

"Kenapa dia seperti itu lagi."tangan Arini menutupi mulutnya sendiri agar tidak muntah di mobil Panji dan tidak bisa didengarkan oleh majikannya itu. Tanpa dia sadar Panji sedang melihatnya saat muntah.

"Gimana ini. Aku mual lagi."Arini membatin sambil menutup mulutnya dengan rapat.

Panji hanya bisa mengamati dari kaca mobilnya. Ingin rasanya dia berhenti dan memberitahukan kepada mamahnya karena Arini mual. Tapi melihat kondisi jalan sedang ramai jadi dia fokus aja dengan menyetirnya sambil sesekali melirik ke kaca mobilnya untuk melihat keadaan Arini.

"Tolong berhentilah mual-mual."tangan Arini yang satunya mengelus-elus perutnya sendiri. Dan benar saja setelah beberapa menit mengelus perutnya sendiri kini rasa mualnya tiba-tiba berhenti. Akhirnya dia bisa bernafas lega. Dia takut sekali kalau muntah di dalam mobil Panji.

"Syukurlah dia akhirnya berhenti mual-mual juga."Panji ikut bernagas lega saat melihat Arini tidak mual lagi dari. Entah kenapa saat melihat Arini mual-mual malah membuatnya khawatir sekali, tapi saat melihat Arini sudah berhenti mual hatinya serasa lega sekali. Panji bingung sendiri malah dibuatnya.

Setibanya di rumah, Nyonya Diana langsung turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam rumah. Panji dan Arini tidak tahu kenapa mamahnya terlihat buru-buru masuk kedalam rumah. Sedangkan Arini masih sibuk menurunkan barang belanjaan dari mobil Panji.

Saat Arini sibuk menurunkan barang belanjaan majikannya tiba-tiba ada suara melengking dari kejauhan yang mana dia tidak asing dengan suara itu. Ternyata suara itu berasal dari teriakan Alena yang baru datang kerumah. Sudah dua kali ini Alena mempergoki pacarnya pulang bersama lagi dengan Arini. Setelah kemarin sudah dimaafkannya kini diulangi lagi.

"Oh gitu ya. Bukannya jemput aku di butik ini malah jalan-jalan sama dia."Alena melotot kearah Arini.

"Pasti salah paham lagi."Arini membatin saat dipelototi Alena. Panji baru ingat kalau tadi saat di kantor telah dikirimi pesan Alena untuk menjeputnya di butik. Tapi malah dia lupa dan malah menjemput mamahnya dan Arini di supermarket.

"Oh ya aku lupa tadi. Maaf ya."Panji mendekati Alena yang sedang marah. Pasti Alena sekarang salah paham dengan apa yang dilihat. .

"Kamu itu ya. Mau kamu itu apa. Emang pantas kamu itu aku gituin kemarin."Alena menatap sinis kearah Arini. Jujur Arini saat itu ingin marah karena Alena dengan tidak bersalahnya malah tambah menyalahkannya.

"Kamu itu sadar diri dong. Jangan keganjenan sama pacar aku. Kamu itu Cuma pembantu."Alena malah semakin menjadi-jadi mengomeli Arini. Panji tidak tahan akan sikap Alena yang keterlaluan itu. Arini hanya bisa diam saja dan menahan emsinya yang sudah mulai terpancing.

"Sudah kamu masuk."Panji menyuruh Arini masuk kedalam. Arini beruntung saat disuruh masuk biar telinganya tidak semakin panas saat Alena terus mengomelinya. Saat baru satu langkah tiba-tiba Alena menghadang Arini.

Arini ingin ikut menjelaskan tapi kayaknya Alena sudah dikuasai rasa emosinya. Jadi dia hanya diam saja dan tidak mau memperkeruh suasana disana. Sudah dijelaskan panjang lebar oleh Panji tapi tetap saja Alena tidak mau menerimanya dan malahan menyangkalnya. Dan tetap menganggap Arini sebagai cewek ganjen yang berusaha menggoda Panji. Arini tidak terima dianggap seperti itu.

"Sudah kamu mau apa sekarang."tanya Panji tidak ingin berdebat terus dan mengakhirinya.

"Kamu jujur kalau kamu habis jalan-jalan sama dia?"Alena melotot kearah Panji.

"Aku sudah bilang berapa kali. Aku tadi jemput mamah di supermarket dan kebetulan ada Arini disana. Jadi sekalian kita pulangnya."Panji sudah lelah menjelaskannya.

"Udahlah."tiba-tiba Alena pergi meninggalkan Panji dan Arini disana sambil memendam rasa kecewanya yang teramat mendalam pada Panji yang terus membela Arini katika dianggap sebgai cewek ganjen.

"Tuan nggak menjemput mbak Alena?" Arini menatap bingung kearah Panji kenapa tidak berusaha mencegah Alena yang sudah pergi.

"Udah ayo masuk. Aku capek."Panji langsung masuk ke dalam rumah. Begitupula Arini langsung membuntutinya dari belakang. Panji yang sudah capek karena habis pulang kerja malah harus bertengkar dengan Alena membuatnya tambah kesal. Jadi dia ingin istirahat di dalam rumah.

avataravatar
Next chapter