webnovel

Ketiban Cinta Guru Tampan

Teresa berusaha untuk mendapat nilai A di mata pelajaran Guru tampan pujaan kaum hawa disekolahnya, karena Teresa merasa tertantang dengan perjanjian yang Pak Cahya berikan padanya. Jika Teresa berhasil mendapat nilai A, Pak Cahya berjanji akan mengajak Teresa jalan-jalan seharian penuh kemanapun Teresa mau, tentu saja Teresa mau dengan tawaran itu. Akhirnya Teresa berhasil mendapat nilai A setelah beberapa kali gagal dan Pak Cahya menepati janjinya untuk memberi Teresa satu hari bersama dirinya. Dan ternyata bukan hanya satu hari bersama Pak Cahya namun jauh dari pemikiran Teresa bahwa Pak Cahya juga memiliki perasaan yang sama dengan Teresa. Ibaratnya sih udah jatuh ketiban tangga pula. Teresa dan Cahya mencoba untuk mempertahankan hubungan keduanya meskipun banyak perbedaan diantara mereka. Bagaimana perjalanan kisah cinta antara Teresa dan Pak Cahya yang diawali dengan sebuah perjanjian?

Leebita · Teen
Not enough ratings
3 Chs

Sapu Tangan

"Tere" yang dipanggil menoleh.

"Kenapa?"

Salsa teman sebangku Teresa duduk ditempat duduk samping Teresa.

"Kamu sudah mengerjakan tugas yang Pak Cahya berikan minggu lagi?"

Teresa yang sedang menulis menghentikan tulisannya.

"Ini lagi ngerjain" jawab Teresa sekenanya.

Salsa mengeluarkan buku tulis miliknya lalu memulai menulis jawaban milik Teresa dibuku tulisnya.

Teresa memperhatikan sabahatnya yang tengah mencontek jawaban miliknya itu "Kamu nyontek punyaku?"

Salsa mengangguk lalu tersenyum menampilkan senyum lima jarinya "Iya hehe. Aku lupa mengerjakannya, semalam aku menonton drama korea bersama adikku"

Teresa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya "Drama korea teros, dihukum Pak Cahya baru tau nanti"

Salsa terkekeh mendengar ucapan Teresa lalu Salsa mendekatkan badanya pada Teresa "Aku kemarin menonton drama yang pemeran utamanya mirip sama Pak Cahya loh Re"

Teresa langsung menjitak dahi Salsa "Kamu ini mengejek atau apa sih"

"Bukan mengejek tapi beneran mirip, kamu tahu Lee Min Ho kan artis korea yang main drama Boys Before Flowers itu?"

Teresa mengangguk "Tentu saja aku tahu, meskipun aku tidak terlalu suka dengan drama korea tapi siapa sih yang tidak tahu Lee Min Ho"

Salsa mengangguk bangga "Nah setelah aku perhatiin nih muka Pak Cahya ada miripnya sama Lee Min Ho, ya memang nggak mirip banget sih tapi coba deh kamu perhatiin"

Salsa menunjukkan foto kedua orang yang ada layar ponselnya, ternyata itu foto Lee Min Ho dan Pak Cahya.

"Darimana kamu mendapat foto Pak Cahya?"

"Aku memfotonya diam-diam" jawab Salsa lalu gadis itu terkekeh.

Teresa dan Salsa masih memperhatikan foto kedua orang itu sambil sesekali mengomentari tentang kemiripan kedua orang tersebut, sampai keduanya lupa dengan tugas yang sedang mereka kerjakan.

"Wah ternyata saya punya kembaran ya, orang korea lagi"

"Iya bener kan Pak kalau Bapak  itu mirip sama Lee Min Ho" sahut Salsa cepat tanpa melihat siapa yang baru saja berbicara itu.

Sedetik kemudian kedua gadis itu menoleh kebelakang dan ternyata orang yang fotonya tengah mereka perhatikan itu berdiri dibelakang mereka dengan kedua tangannya yang dimasukkan di saku celananya.

"Eh Pak maaf saya tidak tahu kalau Bapak berdiri dibelakang kita"

Kedua gadis itu segera menyembunyikan ponsel yang sedari tadi mereka perhatikan dan keduanya juga membereskan buku-buku yang tercecer dimeja mereka, sangat bahaya jika guru tampan itu mengetahui jika mereka belum menyelesaikan tugas darinya.

"Kamu belum mengerjakan tugas dari saya ya?" Cahya menundukkan badannya sehingga wajah tampannya disamping kanan Teresa.

Teresa hanya bisa menoleh sedikit karena wajah tampan gurunya itu lumayan dekat dengan wajahnya "Ehm ini Pak"

Cahya menolehkan wajahnya untuk memperhatikan Teresa yang sedang menjawab pertanyaannya dan itu membuat jantung Teresa tidak aman.

Cahya semakin mendekatkan wajahnya ketika muridnya itu tiba-tiba diam "Kenapa kamu diam saja, saya bertanya padamu"

Teresa menghela napasnya "Saya hanya kurang mengerjakan beberapa saja kok Pak"

Cahya mencolek hidung Teresa "Itu artinya kamu belum mengerjakan tugas yang saya berikan, saya tidak mau tahu nanti saat jam mata pelajaran saya tugas itu harus sudah selesai jika kamu tidak mau saya hukum keliling halaman sekolah"

Teresa mendengus, guru macam apa dia yang memberitahu hukuman sebelum tahu siapa yang akan dihukum, bisa saja kan itu bukan Teresa kenapa terkesan seperti Teresa yang akan dihukum oleh gurunya itu.

"Bapak meremehkan kepintaran saya, saya bisa menyelesaikan tugas ini sebelum jam mata pelajaran Bapak di mulai kok"

Cahya menegakkan badannya yang tadinya membungkuk lalu melipat tangannya di depan dada dan menatap tidak yakin kearah Teresa "Saya tidak meremehkan kamu tapi quiz beberapa hari lalu yang saya adakan itu kamu mendapat nilai 75, pas sekali dengan rata-rata"

Teresa memandang kesal kearah guru tampannya itu, memang gadis cantik itu menyukai Pak Cahya yang tegas namun ia tidak suka jika Pak Cahya menegasinya dan menurut Teresa guru tampannya itu sedikit lebih galak dan mengesalkan dalam waktu yang bersamaan ketika sedang berbicara dengannya.

"Bapak kenapa sih sekali saja tidak menyinggung tentang nilai saya" ucap Teresa kesal.

Cahya terkekeh "Saya berbicara apa adanya"

Salsa menahan Teresa yang akan menjawab perkataan guru tampannya itu "Bapak maafkan teman saya ya Pak, kalau begitu saya ajak Tere kekantin dulu supaya emosinya mereda"

Salsa menarik tangan Teresa yang masih tidak terima karena Salsa menahannya untuk menjawab perkataan guru tampannya itu.

Cahya hanya terkekeh melihat kepergian kedua muridnya itu, ada perasaan senang tersendiri di hati Cahya ketika membuat muridnya bernama Teresa itu kesal.

Cahya mengarahkan tangannya untuk mengambil pena milik Teresa dan menulis sesuatu dilembar buku milik gadis cantik itu, setelahnya ia menuju kekantor untuk bersiap mengajar mengingat sebentar lagi jam pelajaran pertama berbunyi.

Teresa dan Salsa berjalan menuju kekelasnya karena bel masuk baru saja berbunyi.

"Jantungku tadi berdebar saat Pak Cahya mendekatkan wajahnya padaku"

Salsa menyenggol lengan Teresa "Kamu tadi bilang kesal pada Pak Cahya lalu kenapa jantungmu berdebar?"

"Kamu tidak lihat jika ternyata Pak Cahya lebih tampan jika diperhatikan dari dekat" Teresa merasa pipinya panas ketika mengingat kembali dimana guru tampannya tadi berada didekatnya.

Salsa menangkup pipi sahabatnya menggunakan kedua tangannya "Wajahmu memerah Ter, jangan bilang kamu terpesona dengan ketampanan Pak Cahya"

Teresa menutupi kedua wajahnya menggunakan tangannya namun ditarik oleh Salsa "Aku malu Sa, sepertinya aku semakin menyukai Pak Cahya"

Salsa terkekeh lalu merangkul pundak sahabatnya itu dan melanjutkan perjalanan mereka menuju kekelas.

Mata pelajaran pertama adalah Biologi, dimana guru yang terkenal tegas sekali bernama Bapak Diyo sedang menulis beberapa materi dipapan tulis.

Salsa menaruh bukunya diatas buku milik Teresa "Coba kamu lihat siapa yang menulis ini di bukuku"

Teresa membaca kalimat yang tertulis disudut kanan bawah buku Salsa lalu terkekeh "Sepertinya dia salah mengambil buku untuk menulis"

Saya akan menunggu hasil nilai tugas kamu minggu ini Tere, kita lihat saja bahwa saya memang tidak meremehkan kepintaranmu hanya saja saya berbicara apa adanya.

Tentu saja Teresa bisa mengetahui siapa yang menulis kalimat itu dibuku Salsa, siapa lagi kalau bukan Bapak Cahya.

Meskipun Teresa sedikit kesal setelah membaca kalimat yang dituliskan oleh guru tampannya itu padanya namun rasa kesal itu berubah menjadi gelak tawa karena guru tampannya itu menulis dibuku yang salah.

"Kamu tahu siapa yang menulis ini?"

Teresa mengangguk "Tentu saja aku tahu, siapa lagi kalau bukan Pak Cahya hehe dia kan yang ada disini setelah kita pergi kekantin tadi" Teresa kembali terkekeh.

"Wah guru tampan kita yang satu itu memang unik" Salsa mengambil kembali bukunya lalu menggelengkan kepalanya mengingat tingkah guru tampan yang digilai oleh teman-teman perempuannya.

Bel istirahat pun berbunyi namun Teresa disibukkan dengan tugas miliknya yang belum selesai ia kerjakan karena selama seminggu ini Teresa sangat sibuk membantu ibunya bekerja.

Kini teresa sedang sendirian dikelas karena teman-temannya sudah berhamburan untuk mengisi tenaga dikantin termasuk Salsa, sahabatnya itu memang gemar sekali makan namun badannya tidak gemuk.

"Sebotol teh dingin untuk murid saya yang emosian"

Teresa menoleh ketika ada seseorang yang meletakkan sebotol minuman dingin dimeja nya, ternyata pelakunya adalah guru tampan yang tadi pagi sempat membuatnya kesal.

"Bapak" Teresa menutup bukunya karena ia sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru didepannya itu.

"Tidak usah ditutupin begitu, saya sudah melihatnya kok kalau kamu sedang mengerjakan tugas dari saya"

Cahya membuka buku tugas milik Teresa "Kamu kurang mengerjakan beberapa soal sih memangnya?"

Yang ditanya hanya diam karena tiba-tiba ia merasa gugup diberikan sedikit perhatian oleh guru tampannya.

"Kenapa kamu selalu diam saja ketika saya bertanya"

"S-saya..."

"Kamu suka sama saya?"

Teresa menoleh dengan cepat, darimana guru tampannya itu tahu jika Teresa menyukai dirinya. Apa tingkahnya sangat terlihat?

"E-enggak"

Cahya terkekeh melihat tingkah Teresa yang baru saja dibuat gugup olehnya "Saya tahu kok"

"Bapak apaan sih, kalau kesini cuma mau mengganggu saya ngerjain tugas mending bapak pergi"

Cahya tertawa gemas melihat Teresa kesal "Saya gemes deh ngeliat kamu kesal seperti ini"

"Bapak mau ngapain sih kesini?"

Cahya mendekatkan lagi botol minuman dingin itu kepipi Teresa dan bersamaan dengan itu Teresa tersentak karena pipinya merasa dingin.

Teresa mendengus kesal lalu menjauhkan botol minuman itu dari pipinya.

"Sepertinya pipi kamu panas maka nya saya menempelkan minuman ini supaya pipi kamu nggak panas lagi"

Ucapan guru tampannya itu malah membuat pipi Teresa terasa lebih panas dari sebelumnya.

Tanpa seijin Teresa guru tampan itu mengerjakan soal yang sedang Teresa kerjakan di lembar kertas yang berbeda dengan sangat cepat, tentu saja cepat karena guru tampannya itu pasti sudah tahu jawaban dari soal yang dirinya sendiri berikan pada muridnya.

"Bapak nggak perlu ngerjain tugas saya"

Tangan Teresa dijauhkan oleh Cahya ketika gadis cantik itu ingin mengambil alih pena yang dipakai oleh Cahya untuk menulis.

"Sudah kamu diam saja, saya tahu mengapa kamu tidak sempat mengerjakan tugas saya. Saya juga tidak tega menghukum kamu"

Pipi Teresa semakin merasa terbakar mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Pak Cahya.

Terasa menoleh karena mendengar suara gaduh yang berasal dari luar kelasnya ternyata teman-teman perempuannya sudah banyak yang mengerubungi kelasnya dan membicarakan kedekatannya dengan Pak Cahya.

Teresa melanjutkan acara mengerjakan tugasnya dan menghiraukan teman-temannya yang sedang mengagumi ketampanan Pak Cahya yang duduk disampingnya.

Lain halnya dengan guru tampan itu, Cahya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena merasa diperhatikan oleh muridnya.

"Ehm kalau begitu saya kekantor dulu ya, kamu salin saja jawabannya" Cahya menyerahkan selembar kertas yang dipakainya tadi untuk mengerjakan soal milik Teresa, sebelum dirinya keluar dari kelas Teresa diikuti oleh beberapa murid dibelakangnya.

"Tere, apa baru saja aku tidak salah melihat kalau Pak Cahya mendatangimu dikelas?"

"Kamu melihat Pak Cahya dengan jelas kan?"

Salsa mengangguk.

"Yasudah berarti kamu tidak salah lihat" Teresa kembali melanjutkan menyalin jawaban dari lembar kertas yang diberikan oleh Pak Cahya tadi.

"Tapi bagaimana bisa?"

Teresa mengedikkan bahunya.

Tibalah saat dimana mata pelajaran guru tampan itu berlangsung, Teresa merasa jika teman-teman sekelasnya termasuk Salsa menyoraki dirinya ketika Pak Cahya memanggil namanya untuk maju kedepan.

"Kamu kalau tidak niat mengerjakan tugas saya bilang saja, jangan menjawabnya asal-asalan seperti ini" guru tampan itu melempar buku tugas milik Teresa dimejanya.

Teresa merasa bingung dengan apa yang dimaksud guru tampannya itu, kenapa Pak Cahya marah padahal ia sudah mengerjakan tugasnya sampai soal terakhir.

"Saya sudah mengerjakannya kok pak" bela Teresa.

Cahya memberi tatapan tajamnya pada Teresa "Memang benar kalau kamu sudah mengerjakan tugasmu"

"Lalu apa salah saya Pak" sahut Teresa tidak sabaran.

Cahya menghela napasnya sebelum menjawab perkataan Teresa "Kenapa kamu memasukkan rumus fisika kedalam mata pelajaran saya"

Ucapan guru tampan itu membuat atensi seluruh teman-teman Teresa dikelas terkejut, ada sebagian yang menutup mulut mereka dengan tangan dan ada juga yang menganga karena terkejut.

"A-apa pak?" tanya Teresa untuk memperjelas ucapan guru tampannya itu.

Cahya melipat tangannya didepan dadan

lalu menundukkan kepalanya untuk melihat murid cantiknya yang tingginya hanya sebatas pundaknya.

"Kenapa kamu memasukkan rumus fisika kedalam jawaban soal yang saya berikan" Cahya menunjukkan tulisan Teresa yang menuliskan rumus dijawaban soal yang Cahya berikan tadi.

Tunggu, rumus ini adalah rumus yang ia salin tadi di lembar kertas yang diberikan oleh guru tampan didepannya ini.

Namun kenapa bisa menjadi rumus fisika disana, memang tadi Teresa tidak meneliti dahulu jawaban yang diberikan oleh Cahya.

Gadis cantik itu langsung saja menyalinnya dibuku tugas miliknya.

Apa mungkin guru tampan yang disukainya itu mengerjainya?

Mengingat sifat guru tampannya itu yang suka membuatnya kesal maka Teresa tidak ambil pusing untuk menebak ini semua ulah siapa. Jelas saja ulah Pak Cahya, siapa lagi?!

Teresa menatap guru tampannya itu dengan tatapan kecewa, ternyata gurunya itu memang tidak menolongnya secara tulus melainkan hanya untuk mengerjainya. Keterlaluan!

"Kalau kamu tidak mau mengerjakan soal yang saya berikan maka saya akan dengan mudahnya tidak akan mengijinkan kamu mengikuti kelas saya"

Sungguh rasa sesak didada Teresa membuncah, mata gadis cantik itu berkaca-kaca dan siap meluncurkan genangan airmata dipelupuk matanya.

"Ambil kembali buku tugas kamu dan kamu saya hukum mengelilingi halaman sekolah sebanyak 10 kali, karena saya tidak suka ada murid yang meremehkan mata pelajaran saya"

Teresa mengambil buku tugasnya itu dan berlari keluar kelasnya sambil sesekali menyeka airmatanya.

Teresa tidak mengikuti teman-temannya yang dihukum juga oleh Pak Cahya untuk mengelilingi halaman, namun gadis cantik itu lebih memilih untuk menuju halaman belakang sekolah untuk menenangkan dirinya.

Gadis cantik itu menangis tersedu sambil memegangi buku tugasnya yang sebagian sudah basah terkena airmatanya.

"Kenapa Pak Cahya jahat banget sih?! Kalau emang nggak niat ngebantu kenapa sok-sokan ngebantuin aku ngerjain tugas hikss" Teresa menenggelamkan wajahnya tekukan lutut kakinya.

Punggung gadis itu bergetar hebat, padahal baru tadi pagi ia merasa senang karena perhatian kecil yang ia dapatkan dari guru tampannya itu namun sekarang ia sudah dikecewakan lagi oleh Pak Cahya.

"Gunakan sapu tangan ini untuk menghapus airmata kamu"

Teresa mendongakkan kepalanya ketika seseorang menyodorkan sapu tangan berwarna merah maron kepadanya, bersamaan dengan itu tangisan Teresa semakin menjadi.

Memang siapa orang yang memberinya sapu tangan itu?