webnovel

Komedi Cinta dan Turnamen Mereka Dimulai (2)

Sekolah hari ini rasanya berakhir begitu cepat. Setelah bel tanda pulang berbunyi, aku langsung keluar dari kelas menuju ruang klubku. Aku bertemu dengan Hiratsuka-sensei ketika hendak menuju ke Gedung Khusus melalui koridor penghubung di lantai dua.

"Aaa, Amamiya-kun."

"Ya, Sensei?"

"Mau ke ruang klub?"

"Iya."

"Apa ada kendala dengan permintaan bantuan dari murid lainnya?"

"Untuk saat ini belum ada, Sensei."

"Kalau begitu, semangat ya!"

"Ya, Sensei."

Sesudah percakapan kecil dengan Hiratsuka-sensei, aku pergi ke Gedung Khusus, tempat ruang klub bantuan berada.

Saat menaiki tangga, aku bertemu dengan Shiraishi-san yang berada di depanku. Aku mengikutinya dari belakang hingga sampai ke depan ruang klub bantuan. Saat itulah dia sadar kalau aku sudah berada di belakangnya. Mungkin dari awal dia sudah menyadarinya. Dia sama sekalit tidak terkejut melihatku yang tiba-tiba sudah berada di belakangnya.

Shiraishi-san yang mempunyai kunci ruangan ini membuka kunci pintunya dan akhirnya kami masuk ke ruangan klub ini.

Seperti biasa aku langsung duduk di tempat dudukku dan langsung membaca buku yang tadi kupinjam, sedangkan Shiraishi-san sedang membuat teh.

Pandangankan tidak lagi kulihat ke arah Shiraishi-san karena aku terfokuskan dengan buku yang kupegang ini. Lama kelamaan aku pun masuk ke dunia sastra dari buku ini. Tatapan mataku hanya ke satu arah, yaitu buku ini yang kupegang di atas meja agar aku tidak terlalu menunduk yang dapat membuat leherku menjadi sakit nantinya.

Kubalik halaman per halaman buku ini yang membuatku semakin penasaran dengan cerita dari Ishikawa Goemon.

Saat membaca, pikiranku hanya terfokuskan ke buku dan biasanya tidak menyadari keadaan sekitarku lagi. Mungkin, Shiraishi-san sudah membuat teh dan sedang meminum teh itu sambil membaca buku juga. Hanya itu yang tergambarkan dari keadaan di ruang klub ini saat ini.

Kegiatan klub hari ini mungkin hanya diisi dengan membaca karena belum ada tanda-tanda kehadiran klien yang meminta bantuan ataupun yang mau berkonsultasi. Kami hanya bisa menunggu sampai ada yang datang. Kalau memang tidak ada yang datang, berarti kami hanya perlu seperti ini saja.

Aku tidak tahu sudah berapa lama membaca buku ini. Hal yang jelas kalau aku sudah membaca buku ini sedikit lama sehingga membuatku haus dan aku pun kembali ke kesadaranku semula dari dunia sastra buku ini.

Teh yang dibuat oleh Shiraishi-san masih ada. Dia memang membuatnya sedikit banyak karena tidak tahu berapa orang nantinya yang tiba-tiba masuk ke ruangan ini. Aku pun beranjak dari kursiku dan menuju tempat peralatan teh itu. Kutuangkan teh ini ke dalam gelas kertas yang sudah diletakkannya, walaupun ada satu cangkir kaca dari set peralatan teh ini. Aku tidak menggunakan cangkir itu. Tidak tahu kenapa aku tidak cocok minum dari cangkir itu.

Setelah menuangkan teh, aku kembali ke kursiku. Menyeruput teh yang enak ini. Rasa teh ini berbeda dengan teh yang kemarin. Kali ini rasanya lebih kuat. Sangat nikmat.

"Teh ini enak, Shiraishi-san." Tanpa sadar aku mengatakan kesanku terhadap teh ini.

"Begitu ya? Kalau begitu, baguslah kalau kamu suka."

Nada suara yang dingin dari Shiraishi-san rasanya seperti mendinginkan ruangan ini dan membuat tubuhku menggigil. Semakin sering bersamanya, perlahan aku mulai mengenalnya tanpa perlu bertanya mengenai dirinya. Aku pun meminum habis teh yang ada di gelas kertas ini dan lanjut membaca.

Saat aku hendak membaca, terdengar ketukan di pintu ruang klub ini. Aku mengatakan, "Silakan masuk," dan dari arah pintu masuk dua orang yang kukenal.

"Halo Amamiya-kun, Shiraishi-san."

"Halo kalian berdua…"

"Halo Shimizu-san, Nazuka-san."

"Halo."

Shimizu-san dan Nazuka-san pun masuk dan menuju ke arahku. Aku langsung berdiri dan mengambil dua kursi yang tersusun rapi di belakang ruangan ini.

"Silakan duduk."

"Makasih, Amamiya-kun."

"Hitoka, ayo masuk saja." Nazuka-san memanggil nama Taniguchi-san yang tidak ada di sini.

"Eh? Taniguchi-san?"

"Iya, dia juga datang ke sini. Ayo masuk saja."

Dari arah pintu masuklah seorang gadis yang baru kukenal. Taniguchi Hitoka, murid kelas 2-C yang menjabat sebagai manajer klub bola voli putri.

"Ah, ha-halo…"

Ternyata benar, Taniguchi-san juga datang ke sini. Aku pun mengambil kursi satu lagi.

"Duduklah."

"Makasih, Amamiya-kun."

Sungguh pemandagan yang berbeda melihat ada tiga orang yang datang ke ruang klub ini. Shiraishi-san bangun dari kursinya dan menuju tempat meja perlatan teh. Aku juga beranjak dari kursiku untuk membantunya. Lagi pula dua di antara mereka merupakan teman sekelasku.

"Ini, minumlah," kataku sambil memberikan teh yang telah berada di gelas kertas.

"Makasih, Amamiya-kun."

"Makasih ya…"

"Um, makasih…"

Ada apa dengan Taniguchi-san? Sepertinya tingkahnya berbeda saat masuk ke ruangan ini.

Setelah mereka bertiga meminum teh itu, Shiraishi-san mulai berbicara.

"Jadi, ada keperluan apa kalian datang ke sini?"

"Kami cuma ingin mengucapkan terima kasih." Shimizu-san menjawabnya dengan cepat.

"Tapi, bukannya kalian ada latihan hari ini? Turnamennya kan besok."

"Ah, soal itu, hari ini kami hanya melakukan rapat strategi di ruang klub bersama pelatih kami."

"Ya, seperti kata manajer kami." Nazuka-san memperjelas.

"Begitu ya…"

"Hitoka! Itu, itu…"

"Ah, iya, ini… kami bawa sesuatu untuk kalian sebagai tandai terima kasih."

Taniguchi mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja.

"Apa itu?" Shiraishi-san sepertinya penasaran dengan apa yang dibawa oleh mereka.

"Ini kue kering. Makanlah, Shiraishi-san."

"Terima kasih. Kalau begitu, aku ambil."

"A-amamiya-kun, kamu juga. Silakan…"

"Um, makasih ya udah repot-repot."

"Ah, ngga, kok. Aku juga hobi membuat kue."

"Eh, ini buatan Taniguchi-san?"

"Iya, Amamiya-kun. Hitoka sangat jago kalau soal memasak. Apa pun itu." Shimizu-san mengatakan itu sambil mengambil dan memakan kue kering itu.

Nazuka-san juga mulai mengambil kue kering itu juga dan memakannya.

"Heee? Hebat ya, Taniguchi-san."

"Ah, um, ngga sehebat itu juga."

Aku mengambil dan memakan kue kering buatan Taniguchi-san ini. Dia membuatnya lumayan banyak. Cukup untuk lima orang yang sedang berada di ruangan ini. Memakan kue kering ini sambil meminum teh, sangat cocok.

"Kue-nya enak. Gimana menurutmu, Shiraishi-san?"

"Iya, benar. Kue-nya enak."

"…Ma-makasih."

Seperti dugaanku, Taniguchi-san sedikit aneh sejak tiba di ruangan ini.

"Taniguchi-san?"

"Ah, ya… kenapa, Amamiya-kun?"

"Tingkahmu sejak masuk ke ruangan ini sedikit aneh. Apa kamu sakit?"

"Ah, ngga, kok. Aku seperti biasanya."

"Apa ada yang ingin kamu bilang?"

"Sebenarnya ada hal lain yang membuat kami datang ke sini." Shimizu-san menjawabnya untukku.

"Bilang aja. Ngga usah sungkan."

"Amamiya-kun sudah bilang gitu. Bilang aja, Hitoka."

"Um, ayo bilang, Hitoka."

Shimizu-san dan Nazuka-san meyakinkan Taniguchi-san.

"Um, baiklah… Amamiya-kun!"

"Ah, iya?"

Kali ini ekspresi wajah dari Taniguchi-san menjadi sedikit serius. Kenapa tiba-tiba berubah seperti itu keadaannya?

"Beri tahu aku nomor ponsel dan ID chat milikmu."

"Ha?"

"Ha?"

"Ha?"

Aku, Nazuka-san, dan Shimizu-san terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Taniguchi-san. Kupikir Taniguchi-san akan mengatakan sesuatu yang lebih serius daripada ini.

"Tapi, kenapa tiba-tiba kamu meminta nomor ponsel dan ID chat-nya Amamiya-kun, Hitoka?"

"Etto… aku mau minta sarannya untuk kegiatan klub kita nanti."

"Ah, gitu ya…"

"Langsung bilang aja kalau gitu saat seusai latihan kemarin."

"Aku kelupaan."

"Ooh… baiklah, lagian aku ngga keberatan."

"Makasih…"

"Ngomong-ngomong, aku juga belum punya nomor ponsel dan ID chat-mu, Amamiya-kun."

"Aku juga."

Akhirnya, kami menukar nomor ponsel dan ID chat kami masing-masing. Di kontak ponselku sekarang sudah bertambah nama orang yang nomornya kumiliki. Nazuka Izumi-san, Shimizu Sumire-san, dan Taniguchi Hitoka-san.

"Shiraishi-san, kamu udah punya nomor ponselnya Amamiya-kun?"

Saat Shimizu-san menanyakan itu kepada Shiraishi-san, aku sedikit takut mendengar jawabannya. Kami berdua tidak terlalu banyak bicara karena memang begitulah sifatnya Shiraishi-san. Lagi pula, dulu aku tidak terlalu berteman dekat dengan seorang gadis. Jadi, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

"Tidak, belum."

"Kalau begitu kenapa ngga tukaran nomor ponsel aja terus?"

"Ah, uum…"

Shiraishi-san memindahkan tangannya dari buku ke dagunya. Dia pasti sedang berpikir.

"Kamu ketua klubnya, kan, Shiraishi-san? Harusnya punya nomor ponsel anggotanya dong. Aku aja punya semua nomor ponsel anggota klub voli putri."

Shimizu-san berusaha meyakinkan Shiraishi-san. Tapi rasanya ini juga tidak baik untuk memaksakan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya.

"Shimizu-san, jangan memaksa seperti itu."

"Ah, maaf."

"Tidak. Apa yang dikatakannya ada benarnya. Sebagai ketua klub bantuan, aku harus punya nomor ponselmu."

Angin apa yang berhembus sehingga membuat Shiraishi-san seperti itu?

"Um, baiklah."

Pada akhirnya, aku dan Shiraishi-san menukar nomor ponsel dan ID chat kami. Shiraishi Miyuki-san terdaftar di kontak ponselku.

"Ya… pada akhirnya kamu dapat nomor ponsel kami semua, ya, Amamiya-kun?"

"Iya, Shimizu-san."

"Ayo kita makan kue keringnya lagi. Kasihan Hitoko kalau ngga habis."

"Iya…"

Dengan teh dari klub bantuan dan kue kering dari Taniguchi-san, kuhabiskan waktu sepulang sekolahku berada di klub ditemani Shiraishi-san, Nazuka-san, Shimizu-san, dan Taniguchi-san. Saat mereka tidak menanyakan apa-apa lagi kepadaku, aku mulai kembali membaca buku yang tadi, pikirku. Tapi, aku sedikit penasaran dengan mereka bertiga. Apa tidak mereka tidak ada kegiatan lagi?

"Ano, Taniguchi-san, kalian ngga ada kegiatan lagi?"

"Ah, ngga ada lagi, kok."

"Apa kami mengganggu kalian?"

"Bukan begitu, Nazuka-san. Kupikir kalian ada kegiatan lagi karena besok kan turnamennya dimulai. Aku sama sekali ngga keberatan kalian di sini."

"Begitu ya… Kalau Shiraishi-san?"

"Aku tidak keberatan."

"Sudah, sudah, Izumi. Mereka berdua orang yang baik, kok. Pasti ngizinin kita di sini."

"Um, benar juga, Sumire."

"Ayo makan lagi."

Semuanya menjadi tenang sekarang saat kedua belah pihak mengetahui kalau klub bantuan tidak keberatan dengan kehadiran mereka bertiga di sini dan klub bola voli yang tidak memiliki kegiatan lagi. Semuanya meminum teh dan memakan kue kering sambil menikmati kegiatan masing-masing mereka di sini. Shiraishi-san dan diriku sedang asik membaca buku, sedangkan mereka bertiga sedang berbicara tentang pertandingan besok.

Nikmat juga membaca buku sambil makan kue kering dan minum teh. Mungkin yang membuatnya nikmat karena teh dan kue keringnya memang terasa sangat enak bagiku. Hebat sekali Taniguchi-san bisa membuat kue kering seenak ini. Mungkin aku bisa menanyakan padanya resep masakan yang mudah dimasak untuk orang yang hidup sendiri. Baiklah, kutandai buku ini dulu untuk kulanjutkan esok hari.

"Oh iya, Taniguchi-san. Kamu pintar memasak, kan?"

"Eeh? Kenapa memangnya, Amamiya-kun?"

"Ajari aku masak makanan yang mudah dibuat untuk orang yang hidup sendiri, dong."

"Hidup sendiri?"

"Hidup sendiri?"

Taniguchi-san dan Shiraishi-san menanyakannya bersamaan.

"Ah, iya, kalian berdua belum tau, ya?"

"Ah, iya. Aku hidup sendiri di Tokyo. Aku kan pindahan dari Nagano."

"Jadi, kamu sendirian aja di sini, Amamiya-kun?"

"Iya, benar."

"Kupikir kamu pindah ke sini karena ikut orang tuamu."

"Aah, tentu saja itu ngga mungkin."

"Hm, begitu ya… Boleh saja kuajari memasak. Tapi, di mana?"

"Mm… di mana, ya?"

"Di apartemenmu aja, Amamiya-kun."

Shimizu-san mengusulkan di apartemen tempat ku tinggal sekarang.

Ide yang bagus. Dengan itu, tidak ada pihak lain yang merasa kerepotan karena meminjam dapurnya untuk belajar memasak.

"Ah, iya, di apartemenku saja, Taniguchi-san."

"Di-di apartemenmu?"

"Iya. Lagian aku tinggal sendiri di apartemen. Ngga ada yang ganggu, kok."

"Ng-ngga ada yang ganggu?"

"Iya. Gimana?"

"Tunggu, batinku belum siap."

"Tentu saja bukan sekarang. Nanti saja. Lagian Taniguchi-san, kamu kan ada tugas sebagai manajer tim voli putri."

"Ah, um, iya. Nanti ya…"

"Hm… sepertinya Hitoka memang bertingkah aneh hari ini. Ya, kan, Izumi?"

"Iya. Kamu ngga seperti biasanya, Hitoka."

"Eh… apa aku memang kelihatan aneh, ya?"

"Dari tadi kan udah kubilang…"

"Hahaha…"

"Hahaha…"

Nazuka-san dan Shimizu-san mulai tertawa karena tingkahnya Taniguchi-san yang mulai aneh. Aku hanya ikut tersenyum karena melihat mereka berdua tertawa.